Membangun Ekonomi Kreatif Berbasis Budaya Batak
Oleh: Hojot Marluga
Teknologi berkembang masif sejak munculnya kehidupan. Perkembangan teknologi dan komunikasi di dunia terus melaju dan begitu pesat, dari perkembangan komputer ke internet. Maka dikatakan setiap jaman disebut era modern oleh karena selalu ada kemajuan di setiap era, ditopang perkembangan teknologi. Mulai prasejarah hingga sekarang berkembang, sekarang era 4.0 siap-siap masuk ke 5.0. Bahkan tanda-tanda Revolusi Industri 5.0 sudah mulai terlihat, meskipun masih belum masif terlihat. Dipercaya pada Revolusi Industri 5.0, akan terdapat aspek yang akan menaikkan peradaban manusia, tentu yang tak bisa berselancar di atasnya akan tergulung gelomban besar itu.
Kemajuan itu ibarat gelombang besar, barangkali inilah yang dinamakan Gelombang Peradaban sebagaimana dikatakan Alvin Toffler. Tentu, untuk lebih memahami tentang gelombang peradaban manusia, aspek-aspek yang tak boleh dihiraukan berkolaborasi satu sama lain adalah fisik, digital, dan biologis, serta dilengkapi dengan hadirnya aspek spiritual. Di era Revolusi Industri 5.0 ini, spiritual dipercaya akan memimpin. Jadi, ke depan yang dibutuhkan orang tak hanya cerdas secara intelektual dan mampu mengelola emosi, tetapi orang yang purna, punya kecerdasan spiritual.
Bila merujuk sejarah, di masa prasejarah tentu belum mengenal istilah teknologi pada masa ini, namun manusia prasejarah telah mencoba memulai berkomunikasi dengan cara menuangkan seluruh aktivitas ke dalam bentuk gambar, digambar di dinding-dinding gua tempat mereka tinggal. Pasca prasejarah, cikal bakal teknologi modern di Mesir Kuno menciptakan huruf heiroglyph yang berupa simbol-simbol untuk mewakili setiap pembicaraan atau ungkapan. Tahun 500 SM, ditemukan media kertas pertama kali dengan menggunakan tumbuhan papyrus. Dilanjutkan kebudayaan China mengembangkan kertas seperti yang kita gunakan saat ini.
Selanjutnya seorang berkebangsaan Jerman, Johannes Gensfleisch zur Laden zum Gutenberg, seorang pandai logam menciptkan teknologi percetakan. Perkembangan itu, di tahun1830 oleh Augusta Lady Byron dan Charles Babbage berhasil menulis program komputer yang pertama kali menggunakan mesin analytical untuk mengolah data dan menghasilkan keluaran dalam bentu kartu. Tahun 1877, perangkat telepon ditemukan oleh Alexander Graham Bell, dan tahun yang sama Edweard Muybridge juga berhasil menemukan teknologi fotografi dengan kecepatan tinggi. Akhirnya teknologi informasi makin berkembang saat mulai diterapkan dalam berbagai sektor, termasuk dalam dunia bisnis, istilah world wide web (www). Di Indonesia sendiri internet mulai diperkenalkan sejak tahun 1970-an, dimulai pertama kali di beberapa organisasi akademis perguruan tinggi.
Tahun 1993, pasca ditemukannya www, barulah Indonesia resmi terhubung dengan jaringan internet secara universal, menggunakan protokol TCP/IP, serta menggunakan domain (id) untuk simbol: Indonesia. Di era ini tentu kita selalu tertantang untuk berkembang, teknologi yang memicunya. Dan memang teknologi capai manusia, hasil dari daya nalar, yang terus-menerus berkembang, sampai sekarang dari internet inilah berkembang bisnis online. Itu sebab seorang antropologi Lewis H. Morgan menyebut, bahwa perkembangan teknologi adalah faktor utama dari berkembangnya peradaban manusia. Jejak-jejak peralatan dan teknologi yang dimiliki manusia sejak awal peradabannya ditemukan, terus berkembang. Itu sebab teknologi, temuan manusia dimulai dari hal sederhana seperti pengembangan bahasa, pembuatan perkakas dari batu hingga berkembang sampai sekarang seperti komputer kuantum.
