Gereja yang Memberitakan Kabar Baik Injil Yesus Kristus (3)

Oleh: St. Dr. dr. Waldensius Girsang, Sp.M(K), D.Min, pelayanan di GKPS Salemba Jakarta

suaratapian.comLegalisme dan moralisme manusia adalah rintangan terbesar dari Injil Kristus. Semakin religius seseorang, semakin sulit orang itu menyadari kebutuhannya akan kebenaran Yesus Kristus. Dalam kehidupan ini dapat kita lihat bahwa kebanyakan orang yang selama hidupnya selalu taat melakukan hukum Allah, apabila kita bertanya pada masing-masing mereka, mengapa mereka berharap masuk sorga maka  jawabannya adalah “karena saya orang baik”.

Silahkan lihat beberapa contoh dalam Alkitab:

  1. Orang muda yang kaya (Mat 19:16-20)
  2. Anak sulung (Luk 15:28-30)
  3. Orang Farisi yang berdoa di Bait Allah ( Luk 18:9-12)

FILIPI 3:12-14

(12) Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena akupun telah ditangkap oleh Kristus Yesus.

 (13) Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku,

 (14) Dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.

Perhatikan dua ungkapan yang dipakai Paulus: “Mengejar” (ayat 12) dan “Mengarahkan diri” (ayat 13).

Kata yang diterjemahkan “mengejar” adalah kata yang sama yang diterjemahkan sebagai “menganiaya” di Filipi 3:6.

Cara pemakaian kata itu yang paling lazim di Perjanjian Baru. Seperti Paulus memakainya diayat 12, kata itu mengandung gagasan mengejar untuk mendapatkan hadiah.

Gagasan tentang mengarahkan diri sangat jelas. Ini menggambarkan seorang pelari yang mengerahkan segenap syaraf dan ototnya saat berjuang untuk melintasi garis akhir.

Namun motivasi yang mendasari semangat Paulus di Filipi 3: 6 sangat berbeda dengan yang ada di ayat 12. 

Di ayat 6, itu semangat pembenaran diri, sedangkan di ayat 12 itu semangat orang yang BERSUKACITA KARENA PEMBENARAN YANG SEMPURNA DARI KRISTUS.

Jika seseorang menganggap kebenarannya sendiri adalah suatu kerugian sementara dengan iman seseorang tersebut berpegang kepada kebenaran Kristus, maka seseorang itu akan semakin termotivasi untuk semakin mengasihi Tuhan dan bergiat dalam hidup kekristenan.

Suatu aktivitas kekristenan dapat membuat 2 pemikiran:

  1. Kebenaran kita sendirilah yang membuat kita pantas menerima kebaikan hati Tuhan, atau….
  2. Membuat kita bersyukur dan mengasihi Allah karena kita sudah menerima kebaikanNya melalui kebenaran Kristus.

Saya akan mengajukan dua pertanyaan:

  1. Apakah Kita mempercayai kebenaran Kristus sebagai dasar hubungan Kita yang benar dengan Allah, atau apakah Kita masih bergantung pada perbuatan baik agamawi Kita?
  2. Jika Kita sudah mempercayai Kristus untuk mendapatkan keselamatan (karena anugerah) apakah Kita masih berpikir bahwa sekarang pun Kita harus mendapatkan kebaikan Allah dengan perbuatan baik Kita?

Ketaatan dan perbuatan baik tentu sangat penting dalam kehidupan kristen. Seluruh Perjanjian Baru dengan jelas meneguhkan hal itu. Tetapi jika mencoba menggunakannya untuk mendapatkan kehidupan kekal atau kebaikan Allah dalam hidup ini, maka Kita akan mengalami kerugian, dan ini harus dibuang seperti sampah.

  • KABAR BAIK INJIL KRISTUS MENCELIKKAN MATA KEBUTAAN ROHANI

“Dan penglihatan bagi orang-orang buta.” (Ayat 19b)

Jika yang diberitakan oleh gereja adalah kemurnian Injil Yesus Kristus, maka akan banyak orang yang akan dicelikkan mata rohaninya.

LUKAS 24:13-17

(13) Pada hari itu juga dua orang dari murid-murid Yesus pergi ke sebuah kampung bernama Emaus, yang terletak kira-kira tujuh mil jauhnya dari Yerusalem, (14) dan mereka bercakap-cakap tentang segala sesuatu yang telah terjadi. (15) Ketika mereka sedang bercakap-cakap dan bertukar pikiran, datanglah Yesus sendiri mendekati mereka, lalu berjalan bersama-sama dengan mereka. (16) Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia. (17) Yesus berkata kepada mereka: “Apakah yang kamu percakapkan sementara kamu berjalan?” Maka berhentilah mereka dengan muka muram.

Alkitab menceritakan tentang dua orang yang berjalan menuju Emaus dengan wajah yang muram (Terj. NKJV memakai kata “sedih” atau “susah hati”) dan saat itu Yesus pun berjalan bersama mereka. Tetapi mereka tidak mengenal Yesus. Alkitab katakan “ada sesuatu yang menghalangi mata mereka.”

Selanjutnya apa yang Yesus lakukan kepada mereka?

LUKAS 24:25-32

“Lalu Ia berkata kepada mereka: ”Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?” Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi. Mereka mendekati kampung yang mereka tuju, lalu Ia berbuat seolah-olah hendak meneruskan perjalanan-Nya. Tetapi mereka sangat mendesak-Nya, katanya: ”Tinggallah bersama-sama dengan kami, sebab hari telah menjelang malam dan matahari hampir terbenam.” Lalu masuklah Ia untuk tinggal bersama-sama dengan mereka. Waktu Ia duduk makan dengan mereka, Ia mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka. Ketika itu terbukalah mata mereka dan mereka pun mengenal Dia, tetapi Ia lenyap dari tengah-tengah mereka. Kata mereka seorang kepada yang lain: ”Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?”

Yesus mulai menjelaskan kepada mereka tentang Dia sendiri dari kitab-kitab Musa (hukum Taurat) dan dari kitab-kitab nabi (nabi-nabi besar & kecil).

Kejadian sampai dengan kitab Wahyu semua tentang Kristus. Saat kita mempelajari Perjanjian Lama, kita harus bisa menemukan Yesus yang tersembunyi dalam Perjanjian Lama. Semua yang ditulis dalam Perjanjian Lama merupakan bayang-bayang tentang Yesus Kristus.

Kita orang kristen harus dapat pahami, ketika kita membaca dan mempelajari tokoh-tokoh dalam Perjanjian Lama, jangan sampai fokus penekanannya kepada sisi moral baik dari mereka (tokoh-tokoh tersebut) dengan tanpa mau melihat sisi buruknya dalam kehidupan mereka. Perjanjian Lama bukanlah suatu kumpulan dari kisah peristiwa yang diakhiri dengan suatu prinsip moral. Perjanjian Lama tentang Yesus Kristus. Sangat penting mengkhotbahkan Yesus Kristus dari Perjanjian Lama, karena sering kali sebuah khotbah cenderung berpusat pada manusia. Paulus mengatakan, “Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan…” (2 Korintus 4:5)

                                Segala Kemuliaan hanya bagi Tuhan Yesus Kristus!

Keterangan:

Tulisan terangkai dalam tujuh artikel. Ini merupakan tulisan ketiga dari tujuh tulisan.

Hojot Marluga

Belajar Filosofi Air

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

9 − 7 =