Merawat Bumi, Merawat Iman: Aksi Nyata untuk Lingkungan Hidup

Suaratapian.com-Huria Kristen Batak Protestan(HKBP) menggelar seminar lingkungan dengan tema yang relevan dengan isu-isu lingkungan hidup saat ini. Dalam seminar tersebut, HKBP menggaungkan iman dalam aksi dan menyerukan pentingnya menjaga lingkungan hidup. Tema “Tutup TPL” (Tutup Tambang Pencemaran Lingkungan) menjadi fokus utama dalam seminar tersebut, dengan tujuan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang dampak negatif dari kegiatan pertambangan yang tidak berkelanjutan dan tidak ramah lingkungan.

Dengan menggaungkan iman dalam aksi, HKBP menunjukkan komitmennya dalam menjaga lingkungan hidup dan mempromosikan pembangunan yang berkelanjutan. Seminar lingkungan ini juga menjadi kesempatan bagi HKBP untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam menjaga lingkungan hidup, serta membangun kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam upaya pelestarian lingkungan.

HKBP Kebayoran Baru di Jakarta menjadi tuan rumah seminar “Merawat Lingkungan Hidup: Iman yang Hidup dalam Aksi Nyata” pada Sabtu, 26 Juli 2025. Acara ini mempertemukan berbagai elemen gereja, masyarakat sipil, dan akademisi untuk menyuarakan keprihatinan atas kerusakan lingkungan, khususnya di kawasan Danau Toba. Seminar ini juga merumuskan langkah nyata dalam upaya pelestarian alam. “Hutan di sekitar Danau Toba rusak parah akibat penggundulan, sementara Bukit Kaldera terlihat kering dan tandus, menunjukkan dampak kerusakan lingkungan yang serius di kawasan tersebut.”

Acara dimulai dengan sambutan Praeses HKBP Distrik DKI Jakarta, Pdt. Oloan Nainggolan, menegaskan bahwa isu lingkungan hidup bukan sekadar masalah sosial atau ekonomi, melainkan panggilan spiritual untuk menutup PT Toba Pulp Lestari (TPL).  Ada lima pembicara yaitu, Pdt. Prof. Septemmy E. Lakawa, Rukka Sombolinggi, Dewi Kartika, Bhima Yudhistira Adhinegara dan Dr Supardi Marbun.

Pdt. Prof. Septemmy E. Lakawa dari STFT Proklamasi Jakarta turut mengapresiasi HKBP sebagai salah satu gereja yang konsisten mengangkat isu ekologi dalam narasi teologisnya. Ia berharap gereja-gereja lain dapat meneladani HKBP dalam menjadikan pengalaman lokal seperti Danau Toba sebagai panggilan universal untuk merawat bumi.

Rukka Sombolinggi dari Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) mengungkapkan kondisi kritis yang dihadapi masyarakat adat di Tano Batak akibat pemberian izin sepihak kepada TPL.

Dewi Kartika dari Konsorsium Pembaruan Agraria menyoroti cacat hukum dalam izin konsesi TPL yang didasarkan pada SK Menhut No. 579/Menhut-II/2014.

Bhima Yudhistira Adhinegara dari CELIOS membeberkan data yang menunjukkan bahwa keberlanjutan operasi TPL justru merugikan dan tidak relevan secara bisnis.

Sementara, Dr. Supardi Marbun membahas tentang pentingnya merawat lingkungan di kawasan Danau Toba, khususnya terkait dengan tanah dan tata ruang. Beliau menekankan bahwa Danau Toba merupakan aset nasional yang sangat berharga dan perlu dijaga kelestariannya.

Dalam paparannya, Dr. Supardi Marbun mengatakan, pentingnya pengelolaan tanah dan tata ruang yang baik: Untuk mencegah kerusakan lingkungan dan memastikan keberlanjutan ekosistem Danau Toba. “Seperti pertambangan, deforestasi, dan pembangunan yang tidak terkendali, yang dapat merusak lingkungan dan mengancam keberlanjutan Danau Toba. Dalam menjaga kelestarian lingkungan Danau Toba dan memastikan bahwa pembangunan di kawasan tersebut dilakukan secara berkelanjutan dan bertanggung jawab,” ujar Marbun Lumban Gaol dari Toga Raja ini.

Dengan demikian, Dr. Supardi Marbun berharap dapat meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan Danau Toba, serta mempromosikan pembangunan yang berkelanjutan dan bertanggung jawab di kawasan tersebut. Seminar ini merupakan bagian dari rangkaian menuju “Doa Bersama Merawat Lingkungan Hidup” yang akan digelar pada 18 Agustus 2025 di Tugu Proklamasi, Jakarta, dengan diperkirakan 2.025 peserta dan longmarch dari Kantor PGI menuju lokasi doa bersama.

Ketua Umum Panitia, St. Dr. Leo Hutagalung, menyampaikan bahwa kegiatan ini adalah puncak dari perjalanan panjang HKBP memperjuangkan kelestarian lingkungan. Ia mengisahkan roadshow Ompui Ephorus HKBP, Pdt. Dr. Victor Tinambunan, ke berbagai wilayah di Tano Batak sejak Maret 2025. Menurutnya, perjuangan ini merupakan misi iman untuk “memerdekakan Danau Toba” dari eksploitasi industri. (Hojot Marluga)

Hojot Marluga

Belajar Filosofi Air

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

fourteen + 6 =