Anak Berkonflik Dengan Hukum: Sistem Peradilan Pidana Anak Sudah Waktunya Direvisi

Suaratapian.com-Kematian Arist Merdeka Sirait sebagai aktivis anak Indonesia tentu meninggalkan duka yang amat mendalam, bukan saja bagi keluarga, tetapi bagi para penggiat perlindungan anak. Arist yang dikenal sahabat, sosok yang sangat peduli untuk memperjuangkan perlindungan anak tanpa batas, dan tanpa terasa telah setahun dia meninggalkan kita. Perjuangannya tentu menginspirasi dan perlu dilanjutkan. Maka untuk itu digelar “In memoriam satu tahun Arist Merdeka Sirait.” Acara ini juga sekaligus melaunching dua karya yang dibuatnya sebelum meninggal, yaitu buku dan lagu yang dikarang Arist Merdeka Sirait sebelum meninggal (11 Juni 1960-26 Agustus 2023). Acara digelar di The Aamani Palladium Theater, LSPR Institute of Communication and Business Institute, Jalan Ir. H. Juanda Nomor 220, Duren Jaya, Bekasi Timur.

Pengurus inti Yayasan Arist Merdeka Sirait

Ketua Panitia, Agustinus Sirait, dalam sambutannya berterima-kasih pada seluruh undangan yang hadir. “Bapak dan ibu, almarhum Arist Merdeka Sirait sebelum meninggal sempat membuat dua karya, lagu dan buku, dan hari ini sekaligus kita luncurkan foundation untuk meneruskan perjuangannya,” ujar Agutinus yang juga adik bungsu Arist Merdeka Sirait.

Agustinus juga menyebut, bahwa akhir-akhir ini kita menyaksikan melalui media, hampir setiap hari terdengar, kita mendengar, melihat dan membaca bahwa dunia anak dunia anak-anak kita saat ini sangat sedang tidak baik-baik saja.

“Bahkan, saya menyebutnya, dalam keadaan sangat darurat dan sangat genting, mungkin masih hangat di berita media saat ini terjadi ada satu pemilik panti asuhan di Tangerang beserta guru dan pengurusnya melakukan pelecehan seksual pada sebanyak 70 anak, bahkan lebih. Itu sangat menggugah hati kita bersama,” bebernya.

In Memoriam Satu Tahun Arist Merdeka Sirait; Launching Karya Buku & Lagu dan Foundation

Dia menambahkan, siapaun orang yang mendengar berita seperti itu sangat ironis sekali. “Ada berita lagi ada empat orang di Palembang, anak juga menyakiti anak seusianya, bahkan sampai meninggal. Saya juga mengikuti berita, ada pemilik tempat penitipan anak di Depok juga melakukan hal yang sama, kekerasan terhadap anak yang masih usia balita dan sebagainya,” jelasnya, menyelaskan betapa marak kekerasan pada anak yang perlu mendapat pendampingan dan perlindungan.

Acara yang dihadiri ratusan undangan, dimulai dengan doa oleh Pendeta Dahlan Munthe, Pendeta HKBP Resort Pasar Rebo. Dalam acara itu juga dinyanyikan karya lagu Arist, dan diriingi musik anak-anak yang berkebutuhan khusus, tetapi bertalenta musik.

Sementara itu, Ahmad Taufan Damanik, mantan Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, yang juga sahabat Arist Merdeka Sirait menyebut, Arist adalah sahabat yang vokal untuk memperjuangkan hak-hak anak. Hal senada diucapkan Lia Latifah, rekan kerja Arist Merdeka Sirait semasa di Komanas Perlindungan Anak menyebut, “Arist sosok yang langkah, telah menjadi pahlawan untuk anak-anak, maka perjuangannya harus terus kita perjuangkan.”

Terakhir, sambutan sekaligus memandu diskusi buku bertajuk Perlindungan Anak; Anak Berkonflik Dengan Hukum, St. Rosti boru Munthe, S.Th, yang juga istri almarhum Arist Merdeka Sirait. Dia mengatakan, keadaan anak sekarangnya ini bukan lagi hal yang biasa, tetapi sudah luar biasa. Karena itu, bagi Rosti mengusulkan sistem Peradilan Pidana Anak sudah waktunya untuk direvisi,

“Tentu, mengatakan ini mudah, tetapi untuk melakukannya sulit, maka dituntut semua peran serta kita, karena semua yang ada di sini juga dari berbagai macam profesi, ada yang pengacara, ada yang psikolog anak, ada yang guru, dan segala macam.”

Dia menambahkan, agar kita sama-sama untuk mendukung ini. “Dan ini adalah pesan penting dari buku ini, supaya anak-anak semakin terlindungi, hak-haknya harus diperjuangkan,” ujarnya menutup diskusi buku. (Hotman)

Hojot Marluga

Belajar Filosofi Air

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

seventeen − 14 =