Oleh Karena Tuhan Baik
suaratapian.com JAKARTA-Kabar duka, berita meninggal Pdt Midian KH Sirait mantan Praeses Distrik VIII DKI Jakarta, pagi subuh. Meninggal karena sakit ginjal yang menahun, gagal ginjal kronis. Belum lama, dua tahun lalu, tahun 2018 lalu, istrinya Duma Afrina boru Lumban Gaol juga telah dipanggil Tuhan, meninggal di RSPAD Jakarta, Jumat (1/6/18) di usia 51 tahun. Midian sendiri meninggal di usia 64 tahun, satu tahun sebelum purnabakti sebagai pendeta HKBP. Midian dilahirkan di Bahbutong, Sidamanik, 26 Maret 1957.
Anak pertama dari tujuh bersaudara. Anak dari St. BD Sirait dan M boru Marpaung. Dia menikah dengan Duma pada 22 Mei 1985, dikarunia dua anak. Ditahbiskan menjadi pendeta HKBP 6 Oktober 1985 di HKBP Pansur Napitu, Tarutung. Sebelum menjadi Praeses HKBP, almarhum menata kariernya sebagai pendeta vikaris di HKBP Solo, Surakarta, dilanjutkan calon pendeta di HKBP Sipahutar dan HKBP Sijungkit, baru kemudian ditahbiskan sebagai pendeta.Dia juga pernah menjadi Guru Agama di SMA HKBP Tarutung sembari pendeta diperbantukan di HKBP di Siborong-borong.
Selanjutnya, menjadi pendeta pemuda di HKBP Resort Medan Timur sembari menjadi dosen di Universitas HKBP Nommensen Medan, dan pendeta resort di HKBP Balikpapan, Kalimatan Timur. Dia juga sempat diutus sebagai pendeta utusan di Wuppertal Barmen, Jerman. Kariernya juga banyak di dunia pendidikan. Pendeta produktif menulis puluhan buku dan ratusan artikel ini juga tercatat sebagai dosen di Sekolah Pendeta Seminari Sipoholon. Pernah menjadi pendeta HKBP di Singapura, pendeta HKBP di Petojo Jakarta Barat, pendeta HKBP di Manyar Surabaya, bahkan pernah menjadi Kepala Biro Percetakan HKBP di Pematang Siantar.
Almarhum juga tergolong pendeta yang lama menjadi Praeses di HKBP. Pelaksana Praeses HKBP Kalimantan Timur, Praeses HKBP Distrik X Medan-Aceh, Praeses HKBP Distrik XI Toba Hasundutan, Praeses Distrik XVII Indonesia Bagian Timur di Surabaya, baru kemudian Praeses Distrik VIII DKI Jakarta. Menjelang purnabaktinya, Ephorus HKBP Dr Robinson Butarbutar di HKBP Kernolong Jakarta, pada Minggu, 10 Januari lalu, sesaat menabiskan Praeses Distrik VIII DKI Jakarta yang baru, Pdt Bernad Manik, memberi ulos dan menyampaikan terima kasih atas pelayanan Midian KH Sirait selama melayani, dan HKBP memberi tempat istimewa baginya sebelum emeritus sebagai fungsionaris di kantor Distrik VIII Jakarta, Sopo Marpingkir, Jakarta Timur.
Sebelumnya, Pdt Midian KH Sirait MTh menggelar konser dan launching album karya perdananya di Toba Dream, Jakarta, Jumat malam (4/12/20). Tepatnya konser dan launching album yang juga dibuat secara live streaming.Soal kisah mengarang lagu dia akui bermula sepeninggalan istri tercintanya. Inspirasi terciptanya lagu-lagu tersebut, saat istrinya meninggal dunia dirinya masuk ruang ICU, bahkan saat itu ada hoax yang menyebut-sebut dirinya juga telah meninggal. Momentum itulah muncul idenya menciptakan lagu. “Itulah awalnya. Memang saya penulis, aktif menulis di berbagai media rutin hingga saat ini, namun saat di ruang ICU saya berjanji kepada Tuhan akan menuliskan lagu kalau saya sembuh.” Tuhan masih memberi kesempatan baginya. Hampir tiga bulan keluar-masuk rumah sakit, Midian kemudian mulai menciptakan lagu, delapan lagu dihasilkan. Lagu-lagu yang ciptakan karena Tuhan begitu baik, dan menceritakan betapa baiknya istrinya, lagu itu dikarang supaya jadi contoh kepada anak-anak dan menantunya. Lagu yang diciptakan; Oh Mama, Burju Do Tuhani, Amongku Na Burju, Burju Maho Anakku, Inongku Na Burju, Parumaen Na Burju dan Dame Ma di Ham dan Silang Mi.
