Transformasi HKBP: Menyeimbangkan Keunikan Budaya Batak dengan Tantangan Ekologis

suaratapian.com-Menarik siaran dari Rumah Perubahan, wawancara  Renald Kasali bersama Ephorus HKBP 2024, Pendeta Dr. Victor Tinambunan, MST, tersebut membahas tentang Gereja Kristen Batak Protestan (HKBP) dan keunikan budaya Batak yang melekat pada gereja tersebut. HKBP memiliki sejarah yang panjang dan identitas yang kuat dengan budaya Batak, termasuk lagu-lagu, tarian, ulos, makanan, aksara, dan bahasa Batak. Orang Batak dikenal sebagai masyarakat yang sangat berpendidikan, dan HKBP memiliki peran penting dalam meningkatkan pendidikan dan kesadaran masyarakat. Wawancara tersebut juga menunjukkan hubungan baik antara Renald Kasali dengan orang Batak, yang tercermin dalam Sopo Etimo untuk orang-orang Batak. Tentu, HKBP memerlukan transformasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan dalam masyarakat. Oleh karena itu, para pendeta HKBP berkumpul untuk membahas bagaimana melakukan transformasi. Dr. Victor Tinambunan, pimpinan tertinggi HKBP, berbicara tentang transformasi ekologis yang tidak hanya tentang transformasi ritual atau organisasi, tetapi juga tentang ekosistem. Mereka juga membahas tentang kehidupan di sekitar Danau Toba dan perubahan yang terjadi karena pertumbuhan penduduk dan ekonomi.

Pdt. Dr. Victor Tinambunan membahas tentang bagaimana HKBP memadukan iman Kristiani dengan nilai-nilai adat dan budaya Batak. Dia menyebutkan, bahwa HKBP percaya bahwa Yesus sudah ada di Tanah Batak sebelum orang Batak mengenal-Nya secara langsung, dan bahwa Tuhan bekerja di tengah-tengah orang Batak meskipun mereka belum kenal Tuhan secara langsung. Itu artinya bukan zending yang membawa Yesus jurus selamat dunia ke tanah Batak. Nilai-nilai adat dan budaya Batak seperti adat perkawinan yang rumit dan nilai-nilai keluarga yang dijunjung tinggi diyakini memiliki nilai-nilai Kristiani yang dapat dipertahankan dan dipadukan dengan iman Kristiani. Ini menunjukkan bahwa HKBP berusaha untuk mengintegrasikan iman Kristiani dengan budaya lokal dan tidak melihat keduanya sebagai hal yang saling bertentangan.

HKBP: Gereja Umat Yang utamakan Pendidikan & Kini Hadapi Tantangan Transformasi

Konsep “Dalihan Natolu” atau “Tiga Tungku” dalam adat Batak memang sangat penting dan menunjukkan struktur sosial yang kompleks dalam masyarakat Batak. Ketiga kelompok, yaitu Hula-hula, Dongan Tubu, dan Boru, memiliki peran dan tanggung jawab yang berbeda-beda dalam acara adat dan kehidupan sehari-hari. Hula-hula sebagai keluarga dari pihak istri memiliki posisi yang dihormati dan harus dilayani, Dongan Tubu sebagai keluarga yang semarga memiliki peran dalam berdiskusi dan berkomunikasi, sedangkan Boru sebagai keluarga dari pihak suami memiliki peran dalam bekerja dan membantu. Konsep ini menunjukkan pentingnya posisi dan peran masing-masing dalam keluarga dan masyarakat Batak, serta kemampuan untuk beradaptasi dan berubah tergantung pada konteks dan acara adat yang sedang dihadapi.

Konsep “Dalihan Natolu” memang sangat cocok dengan kristologi dan pemahaman tentang Kristus, dan dapat membantu orang Batak memahami Yesus dalam konteks budaya mereka sendiri. Yesus dapat dilihat sebagai Hula-hula yang memberi berkat, Dongan Tubu yang menjadi sahabat, dan Boru yang melayani. Ini menunjukkan bahwa adat Batak dapat menjadi jembatan untuk memahami iman Kristiani. Meskipun ada tantangan dalam menghadapi generasi baru yang lebih pragmatis, nilai-nilai positif dalam adat Batak seperti hormat kepada orang tua masih sangat dihargai dan dipertahankan. Ini menunjukkan bahwa adat Batak masih memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Batak, bahkan dalam konteks kekristenan.

Ciri khas masyarakat Batak yang memiliki sifat terus terang dan tegas dalam berbicara memang sangat dikenal dan dihargai. Mereka dikenal sebagai suku yang berani menyampaikan pendapat dan protes secara lugas dan terang-terangan, namun juga memiliki hati yang baik. Keberhasilan orang Batak dalam bidang pendidikan juga sangat impresif, dengan banyak di antaranya yang menjadi tokoh-tokoh penting seperti hakim, jaksa, pendidik, dan dosen. Latar belakang keberhasilan ini memang tidak terlepas dari peran misionaris yang membawa pendidikan ke Tanah Batak, di mana gereja dan sekolah dibangun berdekatan. Ini menunjukkan bahwa pendidikan telah menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat Batak dan telah membawa dampak positif yang signifikan bagi kemajuan dan perkembangan mereka.