Oleh karena itu, kecangihan teknologi informasi harus disambut sebagai pekembangan untuk kemajuan peradaban dan tak mungkin ditolak. Itu sebab dari komunitas, wilayah atau satu negara akan tertinggal peradabannya jika tak siap beradaptasi menyerap teknologi. Tentu teknologi juga harus dikendalikan dan dikelola baik. Maka tepatlah ungkapan bahwa ancaman paling serius terhadap keutuhan jika tak bisa mengelola dan mengendalikan teknologi. Lagi-alagi teknologi menjadi bumerang, membawa disharmoni atau mendatangkan ketidakharmonisan. Hal ini bisa meluas menjadi konflik yang mengambil bentuk kesenjangan sosial di masyarakat. Kondisi ini bisa kita temui dalam kehidupan saat ini. Di era teknologi informasi yang luar biasa pesat membawa kesempatan yang begitu lebar dan kesenjangan yang begitu lebar pula. Tentu kesempatan teknologi sekarang ini mendorong ekonomi kreatif, yang terkoneksi dan bisa memanfaatkannya akan beruntung, sementara yang tak terkoneksi dan tak tahu menggunakannya akan buntung.
Dampak teknologi informasi dengan agadanya internet membuka peluang di bisnis online. Mengerucut dengan adanya gagasan ekonomi kreatif. Apa itu ekonomi kreatif? Konsep di era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas. Ada kreatif dan inovatif dengan mengandalkan ide dan pengetahuan dari sumber daya manusia sebagai faktor produksi. Metode ini umumnya didukung dengan keberadaan industri kreatif yang menjadi pengejawantahannya. Itu sebabnya oleh United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD), ekonomi kreatif disebut merupakan sebuah konsep ekonomi yang berkembang berdasarkan aset kreatif yang berpotensi menghasilkan pertumbuhan dan perkembangan ekonomi yang masif.
Tentu, jauh sebelum menelisik lebih dalam, bahwa sumber dari pertumbuhan ekonomi digital itu adalah data dan militansi dari komunitas, kesatuan koneksi dari organisasi. Sebagaimana menurut Ma Yun alias Jack Ma, millioner pendiri dan pimpinan raksasa internet Alibaba Group, perusahaan ini bisa besar dan bertahan di industri teknologi, internet, oleh karena basis jaringan yang kuat. Tekonologi terus berkembang, maka bisnis ke depan adalah berbasis data. Menurutnya kewirausahaan adalah salah satu dari unsur perkembangan digital, dan lainnya adalah pendidikan berbasis internet. Ma menuturkan, salah satu yang harus dipelajari ketika dunia dikuasai teknologi adalah data, koneksi data. Manusia yang mampu untuk menganalisa data, sangat dibutuhkan di masa depan. Dunia akan menjadi data dan itu pun baru permulaan dari periode kekuatan data yang akan lebih masif dampaknya ke depan.
Kekuatan data
Saat ini data menjadi kekuatan terbaru di dunia digital. Tentu yang melek literasi digital pasti, sudah pasti mengerti apa itu data, apa itu informasi, dan apa itu pengetahuan. Data adalah sekumpulan fakta-fakta terungkap yang terjadi. Data strategis, yang tak strategis kelompok yang belum dimanfaatkan dengan optimal. Alibaba Group berkembang masif oleh karean memiliki akses data ke pelanggan yang luar biasa. Dampaknya banyaknya yang mengunjungi situs Alibaba karena mampu mengkoneksikan jaringan digital oleh data yang dimiliki. Ma bekali-kali menyatakan, bahwa data sangat penting bagi kehidupan manusia di masa depan. “Kedepan, dengan internet, semuanya akan terhubung. Data akan sangat penting bagi kehidupan manusia di masa depan.” Senada dengan itu, pendiri Microsoft Bill Gates mengatakan, kemampuan untuk memanfaatkan informasi (data) akan mengubah kehidupan.
Di sinilah letak masalahnya di era teknologi informasi ini. Kesenjangan itu, generasi lebih tua apalagi tak bisa menyesuaikan diri dengan teknologi informasi, sementara generasi lebih muda, anak atau cucunya melek akan teknologi. Era online. Mereka tak bisa lepas dari internet. Tentu dampak negatifnya jika para pemangku budaya, otoritas budaya tak mampu memboomingkan keindahan budayaanya, maka mereka akan kurang kesadaran untuk memahami budaya, tak tertarik budaya. Tentu, hal seperti ini bisa berdampak besar, yakni hilangnya jati diri di masa yang akan datang. Salah satu cara yang bisa didekati dengan kaum milenial dengan sektor ekonomi kreatif.