Secara personal saya kenal almarhum Pdt Midian KH Sirait, saya selalu dipanggilnya lae. Terakhir kami jumpa di kantornya Sopo Marpingkir, akhir November 2020 sembari kami berdua saling tukar buku. Saya memberi buku-buku yang saya tulis almarhum memberi tiga bukunya untuk saya baca. Perjumpaan itu wawancara untuk diterbitkan di majalah NARWASTU. Pertemuan kami menjelang Sinode Godang HKBP, maka pertanyaan saya pun seputar itu, bagaimana HKBP ke depan dengan 30 Praeses di seluruh Indonesia.
Dia katakan, “Karena itu kami berharap agar kita bersama-sama saling menopang satu sama lain dalam memahami dan menerapkan aturan peraturan tersebut sehingga berjalan dengan baik dan menjadi persembahan yang harum bagi Sang Empunya Gereja,” katanya sembari menyebut. “Kita menyadari hampir setiap menjelang periodisasi di HKBP begitu terasa dinamika di tengah-tengah gerejaNya. Muncul kepelbagaian berpikir dan berpendapat di tengah-tengah komunitas pelayan dan jemaatNya. Namun hendaknya kepelbagaian itu semakin mematangkan cara pandang kita membaca tantangan dan peluang gerejaNya di tengah perubahan yang cepat dan dahsyat khususnya di era revolusi industri 4.0,” katanya waktu itu.
Sebenarnya, saya lebih dekat dengan adik kandungnya, Arist Merdeka Sirait Ketua Umum Komnas Perlindungan Anak. Dengan Arist, saya juga panggil lae karena istri almarhum boru Lumban Gaol. Minggu lalu dengan lae Arist kami berjumpa di kantornya untuk urusan buku. Sempat juga membicarakan almarhum, termasuk berbincang tentang almarhum mengarang lagu. Arist sendiri mengaku kagum bahwa ternyata abangnya mampu menciptakan lagu. Selama ini Arist hanya tahu abangnya hanya menulis. Soal itu menurut Arist sudah sejak remaja Midian suka menulis. Memang almarhum salah satu pendeta di HKBP yang sangat produktif menulis. Karya-karyanya telah banyak dimuat di berbagai koran, majalah dan media lainnya.
Almarhum meninggal dua anak dan satu menantu; Marthin Sirait dan Maria, dan Anton Sirait. Meninggal Rabu, 3 Februari 2021 Pukul 03.30 Wib di Jakarta. Jasatnya disemayamkan di rumah duka Sentosa RSPAD Gatot Subroto, Ruang LMN Lt. 2, Jakarta Pusat. Rapat adat Batak “manghatai partuatna,” yang akan dihadiri pengurus punguan marga Sirait dan marga Lumban Gaol se-Jabodetabek, Rabu, 3 Februari 2021, Pukul 19.00 Wib. Rencana adat digelar Kamis, 4 Februari 2021, Pkl 10.00 Wib. Dan rencana dimakamkan di kampung halaman, Lumban Sirait Gu, Parmaksian, Kabupaten Toba. Jenasah akan diberangkatkan ke Bandara Soetta, Kamis, 4 Februari 2021, Pkl 17.00 Wib. Penerbangan pagi Jumat, 5 Februari 2021 via Bandara Silangit.
Tak ada gading yang tak retak. Tak ada manusia sempurna. Almarhum tentu juga punya kekurangan, sebagaimana manusia punya keterbatasan dan kekurangan, namun bagi kita yang masih diberikan hidup patut memaknainya hal-hal baik dikenang dari penyuka ayat mas Mazmur 18:31. “Adapun Allah, jalan-Nya sempurna; janji TUHAN adalah murni; Dia menjadi perisai bagi semua orang yang berlindung pada-Nya.” Selamat jalan pendeta, Tuhan menatap langkahmu. (Hojot Marluga)