Mucthar Pakpahan Bukan Sekedar Tokoh Nasional Tetapi Tokoh Buruh Dunia

suaratapian.om JAKARTA-Tokoh Buruh dunia Muchtar Pakpahan telah kembali kepangkuan Pencipta, pada Minggu (21/3/2021). Meninggal dunia di Rumah Sakit Siloam Semanggi, Jakarta, sekitar pukul 22.30 WIB. Meninggal karena menderita kanker nasofaring, atau kanker di tenggorokan. Tokoh buruh pemilik nama lengkap Muchtar Bebas Pakpahan, kelahiran Bah Jambi II, Tanah Jawa, Simalungun, Sumatera Utara 21 Desember 1953. Sejak dulu, sosok pemberani yang dikenal aktivis buruh yang getol mengkritik rezim Orde Baru. Tetapi tak hanya aktivis buruh, dia juga cedikia di bidang hukum dari sarjana hingga doktor hukum, bahkan menerima gelar professor dari Universitas Kristen Indonesia. Terakhir Prof Dr Muchtar Pakpahan, SH., MA adalah Guru Besar Pasca Sarjana Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945. Sebagai seorang ahli hukum, Mucthar bukan saja berteori tetapi terjun memimpin, peka merasakan penderitaan rakyat khususnya buruh, dia menjunjung tinggi prinsip solus populi suprema lex, yang artinya; kesejahteraan rakyat adalah hukum tertinggi.

Ketika meraih gelar doktor hukum di Universitas Indonesia (UI) pada 1993, dia terpaksa harus berurusan dengan hukum. Ini tak lepas dari disertasinya bertajuk Pelaksanaan Tugas dan Hak DPR Masa Kerja 1982-1987 yang pada intinya pemerintahan Orde Baru melanggar Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Dalam disertasi itu Muchtar Pakpahan menyorot bahwa sistem politik dan hukum, tata tertib DPR, kondisi anggota DPR, dan budaya politik yang ada tak mendukung demokratisasi, malahan justru menghambatnya. “Kepentingan rakyat seperti tercermin dalam kasus nyata masalah tanah atau buruh, tidak terartikulasikan efektif oleh DPR,” sebutnya ketika mempertahankan disertasinya. Saking tegasnya dia beberapa kali dibui oleh rezim Orde Baru, bahkan pernah diancam hukuman mati karena dianggap subversif.

Almarhum dengan ciri khasnya selalu berpeci, juga sosok yang dekat dengan gereja. Atas hal itu, kemarin, HKBP Menteng, Jalan Jambu yang dipimpin Pendeta Dr David Sibuea menggelar acara penghiburan atas kepergiannya. Dalam acara, saat memberi kata penghiburan mewakili jemaat HKBP Menteng, Ir Leo Nababan didaulat untuk memberi kata-kata penghiburan. Leo mengatakan, bahwa Mucthar Pakpahan bukan sekedar tokoh nasional tetapi tokoh dunia, betapa tidak, Mucthar di masa rezim otoriter membekuk bahkan hampir dieksekusi mati. Namun menjelang hukuman mati itu ada telepon dari presiden Amerika Serikat meminta agar aktivis buruh internasional itu tak dieksekusi. Kontan saja, besoknya Mucthar dibebaskan.

Leo juga menyaksikan semasa remaja dengan sosok Mucthar yang berjuang pantang menyerah. “Saya kenal almarhum sejak remaja. Dia menarik becak untuk membiayai kuliahnya di Universitas Sumatera Utara. Istrinya juga adalah guru saya ketika SMA Negeri 5 Medan.” Di kalangan buruh internasional Mucthar aktif di Governing Body ILO dan Wakil Presiden Konfederasi Buruh Sedunia.

Prof. Yasonna Hamonangan Laoly, S.H., M.Sc., Ph.D. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia yang juga rekan dari Mucthar Pakpahan semasa aktivis GMKI dan buruh. Yasonna menyebut, ketika melayat: “Saya sedih melihat teman seperjuangan saya sudah terbujur kaku. Sahabat saya sejak mahasiswa Bung Muchtar Pakpahan telah berpulang dipanggil Bapa Surgawi. Tak terasa, air mata saya menetes mengenang masa lalu yang kami alami bersama.”

Yasonna juga mengisahkan, dulu mereka sama-sama kuliah di USU, pernah menjadi dosen di Fakultas Hukum Nomensen. “Kami juga sama-sama membentuk Lembaga Bantuan hukum Universitas HKBP Nommensen, dan bersama membuka kantor Hukum Partisipatio. Tak hanya di sana kebersamaan kami, kami berdua bahkan satu kamar kos waktu mahasiswa di Kantor BPC GMKI Medan, Jln. Iskandar Muda 107-A Medan. Kami berdua sangat dekat, kedekatan ini juga yang membuat kami sering berdebat tajam bahkan bertengkar tapi persahabatan kami tak pernah lekang. Persahabatan kami terus terjaga.”

Menaker Ida saat datang melayat ke RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta Pusat

Sementara Menteri Ketenagakerjaan, Ida Fauziyah, menyampaikan bela sungkawa atas berpulangnya Muchtar Pakpahan. Dalam kenangannya, Muchtar Pakpahan adalah seorang pejuang hak-hak buruh. “Turut berduka cita atas berpulangnya seorang aktivis buruh, akademisi, dan pegiat sosial, Bang Muchtar Pakpahan. Kabar duka ini tentu adalah kabar duka juga bagi dunia ketenagakerjaan kita,” kata Menaker Ida saat datang melayat ke RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta Pusat, Senin (22/3). Menaker Ida berharap masyarakat mampu belajar dari jejak perjuangan Muchtar Pakpahan, baik dari sisi gagasan maupun sepak terjangnya.

