Pesantren Ma’had Al-Zaytun Membantu PEWARNA

Jakarta- Afeksi atau perhatian kepada sesama untuk survival menghadapi keadaan karena dampak yang ditimbulkan pandemi Covid-19, yang secara ekonomi menimpa berbagai profesi, termasuk wartawan. Beruntung Persatuan Wartawan Nasrani (PEWARNA Indonesia) menerima uluran kasih. Uluan kasih tersebut ditunjukkan Syaykh Dr. Abdussalam Rasyidi Panji Gumilang melalui Yayasan Pesantren Indonesia Al- Zaytun, Indramayu.

Pesantren Mah’ad Al- Zaytun memberikan bantuan beras sebanyak 50 karung, diserahkan oleh staf Pesantren Indonesia Al- Zaytun melalui Karim, Selasa (28/4/20) di kawasan Kemanggisan, Jakarta Barat. Penyerahan bantuan itu diterima langsung Ketua Umum PEWARNA Indonesia Yusuf Mujiono.

PEWARNA tentu berterimakasih atas bantuan tersebut. “Bencana non alam dari dampak Covid-19 ini berdampak bagi kami.  Karena itu kami berterima kasih atas kepedulian dari Pesantren Indonesia Al- Zaytun Syaykh Dr. Abdussalam Rasyidi Panji Gumilang. Semoga Pesantren Indonesia Al- Zaytun selalu diberkati Tuhan dan bertambah jaya,” ujar Ketua Umum PEWARNA Indonesia, ini.

Perlu juga diketahui, Syaykh Dr. Abdussalam Rasyidi Panji Gumilang, tahun lalu mendapat penghargaan dari PEWARNA Indonesia sebagai figur tokoh toleransi  Indonesia, sebab dinilai berperan menjunjung tinggi kebhinekaan dan keberagaman. Penyerahan itu digelar di Kota Bandung. Brigjen TNI. Drs. Harsanto Adi sekarang menjadi ketua Asosiasi Pendeta Indonesia (API) juga pernah berkunjung ke sana menyebut, bahwa pesantren ini membangun toleransi, menjunjung tinggi pluralisme dan kebhinnekaan. Ini akan menangkal perpecahan yang mengancam Indonesia.

Dalam kepemimpinan Syaykh Dr. Abdussalam Rasyidi Panji Gumilang yang kharismatik memiliki wawasan pemikiran yang luas sehingga memberikan banyak pencerahan ketika berdiskusi dengannya. Demikian juga dengan bentuk fisik bangunan Pesantren Indonesia Al- Zaytun di atas area tanah 1200 haktare. Sebagai Pendiri dan Pemimpin Pondok Pesantren Ma’had Al-Zaytun, Prof. Dr. AS Panji Gumilang menyebut bahwa di pesantren yang dipimpinnya mengajarkan toleransi.

“Tuhan mengajarkan, Tuhan memberikan segala macam, Tuhan menampilkan manusia yang adil, manusia yang adil adalah manusia yang mau beragama, apapun agamanya, yang tidak adil adalah tidak mengakui Tuhan dan tidak beragama. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab bermakna, kemanusian jauh lebih tinggi daripada agama,” ujarnya. (HM)

Hojot Marluga

Belajar Filosofi Air

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

2 × 4 =