Falsafah orang Batak yang menganggap anak sebagai kekayaan yang paling berharga memang sangat mempengaruhi perilaku dan prioritas mereka dalam hidup. Orang Batak sangat menghargai pendidikan dan berusaha keras untuk menyekolahkan anak-anak mereka, bahkan jika itu berarti bekerja keras sampai malam. Contoh yang diberikan Renald tentang seorang ayah yang bekerja keras di malam hari sementara anaknya belajar dengan gizi yang baik sangat menggambarkan hal ini. Selain itu, rumah adat Batak yang memiliki makna bahwa generasi berikutnya harus lebih baik juga menunjukkan bahwa orang Batak memiliki visi dan harapan untuk masa depan yang lebih baik bagi anak-anak mereka. Ini semua menunjukkan bahwa orang Batak memiliki komitmen yang kuat untuk meningkatkan kualitas hidup dan masa depan anak-anak mereka melalui pendidikan dan kerja keras.

Transformasi dan ekologi memang sangat terkait erat, dan perubahan iklim menjadi ancaman global yang harus diatasi. Danau Toba, sebagai warisan dunia, memiliki nilai yang sangat penting dalam sejarah dan lingkungan. Namun, kondisi lingkungan Danau Toba saat ini sangat memprihatinkan, dengan pencemaran dan kerusakan ekosistem yang serius. Keramba ikan yang tidak terkelola dengan baik menjadi salah satu penyebab kerusakan lingkungan, dan peristiwa ikan mati massal akibat perubahan zat kimia di dasar danau menjadi bukti bahwa masalah ini harus segera diatasi. Oleh karena itu, transformasi untuk mengatasi masalah lingkungan di Danau Toba sangat diperlukan, dan perlu dilakukan upaya bersama untuk membuat Danau Toba menjadi lebih baik dan lestari.

Pentingnya menjaga keseimbangan ekologis dan memperbaiki kondisi lingkungan di Danau Toba memang sangat krusial. HKBP memiliki peran penting dalam menjaga lingkungan di sekitar Danau Toba, dan kerja sama antara gereja, pemerintah, dan masyarakat adat sangat diperlukan untuk mencegah kerusakan lingkungan. Kearifan lokal orang Batak yang memiliki pemahaman tentang menghargai dan menghormati danau serta tabu melakukan tindakan yang dapat merusak lingkungan harus dipertahankan dan dijadikan pedoman dalam menjaga lingkungan Danau Toba. Namun, kondisi lingkungan di Danau Toba saat ini sangat memprihatinkan dan memerlukan perhatian serius dari semua pihak untuk mengatasi masalah ini dan menjaga kelestarian Danau Toba.

Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencegah kerusakan lingkungan di Danau Toba dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan sangat penting. Penerbitan SK hutan adat oleh pemerintah pusat merupakan langkah positif, namun perlu diiringi dengan penyadaran kepada masyarakat untuk menjaga hutan adat dan tidak menyerahkannya kepada orang-orang tertentu untuk ditebangi. Dengan demikian, masyarakat dapat memahami pentingnya menjaga lingkungan dan hutan adat, serta berperan aktif dalam melestarikan Danau Toba dan lingkungan sekitarnya.

Jika alam di kawasan Danau Toba terjaga dengan baik, maka potensi pariwisata di Danau Toba juga dapat meningkat. Kerja sama antara semua sektor, termasuk pemerintah, masyarakat, perusahaan, dan industri pariwisata, sangat diperlukan untuk menjaga lingkungan Danau Toba dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan. Dengan demikian, Danau Toba dapat menjadi destinasi pariwisata yang tidak hanya indah, tetapi juga berkelanjutan dan ramah lingkungan.

HKBP merespons perubahan masyarakat dan teknologi digital dengan mengakui teknologi digital sebagai anugerah Tuhan dan berupaya menggunakannya sebaik-baiknya untuk transformasi dan perubahan. Dalam konteks ibadah, Ephorus menekankan bahwa yang penting bukanlah gaya ibadah, tetapi menyesuaikan diri dengan Tuhan dan tidak membiarkan ego dan keinginan kedagingan menguasai ibadah. Ini menunjukkan bahwa HKBP berusaha untuk tetap relevan dan efektif dalam menjalankan misi dan pelayanannya di tengah-tengah perubahan masyarakat dan teknologi.

Peran gereja dalam mengatasi masalah sosial seperti narkoba, judi, dan human trafficking sangat penting. HKBP telah membuat keputusan untuk mengatasi masalah ini melalui penyadaran kepada warga jemaat dan kerja sama dengan pemerintah. Pentingnya menjaga generasi muda dari pengaruh narkoba dan kerusakan lingkungan juga ditekankan, serta membangun kembali sesuatu yang menjaga ekologi yang lebih baik. Tantangan kekristenan Batak dalam menghadapi zaman yang pragmatis dan sekularisme memang besar, namun HKBP telah melakukan beberapa upaya untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi jemaat dalam menjaga lingkungan dan mengatasi masalah sosial. Dengan demikian, gereja dapat berperan aktif dalam mewujudkan kesejahteraan umat dan kebaikan, serta menjaga kelestarian alam.

Peran gereja dalam politik dapat diartikan sebagai keterlibatan dalam usaha-usaha untuk kebaikan bersama, bukan berarti masuk partai politik atau menggunakan kekuasaan. Gereja dapat berperan dalam meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam mewujudkan kesejahteraan umat dan kebaikan. Selain itu, gereja juga memiliki peran penting dalam menjaga lingkungan dan alam, serta menekankan pentingnya bertanggung jawab untuk menyerahkan alam dalam bentuk yang lebih baik kepada generasi mendatang. Konsep bahwa kita tidak mewariskan alam kepada anak cucu, tetapi kita meminjam dari mereka, sangat tepat untuk meningkatkan kesadaran kita akan pentingnya menjaga dan merawat alam dengan baik. Dengan demikian, gereja dapat berperan aktif dalam mewujudkan kebaikan bersama dan menjaga kelestarian alam untuk generasi mendatang. (Hojot Marluga)

Hojot Marluga

Belajar Filosofi Air

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

five × one =