Lain lagi ucapan dari Ketua PGI, Pdt Gomar Gultom yang juga merasa duka mendalam atas berpulangnya seorang tokoh perburuhan yang sangat vokal. Gomar mengisahkan, pertama sekali kenal almarhum, ketika masih menjalani masa vikariat sebagai calon pendeta, 1984. Beliau dosen di FH Universitas HKBP Nommensen, Medan, dan menjadi Kepala Unit Bantuan Hukum  di Universitas tersebut.

Selama itu, dan tahun-tahun sesudahnya kami, bersama rekan-rekan lain, membentuk dan membesarkan KSPPM, sebuah LSM yang bergerak dalam pendampingan pemberdayaan masyarakat desa.  “Di KSPPM perjalanan kebersamaan kami sangat intens. Bukan hanya itu, di sini kami saling mengakrabkan diri bersama keluarga masing-masing, sehingga isteri dan anak-anak kami pun saling mengenal dan akrab satu sama lain,” sebutnya.

Gomar juga menyebut, satu hal yang sangat menonjol darinya adalah kegelisahannya atas berbagai bentuk ketidak-adilan. “Untuk itu beliau tak pernah bisa diam. Beliau juga sangat reseh atas segala kemapanan. Olehnya tak pernah bisa bertahan lama dalam institusi dimana beliau terhisab, entah beliau mundur atau dimundurkan. Di UHN dan UKI beliau mengalaminya. Bahkan di KSPPM, yang dia ikut membidaninya pun, bahkan sangat aktif menbesarkannya, dia akhirnya keluar.”

Itulah Muchtar, sosok yang selalu bergerak bebas dan tak pernah bisa dikekang oleh yang namanya birokrasi, kebiasaan dan kemapanan. Apalagi bila itu bersangkut paut dengan ketidak-adilan. Lepas dari itu, dia adalah orang yang sangat tulus, terlalu polos malah. Dan dia selalu menyediakan diri, di tengah keterbatasannya, untuk membantu sesama yang butuh pertolongan.

“Saya ingat persis, di suatu malam di sekitar 1992, dia datang ke rumah saya di Tarutung, hanya untuk menyampaikan sesuatu yang sangat krusial menyangkut HKBP. Dia datang jauh-jauh meninggalkan keluarga di Jakarta, padahal saya tahu persis beliau sedang mengalami kesulitan banyak ketika itu,” ujar Gomar.

Hal senada datang dari Ephorus HKBP, Dr Robinson Butarbutar menyebut, almarhum, bapak kita ini, Tokoh Buruh di negeri kita yang luar biasa, pahlawan, yang untuknya saya memberi kesaksian meringankan di PN Jakarta Selatan pada tahun 1998 melawan kekuasaan Soeharto.

Menjadi Inspirator

Tentu, banyak lagi kesaksian keteladanan yang ditinggalkan almarhum. Kesaksian Dr. Sahat HMT Sinaga, S.H, MKn mengatakan, almarhum adalah seorang inspirator. Sahat menyaksikan sendiri, dalam kondisi kesehatan tak prima pada tanggal, 17 Oktober 2021 Prof Dr Muchtar Pakpahan masih gigih mengkritisi UU Cipta Kerja. “Saya menyaksikan sendiri dalam kondisi kesehatan tak prima, senior, abang Prof Dr Muchtar Pakpahan masih gigih mengkritisi UU Cipta Kerja,” ujar Sekjen PNPS GMKI, mengingat kekritisan Mucthar Pakpahan saat web seminar, seminar yang dilakukan melalui situs web yang diselenggarakan PNPS GMKI, yang saat itu juga dihadiri pembicara lain, senior GMKI asal Salatiga Prof.Dr.Hendrawan Supratikno. Disinilah kecintaannya, kata Sahat, kepada GMKI luar biasa, menjadi inspirator bagi adek-adeknya untuk tetap kritis, dan mengkritisi setiap kebijakan yang berdampak pada rakyat banyak.

Rekson Silaban tokoh buruh, sebagai aktivis buruh menyaksikan kehebatan almarhun, walau terkadang ada perbedaan cara pandang di antara mereka. Rekson mengatakan, “Karena kita sudah sepakat, pertemanan kita selalu lebih kuat dari perbedaan kita. Legasimu selamanya akan terpatri di sejarah,” sebut Rekson di facebooknya sembari mengutif pidato Muchtar Pakpahan di sidang plenari ILO 1998 Geneva, sesaat Indonesia meratifikasi kebebasan berserikat yang membawa buruh Indonesia bebas berserikat. “Hai kamu pemimpin rezim, ingatlah kamu bisa membohongi rakyat berkali-kali, tapi tidak untuk selamanya.”

Tentu, banyak aktivis yang pernah menjadi mentor dari Mucthar Pakpahan, sebutlah; Arist Merdeka Sirait, Ketua Komnas Perlindungan Anak yang awalnya aktivi buruh. Juga, Aldentua Siringoringo seorang pengacara senior, pendiri Law Firm Aldentua Siringoringo, SH & Partners yang dulu aktif di buruh. (Baca juga: Bangga Menjadi Anak Tokoh Buruh Prof Dr Mucthar Pakpahan-1 atau klik di https://suaratapian.com/bangga-menjadi-anak-tokoh-buruh-prof-dr-muchtar-pakpahan-1/) Binsar Jonathan Pakpahan anak tertua Prof. Dr. Muchtar Pakpahan, SH, MA, menyaksiakan, sampai akhir hidup ayahnya masih memikirkan nasib buruh. “Kami akan melanjutkan perjuanganmu,” sebut Binsar, pendeta HKBP ini. (Hojot Marluga)

Hojot Marluga

Belajar Filosofi Air

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

3 × three =