Jangan Salahgunakan Kekuasaanmu Untuk Korupsi Keuangan Negara, Apalagi Untuk Memuaskan Nafsumu dan Menindas Istrimu dan Keluargamu Serta Rakyatmu
suaratapian.com-Penyalahgunaan Kekuaasaan atau dikenal dengan Detournement De Pouvoir merupakan konsep Hukum Administrasi Negara “HAN” dan/atau Hukum Tata Usaha Negara “HTUN” yang diadopsi dari hukum & bahasa Prancis, dalam bahasa Indonesia, dikenal sebagai Penyalahgunaan Wewenang dan/atau penyalahgunaan Kekuasaan. Seringkali, isteri pejabat dan/atau rakyat jelata datang berkunjung ke rumah dan/atau ke kantor Penasehat Hukum PH mengadu dan/atau menceritakan keadaan mereka sebagai korban penyalahgunaan kekuasaan, bahwa mereka sejatinya telah menjadi korban Penguasa, akibat adanya penyalahgunaan kekuasaan oleh para Pejabat Penguasa.
Tidak sedikit Isteri Pejabat Pemerintah Pusat dan daerah, termasuk isteri para pejabat BUMN / BUMD, yang datang menangis penuh airmata, dalam bercerita tentang bagaimana mereka membentuk rumah tangga dari mulai susah / nol, hingga menjadi rumah tangga yang hebat, kaya dan berkuasa penuh, akan tetapi ketika Suami mereka berada dipuncak sukses kekuasaan itu, justeru mereka tidak mendapat kebahagiaan dan kedamaian itu, sebagai akibat daripada banyak para Suami mereka yang lupa diri atas masa lalunya yang susah.
Banyak para suami selaku penguasa, mulai tergoda dengan dunia malam, mulai narkoba, wanita malam, budaya hedonisme, serakah dan selalu kepingin semakin kaya raya lagi, bersikap sombong pada sesama/wartawan/kerabat/kawan lama yang kurang sukses, haus akan jabatan dan kekuasaan, menghalkan segala cara, sok merasa paling penting dan berkuasa, pilih-pilih teman, hingga pada akhirnya, tidak sedikit dari mereka yang melakukan perbuatan penyalahgunaan Kekuaasaan yang ada pada mereka, yang dikenal dengan istilah Detournement De Pouvoir.
Demikian juga rakyat, tidak sedikit yang merasa menjadi korban dari pada janji-janji manis pra Penguasa, akan tetapi pasca mereka menjadi penguasa, mereka pun lupa diri dan lupa janji, sombong dan tidak perduli keadaan rakyatnya yang sesungguhnya, sebab dihati para pejabat itu hanyalah bagaimana cara membuat proyek-proyek untuk menghabiskan anggaran dan mendapatkan komisi, yang bisa memberikan persentase atau keuntungan besar, untuk mengisi pundi pundi kantong pribadi mereka.
Sebut saja seperti pembangunan proyek LRT, Tol, dengan menggusur rumah rakyat tanpa membayar apa yang menjadi hak rakyat, dengan cara merekayasa bukti kepemilikan rakyat dan menyuruh berperkara karena pengadilan telah mereka kuasasi/kolusi, akan tetapi ada aliran uang masuk ke BUMN/BUMD maupun ke rekening para pejabat terkait terkait pengadaan tanah untuk kepentingan umum.
Demikian juga proyek Virus covid-19 yang tak kunjung berkesudahan itu, mulai dari penerapan PSBB, PPKM, Vaksin 1, 2 dan 3, serta wajib PCR dan/atau Rapid Anti Gen sebagai prasyarat untuk bisa masuk ke kantor pemerintah walaupun telah menjalani berbagai macam vaksin, akan tetapi tetap saja wajib PCR dan/atau Rapid Anti Gen ketika penumpang masuk ke Bandara dan Pesawat, demikian juga masuk ke mall, masuk ke kantor lainnya, dll.
Hal itu terus terjadi, tanpa pejabat itu pernah berpikir, merasakan dan/atau perduli, apakah rakyat tersebut mampu atau tidak melaksanakan seluruh ketentuan proyek tersebut, akan tetapi selalu ada saja 1001 macam alasan pembenar untuk menjustifikasi pelaksanaan proyek-proyek pejabat pemerintah tersebut, untuk terus menerus dapat menyalahgunakan kekuasaan yang ada pada mereka !
