Ketua Umum Horas Bangso Batak (HBB) Lamsiang Sitompul, SH, MH; “Mungkin Saya Salah Tafsir, Keliru Tentang Kasih….Jangan Lupa Kasih itu Pun Mesti Bergerak Dinamis”

Suaratapian.com-Segala hal yang menghambat persatuan seperti intoleransi adalah musuh nyata bangsa Indonesia yang harus dilawan bersama-sama. Iya, intoleransi telah menjadi salah satu topik yang paling sering dibicarakan, tetapi orang baik-baik diam terhadap teriakan segelintir orang yang tak mau toleran. Tentu ini harus dilawan, memang sifat intoleran dirasa harus dilawan. Sikap seperti itu harus dilawan dengan penegakan hukum yang tak pandang buluh. Sebagaimana baru-baru ini ada orang yang bersuara rasis sebagaimana video di Cilegon, menyebut “setan-setan Batak.” Ini bentuk dari intoleran yang mesti dilawan. Tidak bisa tidak hal seperti ini harus dilawan.

Ketua Umum Horas Bangso Batak (HBB) Lamsiang Sitompul, SH, MH menyerukan intoleransi harus dilawan. Jangan takut, harus dilawan. Namun dia juga otokritik gereja, merasa gereja tak berjuang untuk melawan intoleransi, padahal gerejalah yang selama ini sasaran para intoleransi. “Gereja tak melakukan apa-apa melawan intoleransi. Gereja tak melakukan apa-apa terhadap melawan radikalisme,” sebut pendiri dan pemimpin Lamsiang Sitompul & Associates.

Pengacara lulusan Hukum Bisnis di Universitas Darma Agung dan Hukum di Fakultas Hukum Universitas HKBP Nommensen adalah orang yang teguh berjuang untuk penegakan hukum, melawan intoleransi, terutama membela kaum termarginalkan, anak-anak bangsa yang diskriminasi. Hojot Marluga dari Suaratapian.com mewawancarainya. Demikian petikannya;

Mungkin Anda sudah tonton, ada seseorang memakai ornamen agama, dan menyebutkan, satu kata-kata yang nggak bijak “Batak Setan.” Sebagai ormas, Saya dengar juga Horas Bangso Batak didirikan juga karena merasa dianaktirikan…

Berdirinya ormas Horas Bangso Batak berdiri tahun 2018, efek Pilkada DKI. Ahok kalah di Pilkada DKI. Djarot-Sihar kalah di Pilkada Sumut. Jadi karena orang Batak dianggap pendukung Ahok dan pendukung Djarot, kita dihina-hina dan dikafir-kafirkan. Ada orang yang mengatakan, “orang Batak jangan sedih. Silahkan kalian makan kotoran babi itu.” Lalu kemudian rame menghujat, tetapi sebentar sudah lupa. Tak ada yang melakukan aksi. Tak ada orang yang mau maju untuk tergerak. Tentu kita sebagai negara warga yang punya hukum, kalau ada hal-hal seperti itu, iya kita tuntut dia secara hukum. Pendek cerita kita laporkan ke Polda Sumatera Utara, terakhir orangnya ditangkap dan dihukum satu setengah tahun. Itulah cikal bakal berdirinya ormas Horas Bangso Batak.

Sebelumnya juga, kenapa ormas ini didirikan, kalau berjuang secara personal agak lebih susah. Karena itu, saya minta menggugah kesadaran kita masyarakat Batak dimanapun berada, marilah berjuang bersama-sama. Kita bukan minoritas di Negara ini. Sebenarnya pun Undang-undang tidak ada mengatakan, minoritas, justru mengatakan, semua orang sama kedudukannya di depan hukum. Namun demikian secara populasi orang Batak adalah terbesar ketiga di Indonesia setelah Jawa dan Sunda dari sisi populasi. Karenanya kita harus berani. Jangan takut, sepanjang kita benar berjuanglah dengan cara kebenaran. Begitu loh!

Hojot Marluga

Belajar Filosofi Air

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

seventeen − 1 =