Dukungan Keluarga Pada Kaum Perempuan Sangat Penting Dalam Dunia Pelayanan

suaratapian.com-Kaum perempuan, yang dalam bahasa Batak Toba disebut parompuan. Pemberdayaan kaum parompuan untuk memperoleh banyak akses agar mampu berdikari, meningkatkan rasa percaya diri, dan akhirnya mampu berperan dan berpartisipasi aktif bukan saja membangun keluarga tetapi berdampak bagi lingkunganya. Adalah Dra. Sandra Sidabutar, Ketua Persekutuan Parompuan Distrik (PPD) HKBP Distrik VIII DKI Jakarta yang memiliki konsep memberdayakan perempuan dengan banyak menyelenggarakan pelatihan dan kerjasama dengan instansi pemerintah. Dia bersama pengurus membangun kemitraan, kerjasama berkala salah satunya dengan Kementerian UMKM. Kurator Sekolah Tinggi Bibelvrouw HKBP ini juga mengajak para perempuan HKBP di Distrik VIII Jakarta untuk selalu peduli dengan sesama dengan aksi yang nyata, bekerjasama dan saling memberdayakan. Ditanya bagaimana  konsep pemberdayaan perempuan HKBP di Jakarta yang anggotanya sekitar 25.000 jiwa tersebut. Namun yang terpenting dukungan keluarga sangat penting,  dalam pelayanan. Kita bisa melayani dengan baik, “dengan adanya dukungan keluarga, perempuan hebat dan berdampak,” ujarnya. Beberapa waktu lalu tim SuaraTapianTV berbincang-bincang dengan. Demikian petikannya;

Horas Inang. Terima kasih waktu dan kesempatan untuk kami suaratapian TV bisa berbincang. Kami ikuti apa yang Inang lakukan untuk HKBP dan sebagai perempuan HKBP, tentu ini menjadi teladan. Apa yang membuat Inang begitu aktif, bukan hanya kaum perempuan ternyata diurusi, juga berbagai organisasi di HKBP?

Pertama, sebagai umat Kristen, tentu Tuhan sudah begitu baik kepada kita, banyak berkat Tuhan yang kita terima. Jadi saya tidak mencari-cari apa yang saya harus lakukan, tetapi semuanya mengalir saja. Pertama-tama saya dikasih kepercayaan untuk memimpin seksi perempuan di huria, itu pun saya merasa sebagai manusia saya enggak mampu. Iya pasti ada perasaan seperti itu. Tetapi, saya itu dalam setiap tanggung-jawab yang diberikan kepada saya, saya selalu berpegang kalau memang saya ditunjuk oleh Tuhan untuk diberi tanggung-jawab itu, berarti Tuhan akan mampukan. Jadi, saya tidak pernah menolak karena saya punya satu moto dalam diri saya, tidak boleh menolak apa yang sudah dipercayakan Tuhan kepada kita, karena belum tentu ada kesempatan kedua untuk berbuat, melayani Tuhan. Itu yang selalu saya tekankan kepada sesama perempuan di HKBP distrik delapan.

Apa tantangan sebagai perempuan, parempuan memimpin organisasi besar di Jakarta, karena juga harus merangkul semua anggota perempuan di jemaat-jemaat?

Tantangannya itu, proses. Sekali lagi, ketika kita diberi tanggung-jawab tersebut pasti ada keragu-raguan dalam diri kita. Mampukah saya mengembang tugas, yang menurut saya sangat berat. Tetapi tentu kalau kita mau melakukannya dengan biasa-biasa saja, tidak sepenuh hati tentu, tidak ada beban iya. Tetapi ini ada beban, maka ada pertanyaan dalam diri, bisakah saya melakukannya? Kita harus mengenal dulu apa tugas kita, kemudian lebih banyak berbicara terjun langsung, dan saya, walaupun sebagai ketua tidak menjadi ketua yang selalu berada di posisi di atas terus. Saya memang harus langsung terjun ke bawah. Dari situ timbul rasa kepercayaan mereka kepada saya sebagai pengurus. Tantangannya banyak waktu, kemudian kepercayaan mereka kepada kita, bahwa kita harus membuktikan kesungguhan kita dalam pelayanan, dan itu tidak secara instan bisa kita dapatkan. Jadi proses.

Proses dalam pelayanan, kan, kalau kita ingat ucapan dari Tuhan Yesus, ingin menjadi besar dia harus menjadi pelayan, dan sepertinya keberhasilan dari pemimpin itu bukan duduk di menara gading, duduk pemimpin, otoriter menyampaikan pesannya atau nasihatnya atau arahannya, tetapi dia harus guyup, bagian dari menjadi tauladan. Apa konteksnya dalam kita belajar iman Kristen, melayani sebagai pemimpin juga harus mau terjun. Jadi hamba…

Begitu tentunya. Menjadi pemimpin dalam suatu organisasi keagamaan seperti PPD ini misalnya, berbeda tentunya dengan organisasi di kantor. Atau kita memegang jabatan tersebut karena mungkin jabatan dari suami dan sebagainya. Itu berbeda, berbeda sekali. Tetapi harus mempunyai prinsip, bahwa pelayanan di gereja itu sebagai pelayan, bukan bertindak sebagai seorang atasan, itu yang selalu saya pegang. Jadi dalam melayani juga ini sekarang ini saya sudah periode kedua, hampir lebih dari 4 tahun menjadi ketua PPD. Itu yang selalu saya pegang dan saya tidak sungkan-sungkan atau segan-segan untuk langsung terjun, langsung ke bawah, tidak menjadi seperti di menara gading.

Hojot Marluga

Belajar Filosofi Air

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

three × four =