Bahwa ternyata penyakit Penyalahgunaan kekuasaan dan/atau penyalahgunaan Kewenangan itu telah berlangsung begitu lama/tua, terbukti penyalahgunaan kekuasaan sudah tercatat dalam Alkitab Perjanjian Lama “Old Testament” maupun dalam Kitab Perjanjian Baru “New Testament” pada ribuan tahun yang lalu.
Sebuat saja misalnya, Kisah Raja Daud yang menyalahgunakan kekuasaan yang ada padanya, untuk merebut & menguasai isteri Uria, hambanya yang setia itu, pada uraian berikut ini :
Raja Daud mengirim Uria kembali ke panglima Yoab dengan membawa surat dari Daud. Isi surat itu: “Tempatkanlah Uria di barisan depan dalam pertempuran yang paling hebat, kemudian kamu mengundurkan diri daripadanya, supaya ia terbunuh mati.
Pada waktu Yoab mengepung kota Raba, ia menyuruh Uria pergi ke tempat yang diketahuinya ada lawan yang gagah perkasa, maka gugurlah beberapa orang dari tentara, dari anak buah Raja Daud; juga Uria, orang Het itu, mati. Kemudian Yoab menyuruh orang memberitahukan kepada Daud jalannya pertempuran itu, sambil mengatakan: “Juga hambamu Uria, orang Het itu, sudah mati.”
Ketika peristiwa itu didengar isteri Uria, bahwa Uria, suaminya, sudah mati, maka merataplah ia karena kematian suaminya itu. Setelah lewat waktu berkabung, maka Raja Daud menyuruh membawa perempuan itu ke rumahnya, akan tetapi hal yang telah dilakukan oleh raja Daud itu adalah jahat di mata TUHAN.
Perempuan itu menjadi isterinya dan melahirkan seorang anak baginya akan tetapi mati sebagai hukuman bagi Raja Daud, selanjutnya Raja Daud menyesali perbuatan jahatnya dan bertobat, kemudian isterinya itu melahirkan laki-laki baginya yang kita kenal bernama Raja Salomo.
Demikian juga Kisah Izebel berikut ini : “Kata Izebel, isterinya, kepadanya: “Bukankah engkau sekarang yang memegang kuasa raja atas Israel? Baca : 1 Raja-raja 21:7a”.
Bahwa Izebel memberikan pendapat kepada suaminya, Ahab, yang ingin memiliki kebun anggur Nabot, namun si pemilik kebun tidak mau menyerahkannya. Lalu Ia berkata, “Bukankah engkau sekarang yang memegang Kuasa Raja Atas Israel?” (1 Raja-raja 21 ayat 7a).
Bahwa dengan kekuasaan yang ada pada suaminya selaku Raja Israel, dan dengan licik dan keji, ia merencanakan dan memerintahkan pembunuhan atas Nabot, hanya demi memuaskan nafsu serakah sang suami untuk menguasai kebun milik orang lain (1 Raja-raja 21 ayat 11-13).
Pada awalnya, semua peristiwa kekejian itu dapat berjalan mulus dan seolah tidak menimbulkan dampak apa-apa. Akan tetapi, Tuhan Elohim Yang Maha Kuasa & Melihat, tidak tinggal diam melihat peristiwa kekejian yang sangat jahat tersebut. Terbukti bahwa Nasib tragis telah menanti Ratu Izebel. Menurut firman Tuhan, anjing akan memakan Izebel di tembok luar Israell, baca 1 Raja-raja 21ayat 23.
Bahwa Kekuasaan memang selalu diidam-idamkan dan/atau didambakan oleh begitu banyak orang, terbukti pada setiap Even Pemilu, Pilkada maupun Pileg, selalu saja ramai kontes – kontesnya yang mengikutinya diringi dengan berbagai acara tarian, nyanian dan dangdutan.
Banyak Orang berjuang, saling berebut, dan saling menjatuhkan hanya demi memperoleh kekuasaan, dan dengan berapa pun harga atau biayanya dan/atau seberapa besar Mahar Politik yang harus dibayar kepada Ketua umum partai Politiknya termasuk biaya bagi-bagi uang pada konstituen, sehingga tidak sedikit yang gila pasca pemilu/pilkada/Pileg selesai dan/atau sangat banyak pejabat terpilih menurut KPK RI yang korupsi habis-habisan atas APBN / APBD pasca Pemilu / pilkada/Pileg selesai.