Pemerintah sendiri telah mengategorikan paling tidak ada empat belas sektor industri kreatif yang ada di Indonesia meliputi: bidang periklanan, arsitektur, kerajinan, pasar barang seni, kuliner, fashion, desain, film, video dan fotografi, seni pertunjukan, musik, penerbitan dan percetakan, radio dan televisi, layanan komputer dan piranti lunak, riset dan pengembangan. Bahwa memang oleh kemajuan teknologi informasi ini mendorong bahwa ekonomi kreatif berbasis budaya lokal adalah suatu perekonomian yang memaksimalkan kemampuan berkreasi masyarakat dengan mendayagunakan potensi-potensi yang terdapat pada budaya lokal itu. Hal ini bisa digunakan sebagai modal utama untuk meraih keuntungan sekaligus melestarikan budaya. Sejumlah data misalnya, bahwa kontribusi ekonomi kreatif berbasis seni budaya terhadap PDB meningkat dari tahun ke tahun. Tahun 2010: Rp 525,96 Triliun 2016: Rp 922,59 Triliun.
Bicara ekonomi kreatif, tak bisa lepas dari kemunculan gagasan pertama kali di Inggris oleh John Howkins menulis buku Creative Economy, How People Make Money from Ideas. John yang aktif menyuarakan ekonomi kreatif kepada pemerintahan Inggris saat itu. John-lah yang mendefinisikan ekonomi kreatif sebagai ekonomi yang menjadikan kreativitas, budaya, warisan budaya, dan lingkungan sebagai tumpuan masa depan. Konsep ekonomi kreatif kemudian dikembangkan oleh ekonom Richard Florida, asal Amerika Serikat dalam buku The Rise of Creative Class dan Cities and Creative Class, Florida mengulas tentang industri kreatif di masyarakat Amerika. Menurutnya, bahwa manusia pada dasarnya adalah kreatif, apakah dia seorang pekerja di pabrik atau seorang remaja tinggal di gubuk, namun perbedaannya ada pada statusnya, karena ada individu-individu yang kreatif.
Kekuatan budaya Batak
Lalu bagaimana kekuatan budaya Batak mengkapitalisasi seluruh kekuatan jadi bisa memberi dampak. Namun sebelumnya mari menusuri pendapat Pastor Dr. Herman Nainggolan, OFMCap yang menyebut ada tujuh kekuatan budaya Batak. Pertama, marga, dengan marga mereka berkenalan, ‘Martarombo, dari sana bisa menetukan posisi masing-masing pihak, diketahui struktur hubungan. Kedua, filosofi Dalihan Na Tolu. Ketiga, tujuan hidup orang Batak yang dipandu oleh nilai hamoraon yaitu kekayaan materi, hagabeon kekayaan berupa keturunan dan hasangapon, martabat sosial. Keempat, daya juang dan semangat pantang menyerah. Kerja keras sudah menjadi bagian diri mereka karena faktor alam yang miskin. Faktor kerja keras ini dapat menjadi faktor penunjang untuk penguatan karakter Batak yang kerja keras dan kreatif dalam hidup.
Keempat, salah satu sumbangan civilisasi Batak ialah pendidikan, lewat institusi gereja. Orang Batak amat sangat menghargai ilmu pengetahuan, terdidik. Kelima, orang Batak selalu terbuka masa depan, selalu menyambut kemajuan. Keenam, setiap ciptaan mempunyai tondi, yang menjamin keberadaannya. Implikasi dari pandangan demikian masyarakat Batak sebagai insan pemelihara ciptaan berkewajiban untuk menjaga kelestarian lingkungan, karena itu tak kurang-kurang komunitas pencita Danau Toba, walau kenyataan timbul dan tenggelam. Tentu selain alam yang indah, mereka juga mempunyai kebudayaan yang indah sebagai implementasi dari budaya megalit, yang peninggalannya masih dapat disaksikan hingga sekarang. Intinya idealisme dan fanatisme.
Ketujuh, bakat musik dan bernyanyi. Orang Batak dikenal sebagai orang yang pandai bernyanyi, bakat ini tentu tidak muncul begitu saja. Di kampung halaman, banyak anak-anak dan orang tua melantumkan lagu-lagu termasuk di gereja, kedai tuak dan tempat lain. Ala bisa karena bisa. Dalam setiap kesempatan pesta misalnya, acara menyanyi tak boleh dilupakan. Orang tak canggung untuk secara spontan tampil bernyanyi. Tentu dengan kekuatan Batak, yang militan dengan adatnya bisa jadi kekuatan jika dikapitalisasi dengan benar pula. Contohnya membuat platfom, bisnis distribusi sembako misalnya. Platform seperti ini diharapkan dapat membawa dampak ekonomi dalam komunitasnya.
