Penderitaan dan Rekonsiliasi

suaratapian.com-Buku Menakar Covid-19 Secara Teologis terbit di waktu yang tepat. Penulisnya Andreas A Yewangoe PhD, seorang teolog Kristen Indonesia, eks Ketua PGI, penasihat Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP). Bagi saya, buku ini membantu kita menjawab pertanyaaan, di pergumulan dunia saat ini dalam menghadapi pandemi Covid-19. Pembaca disungguhi jawaban dari pertanyaan apa di balik Covid-19. Kita dibawa untuk melihat beragam peristiwa-peristiwa yang tercatat dalam Alkitab. Menjawab pertanyaan, mengapa ada perderitaan, dan mengapa manusia menderita? Covid-19, tentu ini, membawa kepanikan di seluruh dunia. Dunia tak siap menghadapinya. Virus ini jelas pandemi. Prediksi yang sebelumnya, pandemi ini diperkirakan sudah bersih pertengahan tahun, ternyata, hampir menjelang tahun pun belum juga mereda. Malah sebagian pihak menyebut virus corona tak akan lagi bisa hilang.
Indonesia sendiri sampai belum bisa menemukan jalan keluar terbaik, PSBB diperlakukan pun tak sampai bisa melenyapkan. Malah sekarang seperti makin menjadi jadi. Pemerintah merancangkan Zaman Normal baru, tetapi tidak bisa tidak masyarakat pun harus mencanangkan hidup baru.

Lalu, pertanyaan lain, di buku ini juga di singgung mengapa orang yang curang tak gusar dan sepertinya hidupnya lempang senantiasa di situasi sulit? Kitab Suci menyebut, orang fasik malah hidup berbahagia. Apa hubungannya dengan situasi ini? Di saat ini, di saat mayoritas orang berjuang untuk eksistensi diri oleh karena terdampak pandemi ini, tak sedikit orang memanfaatkan keadaan, azas manfaat.


Di saat orang terjepit, tak sedikit orang menjepit. Kaya raya oleh keadaan ini. Bisnis alat alat kesehatan, dari APD sampai masker dibisniskan. Tak sedikit orang mengeruk untung di saat kondisi kesulitan orang lain.


Kembali. Jikalau kita belajar tentang penderitaan, penderitaan itu bisa sebagai ujian iman, sebagai penebusan. Bila merujuk ke PB, penderitaan sebagai pusat dari ajaran Yesus. Salib. Tentu bicara salib, bukan hanya semata mata kematian, tetapi juga kebangkitan. Walau sejak dulu hal ini menjadi perdebatan. Walau ini adalah fakta banyak orang yang tak bisa menangkap esensi penderitaan.


Perlu ada pemaknaan baru akan kesulitan. Kesulitan menuntun pada jalan fokus, tepatnya membawa ketekunan. Kegetiran mengantar pada kegigihan. Dengan kesulitan membawa kesadaran bahwa diri terbatas adannya. Tak semua diketahui diri. Tetapi di balik penderitaan ada makna yang harus ditemukan, disingkap dan ditelusur.


Alih-alih penderitaan membawa pada pengasuhan jiwa. Memperbaiki hati. Melatih karakter dengan memunculkan cadangan kekuatan batin di dalam diri. Pertanyaannya, bagaimana menyingkapi penderitaan untuk membawa pada pengharapan. Disinilah perlu ketertundukan kepada Dia. Penderitaan bisa jadi aset beku yang belum dikonversi, perlu diubah untuk menemukan maknanya. Jangan takut jalan penderitaan.


Kembali kepada pertanyaan, darimanakah asal malapetaka? Apakah Covid-19 dari Tuhan? Kalau dari Tuhan, mengapa Tuhan begitu kejam, bukankah Tuhan itu baik? Jelas, bangunan narasi pertanyaan ide dari Epicurus. Jika Tuhan maha kasih, mengapa tak melenyapkan Covid-19. Jika tak dilengapkan berarti Tuhan tak maha kasih. Dan sejumlah pertanyaan yang mengelayut, yang tak mudah dijawab.
Lalu, kaitannya bagaimana dampaknya bagi kehidupan bergereja. Di pandemi ini, termasuk menghadapi sejumlah pendapat. Paling tidak ada dua pendapat yang optimis dan pesimis. Yang optimis, menyebut keadaan ini akan berakhir segera dan kita akan kembali pada kehidupan yang normal, seperti di masa lalu, tanpa dibatasi lagi protokol kesehatan.


Sementara orang yang pesimis berkata, keadaan ke depan pasti akan berbeda, tak mudah lagi. New Normal baru menyiratkan kita ke depan akan menghadapi berbagai perubahan yang perlu extra. Saya setuju dengan penulis, setuju dengan cara pandang kita melihat kondisi sekarang, apa pun itu kelak, kita belajar dari perubahan yang ada. Dengan penderitaan kita berekonsiliasi, berdamai dengan Covid-19. (HM)

Hojot Marluga

Belajar Filosofi Air

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

5 × three =