Arnod Sihite SE: Membangun Indonesia Demi Keadilan dan Kemakmuran Rakyat

Suaratapian.com-Pembangunan Indonesia yang berdasarkan Pancasila harus demi keadilan dan kemakmuran rakyat. Dan memang, tantangan besar yang dihadapi bangsa Indonesia sejak kemerdekaan adalah mewujudkan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia. Termasuk pasca reformasi juga untuk memperjuangkan Manusia Indonesia yang unggul sebagai prasyarat utama untuk mengisi kemerdekaan sebagai modal dasar pembangunan di segala bidang. Atas hal itulah Partai Perindo hadir untuk membangun Indonesia menjadi negara bersatu, berdaulat, adil, dan makmur, berlandaskan Pancasila. Partai Perindo hadir berjuang bagi kesejahteraan masyarakat. “Membangun Indonesia berarti mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dengan konsep Indonesia. Dan dalam pembangunan ekonomi, pemerintah harus berlandaskan Pancasila terutama sila kelima, yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.” Paling tidak oleh karena dasar pemikiran itulah Arnod Sihite SE mau bergabung dengan Partai Perindo.

Demi mengejar cita-cita itu dia dengan gigih, kerja keras, ulet, telaten, tekun. Itulah yang dilakukan pria kelahiran Desa Sileang, Kecamatan Dolok Sanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan, 8 Agustus 1971. “Tekun dan gigih dibutuhkan seorang yang ingin berhasil. Namun di atas itu semua berdoa dan berserah dengan niat yang tulus untuk menghasilkan yang terbaik adalah modal utama dalam batin,” demikian anutan pengusaha yang berlatar belakang aktivis buruh ini.

Berjiwa peduli, jujur berusaha, berintegritas, memimpin dengan penuh tanggung-jawab, itulah yang terpampang dalam diri Arnod Sihite, 51 tahun. Demi kerinduaannya membangun Indonesia untuk keadilan dan kemakmuran rakyat. Saat ini dirinya dipercaya sebagai Kepala DPN Basperindo dari Partai Perindo. Sosok yang berpengalaman jadi Team Teknis RPP klaster ketenagakerjaan UU Cipta Kerja, juga Team Teknis RUU Omnibus Law Cipta kerja.

Selain itu, Ketua DPN Masyarakat Pertambangan Indonesia, juga Wakil Sekjend PB PORSEROSI KONI Pusat dan Anggota LKS Tripartit Nasional. Dan, PB.PORSEROSI-KONI Wakil Sekjend, Ketua Umum PP FSP PPMI KSPSI dan Wakil Ketua Umum DPP di KSPSI.

Jejaknya pernah bertani, jadi satpam lalu merambah ke dunia wiraswasta. Usahanya di bidang periklanan, media, percetakan hingga ke usaha Event Organizer. Direktur di beberapa perusahaan ini, Manager PT Safari Mega Sara, Wakil Direktur PT Cita Dua Belas Abadi, Direktur Utama Citra Asri Davindo dan Direktur Utama PT Mega Asri Utama.

Sebagai pengusaha, Arnod aktif dan selalu jeli melihat peluang-peluang yang ada. Baginya, usaha-usaha itu bukan alang kepalang menjanjikan, tetapi tatkala penting bagaimana mengelola dan memperhitungkan untung dan rugi agar usaha itu bisa eksis.

Menurutnya, bahwa kunci dari semua segenap usaha adalah kerja keras dan doa, dengan niat tulus niscaya akan memanen hasil yang terbaik. Sejak remaja dirinya meneguhkan diri sebagai seorang pelopor, merintis dan mendapat hasil. Baginya, tak ada perubahan jika bukan dari diri sendiri yang mengusahakan perubahan. Sejak awal dia sudah telaten bekerja, karenanya, di kampungnya dia digelari “Sipadot” yang dalam bahasa Batak, kata padot diartikan telaten atau gigih dalam bekerja keras.

Alih-alih soal etos kerja keras itu sudah dihidupinya sejak kecil. Arnod punya anutan dalam hidupnya, apapun yang dikerjakan mesti dikerjakan dengan proposional dan telaten sampai berhasil. Hal itulah kiatnya membangun usaha, berikhtiar dengan merangkak dari bawah, lalu berlahan menaik.