Tahun 2017, Forum Bangso Batak Indonesia (FBBI) pernah mencoba memikirkan topik Ekonomi Kreatif yang lebih fokus untuk kalangan Perempuan. FBBI menyodorkan kegiatan perempuan Batak melalui pembuatan kembang goyang. Dibuat satu diskusi, tampil pemantik diskusi Roswaty Siregar menyampaikan bagaimana kembang layang masuk ke industri makanan ringan. Tentu disana dibutuhkan sentuhan entreprenerur yang terencana. Tentu asal dikemas dengan apik dan dipromosikan bagus bisa jadi salah satu oleh-oleh bagi wisatawan yang datang ke tanah Batak. Tentu bagaimana membuat jadi besat itulah kekuatan jaringan distribusi yang kuat. Tentu, jenis makanan ringan lainnya bisa dilirik.
Tentu tak tertutup kemungkinan misalnya jika Lokus Adat Budaya Batak (LABB) juga punya gagasan demikian, mengelola bisnis jaringan, seperti distribusi jaringan yang dibuat para perusahaan dagang online. Misalnya, di Jabodetabek ini diperkirakan lebih satu juta jiwa orang Batak. Tentu, upaya yang dibutuhkan adalah bagaimana mengumpulkan pertama-tama seluruh data, utamanya alamat-alamat mereka. Tentu dibutuhkan sinergi, relasi yang masif antar pengurus marga. Hal ini bisa disingkapi dengan LABB bisa menjembatan mengumpulkan data tersebut. Idenya sederhana hanya dengan pendekatan dan menawarkan pengalihan pembelian kebutuhan pokok di rumah tangga. Dari yang selama ini dibeli dari warung, minimarket hingga supermarket, dialihkan pembeliannya berbasis digital yang dikelola komunitas.
Tentu, itulah yang dilakukan para pemilik Platform bisnis yang berbasis digital yang memiliki aplikasi seperti Gojek dan yang lain-lain itu. Mereka tak memiliki kendaraan, tetapi mereka bisa memperjumpakan konsumen dan pengguna, pengendara dan penumpang, tugas mereka hanya menyambungkan. Bisa dibanyangka jika itu tercipta di komunitas-komunitas Batak, LABB bisa menjadi jembatan dan kekuatan besar. Jika itu bisa maka margin produk tak jatuh kepada para kartel lain namun langsung bisa dinikmati komunitas Batak sendiri. Kita tahu bersama dari Platform eCommerce muncul banyak peluang bisnis, salah satu jenis website toko online dimana bisa menjual barang maupun jasa secara online.
Platform adalah unsur yang penting dalam pengembangan perangkat lunak, termasuk kerangka kerja aplikasi. Kombinasi tersebut memungkinkan sebuah perangkat lunak, khusus perangkat lunak aplikasi, dapat berjalan seiring bisa diciptakan komunitas-komunitas Batak yang ada. Tentu menciptkannya dengan sinergi, bersinergi, menggarapnya dengan membangun pemikiran bersama. Tak ada lagi orang berhasil tunggal, semua dimulai dari sinergi, sebab memang era ini era sinergi. Bersinergi patut diperjuangkan dan diperlukan menghadapi Revolusi Industri 4.0. Dulu, seseorang bisa berhasil sendiri, single fighter berjuang sendiri, tentu berjuang untuk diri sendiri. Itu dulu, sekarang berbeda, tantangannya di era disruption ini, bagaimana sinergi, membangun spirit berkongsi, atau beraliansi.
Ke depan dirasa perlu ada lembaga yang memiliki spesialisasi untuk mengumpulkan data tentang Batak, dan informasi yang menyangkut soal Batak, paling tidak ada katalog dan manuskripnya tentang Batak yang lengkap untuk mengawali itu semua. Sebagaimana perkembangan teknologi informasi, dimulai pendokumentasian yang tertata, menyusun data, data basic. Pasar ekonomi kreatif tak lain dan tak bukan untuk mentransformasi struktur komunitas jadi kekuatan ekonomi pondasinya di data itu. Tentu disinilah perlunya fleksibel itu, membuat industri kecil cepat bangkit, bahwa ternyata pengembangan ekonomi kreatif yang berbasis komunitas ke depan akan lebih kuat jika memiliki basis data, oleh karena memiliki sisi idealisme dan fanatisme sekaligus.
Penulis adalah seorang jurnalis, editor di penerbit dan motivator, penerima Certified Theocentric Motivation