Banyak Konten Tak Mendidik, Demi Viral dan Sensasi Tanpa Edukasi

suaratapian.com-Kehadiran KPI/KPID untuk menghentikan tontonan siaran yang tak mengedukasi dan tak berkualitas. Adalah komisioner KPID Sumatera Utara, Ramses Simanullang SE MSi, menegaskan, kualitas literasi tiap konten literasi via digital, menurutnya, dapat dilakukan dengan menghadirkan konten siaran yang edukatif dan informatif. SuaraTapian Channel mewawancarainya. Demikian petikannya;

Kita mestinya punya konten-konten budaya agar kita menempatkan era digital ini untuk bagus?

Era digital hari ini tentunya kita akan bisa menghadirkan kearifan lokal yang bisa kita angkat, bisa bernilai dan bisa kita jual menjadi sebuah nilai yang sangat mahal dan sangat bernilai untuk bisa mengangkat harkat dan martabat budaya Batak.

Secara khusus selama ini kan kita lupa bahwa era ini era digital yang harus kita manfaatkan, bahkan masyarakat lupa pulsa yang begitu mahal dikeluarkan tidak penting, tidak harusnya, misalnya direkam, padahal ada ruang kesempatan untuk membuat konten-konten bagus sebagai anggota komisioner KPID Sumut arahannya, agar kita menemukan esensi budaya?

Penting pesan moral dari budaya itu. Penting bagaimana menghadirkan konten-konten agar dimanfaatkan lebih baik. Jadi, kita sangat menghimbau sebenarnya supaya semua kalangan masyarakat orang Batak secara khusus generasi muda orang Batak untuk bisa memanfaatkan media secara cerdas. Jadi membuat konten-konten yang bernilai kearifan lokal dan juga harus kita bisa mengangkat budaya Batak di tengah-tengah bangsa ini, dan bisa mewarnai supaya nilai-nilai Batak juga bisa dilestarikan dengan baik.

Nah, harapan kita masa depan konten-konten yang bersifat local. Ini bisa juga memberikan sebuah warna tersendiri untuk keberagaman bangsa ini. Saya menghimbau juga kepada semua generasi muda mari memanfaatkan media digital ini dengan baik semaksimal mungkin untuk bisa mengangkat nilai-nilai yang sangat penting dan sangat berguna apalagi nanti untuk ke depan hari.

KPID Sumut Terus Mengawasi Konten Lokal, Banyak Konten Demi Viral dan Sensasi Tanpa Moral

Sebagai anggota komisioner KPID Sumut selama ini kan yang kita tahu tugas dari komisioner untuk mengawasi lembaga-lembaga penyiaran, tentu lembaga penyiaran juga bisa diberi masukan agar mereka memberi konten-konten yang mengedukasi. Apa kira-kira ke depan agar jangan hanya melulu hanya hiburan konten-konten yang edukasi itu jarang atau yang mendidik itu?

Sesuai dengan tupoksi kita lahir KPID ini adalah untuk melakukan pengawasan dan sekaligus juga melakukan pembinaan iya lembaga penyiaran yang konvensional radio dan televisi. Nah kita harapkan sebenarnya nanti di era berikutnya ini mudah-mudahan ada revisi Undang-Undang 32 tahun 2002. Jadi, nanti mungkin KPID akan bisa mengawasi konten-konten yang ada di youtuber.

Harapan kita ke depan supaya bisa lebih maksimal nanti supaya kita bisa mengawasi semua konten-konten karena banyak saya lihat konten-konten hari ini tidak melakukan edukasi tidak mendidik dan tidak melakukan tontonan-tontonan yang bersifat mengedukasi. Harapan kita ke depan akan lahir nanti konten-konten baik, yang bisa menjadi harapan kita ke depan bisa menjadi tuntunan daripada penonton. Ini yang kita harapkan.

Jadi, saya sangat mengharap supaya kita sama-sama menghadirkan konten-konten lokal dan ini juga merupakan perjuangan amanah daripada Undang-Undang Nomor 32 ini supaya kita boleh menghadirkan 10% siaran-siaran lokal ini bisa kita angkat ke permukaan ke ruang publik menjadi sebuah tontonan yang sangat manis untuk ditonton dan bisa menginspirasi banyak orang kalau KPID misalnya harus juga apa namanya mengawasi youtuber, karena memang, jujur dunia sosial ini juga menjadi seperti dua mata sisi uang kata dua mata. Sisi pisau dia bisa baik tapi bisa jahat karena memang banyak konten juga di YouTube yang tak mencerdaskan.

Bagaimana pesan dari KPID Sumut agar moral dari para youtuber local juga jangan hanya karena viral hanya karena banyak penontonnya tidak berpikir moral, dan tidak berpikir lagi dampak sosial?

Baik jadi kalau kita lihat kita perhatikan memang konten-konten hari ini lebih banyak lebih cenderung iya nilai viralnya daripada nilai esensi muatan daripada konten-konten lokal atau, mungkin yang tayangan yang bersifat lokal. Ini harapan kita ke depan supaya bisa memperhatikan dari sisi daripada Apakah konten ini bisa berdampak secara positif nanti tayangan-tayangan yang kita tayangkan ini yang kita upload ini atau memang merusak generasi moral daripada generasi muda. Harapan kita ke depan supaya kita boleh mengangkat topik-topik yang bisa menarik kita kemas sebuah tayangan-tayangan yang mengedukasi.

Hojot Marluga

Belajar Filosofi Air

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

14 − 4 =