Arnod sadar bahwa ada saatnya usaha tak berhasil. Persis seperti musim, ada siang dan malam, ada hujan dan ada kemarau. Tetapi saat-saat keadaan demikian, Arnod teguh dalam prinsip, sabar dan tekun untuk mencari cara dan solusinya.

Dia belajar filosofi petani. Kebiasaannya sejak remaja jadi petani menenguhkan jiwanya bahwa kesabaran dan ketekunan itu harus teruji, sebagaimana petani menunggu panen dari apa yang ditanamnya. Arnod bertani sesungguhnya bukan karena dorongan orangtua. Ayahnya seorang guru SD, bukan petani. Niat bertani dimulai dari hatinya sendiri, saking tekunnya di hari Minggu pun terkadang Arnod ke ladang.

Itu sebab dia digelari “sipadot.” Mengapa? Semasa di kampung tiap hari sepulang sekolah dia ke ladang. Dia pilih menjadi pelajar yang bertani. Memilih berbeda dengan teman-teman sebantaran, yang umumnya pulang sekolah keluyuran, tetapi dirinya justru bertani tanpa dikomandoi orangtua.

Tak heran waktu itu cita-citanya ingin menjadi insyniur pertanian, karenanya dia mendaftar ke Institut Pertanian Bogor (IPB), namun apa hendak dikata, dia tak lulus seleksi. Tak diterima di perguruan tinggi negeri bukan berarti seluruh pintu tertutup baginya. Gagal jadi insyiur pertanian dia justru tetap tekun mencari penghidupan di jalan lain, mencari pintu yang terbuka bagi peluang-peluang lainnya sebagai pengusaha.

Menimba ilmu ekonomi di Universitas Tama Jagakarsa, Jakarta Selatan, tetapi filosofi pertani terus mengelayut dalam batinnya. (Arnod lulus dari SMA HKBP Dolok Sanggul, dan SMP Negeri 1 Dolok Sanggul. SD Negeri Dolok Sanggul). Lulus tahun 1991 dari SMA, Arnod merantau ke Jakarta, beberapa tahun setelah merantau di kemudian hari membuka usaha sendiri.

Tatkala merantau ke Jakarta, baru tiga minggu tiba dirinya sudah diterima bekerja, sebagai tenaga keamanan, satpam. Jalan hidup manusia memang amat sulit ditebak. Demikian Arnod, pengalaman hidupnya saat di Jakarta dengan mudah mendapat pekerjaan di tengah keadaan yang sulit mendapatkan lowongan kerja.

Arnod bukannya melamar pekerjaan, tetapi dengan cara unik diterima bekerja. Kisahnya, saat melamar satpam dia tak sengaja diterima. Awalnya, yang melamar hanyalah saudara sepupunya. Saat itu dia justru hanya berperan menemani sepupunya mengantar lamaran. Saat itu dia pun tak membawa lamaran kerja, apalagi memakai pakaian yang laiknya seperti pelamar kerja.

Lucunya, ketika mengantar saudaranya melamar, tak disangka-sangka dia ikut berbaris dengan para pelamar. Penyeleksi calon satpam ternyata adalah seorang Tentara Angkatan Udara. Saat itu tentara memanggil dan menanyainya perihal namanya tak ada dalam list para calon pelamar. Tentara itu bertanya, “mengapa kau berdiri di barisan pelamar, sedangkan engkau tak  melamar.”

Dengan sigap dia menjawab. “Siap…pak.” Asal ditanya, dia selalu jawab, “Siap pak.” Tentara itu pun kesal juga, “Apa kau bilang, siap-siap. Dari tadi kau bilang siap.” Dengan suara meninggi sang tentara kembali bertanya, “dari mana asalmu?” Arnod menjawab, bahwa asalnya dari Dolok Sanggul.

Ternyata mereka seasal dan semarga. Atas keterangan itu dia diminta besoknya menghadap dan mempersiapkan lamaran kerja. Atas hal itu dia diterima bekerja. Tentara penguji itu pun memaklumkan tata bahasa dan logatnya yang masih kental ala logat medan.

Hojot Marluga

Belajar Filosofi Air

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

six − two =