FORJUBA Menyumbang Ribuan Buku Ke Samosir

Suaratapian.com DEPOK-Forum Jurnalis Batak (FORJUBA) organisasi jurnalis  Batak yang baru berdiri di tahun ini dengan menggandeng penerbit Jala Permata Aksara menyumbangkan ribuan buku ke Kabupaten Samosir, yang dijembatani  Partungkoan Tano Ponggol. Hadir Jamida Pasaribu sebagai Ketua Umum FORJUBA, Rifal Marbun sebagai Bendahara Umum dan Hator Sianipar salah satu pengurus FORJUBA. Ketiganya didampingi Tigor Naibaho sebagai pimpinan Penerbit Jala Permata Aksara dan Hotman J Lumban Gaol (Hojot Marluga) yang bertepatan juga Sekretaris Umum FORJUBA. Pertemuan yang digelar di kantor sekretariat Partungkoan Tano Ponggol, Jl. Bahagia Raya No.7, Depok Timur, Jumat, 27 Agustus 2021. Buku rencana akan diserahkan ke Desa Huta Raja adalah sebuah perkampungan pusat penenun di Kabupaten Samosir.

“Saya sadar benar bahwa kita terbatas, jika hanya saya mengerjakan FORJUBA, saya tentu punya kertebatasan. Sejak awal kita komitmen bahwa FORJUBA harus membangun sinergi, kerjasama dengan berbagai pihak. Jika kita kerjasama banyak hal yang bisa kita kerjakan. Oleh karena itu terima kasih kepada penerbit Jala Permata Aksara,” ujar Jamida.

Orang yang pernga menerima penghargaan dari pimpinan SIB, atas pengabdian di SIB selama 46 tahun, berupa PIN dan sejumlah uang. Sebagai seorang jurnalis senior, Jamida sudah mengecap asam garam dunia media, Jamida berpesan kepada jurnalis muda. Rajin, tekun dan banyak membaca serta mendengar. Kedua, jangan mata duitan. Ketiga, tempatkan narasumber sebagai raja, siapapun dia dan apapun posisi dan jabatannya. Keempat, hargai profesi jurnalismu. Dan terakhir, jangan lupa, berdoa.

Sementara itu, penggagas Partungkoan Tano Ponggol, Laris Naibaho, sosok yang banyak makan asam garam dalam penjualan media cetak di masanya. Pendiri Yayasan Loper Indonesia dan Loper’s Day ini menyebut, jikalau kita bertemu dengan orang baik, kita jadi baik. “Kalau kita bergaul dengan orang yang pintar kita juga pintar. Maka kalau orang yang ingin melakukan sesuatu harusnya praktik saja,” ujar pria kelahiran, Pangururan, 4 Oktober 1959.

Jala Permata

Salah satu persoalan kita adalah melek literasi, soal minat baca yang tentu hubungannya dengan daya beli buku, yang turut juga membuat penerbit kembang-kempis. Di tengah persoalan perbukuan pandemic Covid-19 tentu memperparah peluang usaha menerbitkan buku. Penerbit Jala Permata Aksara merasakan benar kondisi ini, tetapi di situasi sulit pun ada saja naskah yang diterbitkan penerbit dipimpin Tigor dan redaksinya pelaksananya Hotman.

Sejak berdiri tahun 2007, penerbit ini tetap eksis, paling tidak terbukti di masa Covid-19 masih bisa menerbitkan puluhan buku. Walau bukan penerbit besar, penerbit ini telah dibangun dengan satu komitmen, bahwa selama ini terlalu banyak naskah yang tidak diterbitkan penerbit-penerbit besar, alasannya karena kurang dana. Jala Permata Permata menyingkapinya dengan banyak cara, dibangun kerjasama. “Simbiosismutualis,” kerjasama saling menguntungkan. Penulis membantu penerbit, pernerbit membantu penulis mencari sponsor.

“Menurut pengalaman saya selama ini banyak penulis-penulis baru yang berbakat tak mendapat kesempatan untuk menerbitkan hasil karyanya di perusahaan penerbitan yang sudah besar, dengan alasan ini saya berinisiatif untuk mendorong mereka untuk menerbitkannya menjadi sebuah buku yang bermamfaat dan berguna bagi pembaca,” sebutnya.

Pengalaman Tigor sebagai marketing selama puluhan tahun di PT Pustaka Sinar Harapan, penerbit yang pernah menangani Pengembangan Usaha Toko Buku Sinar Harapan dan Marketing PT Pustaka Sinar Harapan, cukup menjadi modalnya mendirikan penerbitan buku, sejak tujuh tahun belakangan dibantu Hotman sebagai penanggung jawab redaksi penerbit. Sekretaris Umum Forum Jurnalis Batak ini juga dulu sebelum jadi wartawan adalah asisten manajer di penerbit Erlangga.

Modal awal membuka penerbit pertama ketika menerbitkan buku (alm) Cosmas Batubara. “Saya menghubungi beberapa relasi dan teman-teman penulis untuk menerbitkan tulisan-tulisannya di penebit Jala Permata Aksara. Selanjutnya saya menerbitkan sekaligus empat judul buku. Keempat judul buku tersebut isinya mengenai hukum dan sosial politik,” kisahnya cikal bakal berdirinya penerbit Jala Permata Aksara. Seperti jalan Tuhan, kebetulan salah satu penulis buku itu berulang-tahun, momen itu dimamfaatkan menjadi bedah buku. Setelah acara bedah buku selesai, bukupun menjadi cendera mata.

“Tamu yang datang tamu yang kita berikanlah buku dan penulis sangat setuju dengan usulan saya. Maka, pada saat itu penulis langsung memesan buku 500 exemplar. Dari situlah modal dasar saya untuk menjalankan usaha penerbitan buku. Tahun 2008 akhir saya berhenti kerja untuk meneruskan usaha penerbitan. Dan sampai saat ini, tahun 2021 ini, buku yang saya terbitkan sudah lebih dari 300 Judul buku dan puluh di antaranya sudah cetak ulang,” demikian kata Tigor.

Sementara untuk pendistribusian buku, hasil terbitan Jala Permata Aksara ke toko buku, penerbit ini juga mendirikan suatu distributor dengan nama Nalar Distributor, dengan cara inilah mereka percaya bisa mewujudkan distribusi ke seluruh Gramedia, otomatis usaha pun jalan. Saat ini penerbit Jala Permata Aksara beralamat di Puri Gading, Pondok Gede. Penerbit ini juga amat sering menyumbangkan buku ke sekolah-sekolah ke kampus-kampus, bahkan, para Lembaga masyarakat dan gereja di Kawasan Danau Toba. Menyumbang buku bagi Jala Permata Aksara adalah bagian tanggung jawab moral mengawal melek literasi. (HM)

Hojot Marluga

Belajar Filosofi Air

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

twelve − ten =