Bahwa sekalipun para Pejabat & polisiti, selalu bersumpah atas nama Agama, Allah dan/atau Tuhannya, berjanji menyatakan tidak akan korupsi dan tidak akan menyalahgunakan kewenangan/kekuasaan yang ada padanya, sesuai fakta integritas yang mereka tandatangani secara rutin, membuat LHKPN dengan cara Mark UP atas hartanya, hingga harta Mertua, orangtua, Sanak saudara dan kerabat ikut serta dimasukkan sebagai daftar harta Pejabat pada LHKPN.
Bahwa pejabat yang bersangkutan terkesan sudah kaya raya pada saat mulai diangkat pejabat, dan nanti ketika korupsi, agar dianggab bukan karena hasil korupsi, akan tetapi itu semua, hanya isapan jempol saja, walaupun mereka rajin ibadah, hanya untuk menutupi kejahatan mereka saja bersikap alias Munafik !
Faktanya, mereka rela mengeluarkan banyak uang, tenaga, dan waktu, menggunakan cara-cara curang / menghalkan segala cara pra pemilu, pertanyaannya, kalau niatnya bukan untuk korupsi, lalu untuk apa uang miliaran hingga triliuan rupiah mereka gelontorkan jauh melampaui gaji yang akan mereka terima kelak..???
Tidak jarang orang minta pertolongan orang pintar/dukun, paranormal, dan/atau menjalani ritual gaib, pengasihan dan lainnya, hanya untuk mendapatkan kekuasaan dan jabatan.
Hal tersebut terjadi karena banyak orang beranggapan, bahwa dengan memegang kekuasaan & Wewenang tertentu, maka mereka akan berhak untuk bertindak sewenang-wenang dan/atau akan bisa melakukan apa saja guna memeras rakyat, menggelapkan Pajak/Retribusi termasuk mempersulit perizinan rakyat & Industri agar keluar uang suap/gratifikasi.
Bahwa, melakukan pemerasan terhadap tersangka/terdakwa, termasuk melakukan tindak pidana kejahatan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, tanpa ada yang menghalang-halangi niat mereka itu, karena Penegak Hukum pun bisa mereka suap dan/atau bisa diancam untuk dipindahkan / dimutasikan ketempat yang tidak “empuk dan basah” bila dianggap macam-macam..!
Banyak pejabat negara yang menggunakan wewenang dan kekuasaannya, untuk memperkaya diri dengan korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
Padahal, kekuasaan yang dimiliki setiap orang itu seyogyanya adalah berasal/bersumber dari Tuhan, sesuai kitab Roma 13:4, dan seharusnya kekuasaan itu didayagunakan untuk kesejahteraan rakyat banyak, dimana wewenang dan kekuasaan itu suatu saat kelak, harus kita pertanggungjawabkan di hadapan Tuhan Elohim, Sang Pemberi kuasa itu sendiri.
Untuk itu mari jaga, rawat dan pergunakanlah kekuasaan dan wewenang kita itu, sesuai kehendak Tuhan Elohim, Sang Pemilik Kuasa itu sendiri, dan jangan kita salahgunakan, sebab tidak ada kekuasaan yang abadi, kecuali Kuasa Tuhan Elohim !
Ingat, bahwa Tuhan Jesus Kristus sebagai penguasa yang dasyat, justeru memberi teladan untuk melayani dan mengasihi, sesama manusia, bahkan Tuhan Jesus Kristus rela membasuh kaki murid-muridnya, sebagai bentuk keteladanan dan rendah hati penguasa penuh, didalam kekuasaanNya itu.
Padahal Tuhan Jesus Kristus sangat berkuasa penuh untuk : Merubah air menjadi Anggur, Menyembuhkan orang sakit/lumpuh/buta, berkuasa untuk mengusir setan, berkuasa Mengendalikan alam semesta dan berKuasa atas kematian untuk membangkitkan orang mati, akan tetapi Tuhan Jesus Kristus tidak pernah mau menyalahgunakan KekuasaanNya.
Terbukti, Alkitab sendiri justeru mencatat bahwa kita wajib saling mengasihi seperti Jawab Jesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Elohimmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu”. Itulah yang terutama dan yang pertama. Dan yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”. Pada kedua inilah tergantung seluruh Taurat dan kitab para nabi ( baca : Matius 22:37-40), Haleluya, Puji Tuhan.
Demikian.
Horas.
Adv. Kamaruddin Simanjuntak,S.H.
Ketua Umum PDRIS