Menag, Dahulukan Cinta Kasih untuk Menggerakkan Persaudaraan
Suaratapian.com-Menjelang Natal, masyarakat beragama dikejutkan berita dari Kementerian Agama Republik Indonesia. Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas memberhentikan empat Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat yaitu; Dirjen Bimas Hindu Tri Handoko Seto, Dirjen Bimas Buddha Caliadi, Dirjen Bimas Katolik Yohanes Bayu Samodro, dan Dirjen Bimas Kristen Thomas Pentury. Jabatan dirjen bimas kini diisi oleh pelaksana tugas. Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Bali akan menjabat Plt. Dirjen Bimas Hindu, Direktur Pendidikan Kristen sebagai Plt. Dirjen Bimas Kristen, Sekretaris Ditjen Bimas Buddha sebagai Plt. Dirjen Bimas Buddha, dan Staf Ahli Bidang Manajemen Komunikasi dan Informasi sebagai Plt. Dirjen Bimas Katolik.
Guru Jemaat GKPI Jemaat Bekasi yang juga Sekjen Pengurus Nasional Perkumpulan SENIOR GMKI, Dr. Sahat HMT Sinaga, SH, M.Kn melihat lain bahwa penggantian itu bukan di waktu yang tepat, mengingat umat Kristen dan Katolik merayakan Natal di bulan ini. “Tentu penggantian atau mutasi adalah hak Menteri Agama, dan hal yang biasa dalam setiap instansi pemerintah.”
Hanya saja, menurut Sahat, perayaan Kristen Natal dan Tahun baru, sebagai perayaan umat Kristen dan Katolik, alangkah lebih arif dan bijakasana jika dilakukan penggantian sesudah selesai perayaan Natal dan Tahun Baru,” ujar mantan Ketua Umum GAMKI ini.
“Okelah, kalau pun digantikan harusnya ada cara-cara yang tepat agar terpelihara suasana persaudaraan. Apalagi tahun ini dalam merayakan Natal tahun ini, Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) dan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) telah mengeluarkan pesan Natal, adapun tema Natal PGI KWI 2021 Cinta Kasih Kristus yang Menggerakkan Persaudaraan (Ptr. 1:22).”
Semestinya Natal menggerakan persaudaraan, perkuat persatuan dan kesatuan. “Sebagaimana tema Natal tersebut sangat relevan terhadap situasi bangsa untuk memberi makna kepada iman kita dalam membangun persaudaraan. Dan bagaimana kita memaknai bagian ini, kita dahulukan cinta kasih untuk menggerakkan persaudaraan dan demi keharmonisan bangsa,” imbuhnya.
Sahat juga menambahkan, kita masyarakat heterogen dan terbagi atas berbagai macam suku dan agama sudah selayaknya menjadi tugas bersama untuk saling mengasihi dan menjaga persaudaraan. “Inilah saya kira makna yang hakiki dari tema Natal di atas. Untuk memahami esensi kasih itu dan bagaimana menjalankannya dalam kehidupakan kita, berkeluarga, dan bermasyarakat,” tambahnya lagi.
Bersyukur untuk kondisi suasana Natal yang kondusif, hal ini tak terlepas dari penyertaan Tuhan dan dukungan masyarakat. Mestinya kita fokus, kompak agar terjasi hidup harmoni, dan mari kita bangkit dengan semangat, harmonis bersama-sama membangun bangsa,” sebut Doktor Hukum yang juga dosen di Fakultas Hukum Universitas Kristen Indonesia tersebut. (HM)