Diskusi Politik: Perjuangan Yesus Demi Perdamaian
Polarisasi dan Politik Salib
Ronny Mandang dalam pemaparannya menyebut, di umat Kristen Indonesia terjadi polarisasi, bahwa gereja berusaha untuk bagaimana mengubah dunia ini percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan juruselamat. Tetapi pada waktu yang bersamaan dunia juga sebenarnya sedang berusaha untuk sekularisasi kan gereja, orang-orang percaya. Dan yang kedua, pernyataan Yesus sendiri tentang dirinya memang tidak secara eksplisit dikatakan bahwa dia adalah Tuhan, tetapi kita semua pernah membaca dan mengerti.
“Saya meyakini ibu bapak sering juga menyampaikan hal-hal isi Alkitab ini kepada banyak orang, dimana Yesus pernah mengatakan, berkali-kali Aku dan Bapa adalah satu satu kesatuan yang tidak terpisahkan itu juga mengatakan, aku datang bukan dari dunia ini, dan juga pernah mengatakan, di dalam Injil Yohanes pasal 6 sampai pasal 8 sama seperti bapak mengutus aku demikian juga aku mengutus kamu ada kata sama-sama seperti bapa mengutus aku demikian aku mengutus kamu,” jelas Ronny.
Jadi, menurutnya, agak tak mudah menjelaskan politik bagaimana yang harus dilakukan dalam konteks ini. Namun bagi bagi pendeta Mandang kalimat seperti ini beberapa kali muncul sama seperti bapa mengasihi aku demikian aku mengasihi kamu. Maknanya bahwa anak-anak Tuhan dipanggil untuk panggilan mulia, bukan sekedar hanya memperjuangkan kekuasaan.
Sementara itu, Pendeta Richard Daulay menyebut Yesus dating menyerukan politik moral. “Yesus memperjuangkan politik moral, bukan politik praktis partai politik yang ingin merebut kekuasaan dan misi Yesus. Daulay juga mengisahkan, PGI sejak tahun 80-an punya tanggung jawab politik dalam arti turut serta secara aktif di dalam mengupayakan kehidupan berbangsa bernegara dan bermasyarakat berdasarkan Pancasila dan UUD 45 dengan dan perjuangkan keseimbangan antara kekuasaan keadilan. “Jadi agendanya juga bukan politik praktis dan praktik politik partisipan, tetapi politik moral,” sebutnya.
Matius Ho bahwa politik bagi tataran individual jadi refleksinya dan bagaimana itu dikaitkan dengan contoh history siapa yang bisa seperti mencerminkan nilai-nilai yang kita pelajari ketika merenungkan salib. Ketika merenungkan Yesus dan salib dan contoh indeks topik yang diangkat dan tadi sudah di singgung adalah dokter Johanes Leimena.
“Bagi saya yang menarik itu adalah kata-kata mengambil rupa seorang hamba sehingga kalau dikaitkan dengan politik salib atau apa yang saya dapatkan dari cara Yesus dan salib yang pertama itu adalah memang sikap atau semangat untuk melayani. Salah satu cirinya apa yang dilakukan Leimena,” sebutnya.
Sementara Roy Rening menyebut, orang Kristen di Indonesia bukan saja menjadi garam, tetapi harus sampai menjadi terang terutama di bidang politik. Karena itu, dia menyerukan teman-teman Kristen yang mau terlibat dalam dalam kehidupan di politik harus menjadi mitra dan persoalan kita ke arah kemandirian.
“Pada Pemilu 2014 dan 2019 sudah tidak ada lagi partai partai Kristen dan saya memberikan respon kepada teman-teman yang masih memikirkan itu supaya jangan sampai sejarah umat Kristen dalam kehidupan politik hilang ditelan bumi. Saya kira harus kita sampaikan bahwa kita memiliki kelemahan sekarang, karena kita tidak bisa lagi menjadi terang bangsa, kita hanya menjadi garam,” ujar pengacara asal Papua ini. (Hojot Marluga)