Pendeta Danny Soepangat: Al-Zaytun dan ITB, Perlu Membangun Masa Depan Bersama

Suaratapian.com-Pada hari Rabu, 27 Agustus 2025, Al-Zaytun merayakan ulang tahun ke-26 dengan tema “Menuju Transformasi Revolusioner Pendidikan Berasrama Demi Terwujudnya Indonesia Modern di Abad XXI dan Usia 100 Tahun Kemerdekaan”. Dalam rangka memperingati momen bersejarah ini, Al-Zaytun menyelenggarakan berbagai kegiatan yang sarat makna. Acara ini dibuka dengan menyanyikan Lagu Indonesia Raya 3 stanza, diikuti dengan pemutaran video tentang pembangunan Al-Zaytun yang menggambarkan perjalanan panjang lembaga ini dalam mencetak generasi unggul. Selain itu, kegiatan khataman Al-Qur’an sebanyak 26 kali juga diselenggarakan sebagai bentuk syukur dan harapan bagi masa depan yang lebih baik.

Sambutan hangat disampaikan oleh Ketua YPI Datuk Sir Imam Prawoto, yang menekankan pentingnya pendidikan berasrama dalam mencetak generasi yang berakhlak mulia dan berpengetahuan luas. Tausyiyah inspiratif juga disampaikan oleh Syaykh Al-Zaytun, yang memberikan motivasi kepada seluruh warga Al-Zaytun untuk terus berinovasi dan meningkatkan kualitas pendidikan.

Pencanangan pembangunan Politeknik juga menjadi salah satu agenda penting dalam acara ini, yang menandai komitmen Al-Zaytun untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan dan mempersiapkan generasi muda Indonesia untuk menghadapi tantangan masa depan.

Berbagai tamu undangan hadir dalam acara ini, perwakilan dari IPB, wali pelajar, koordinator, dan para sahabat Syaykh Al-Zaytun, serta alumni Al-Zaytun, termasuk Pendeta Danny Soepangat. Kehadiran mereka menjadi bukti nyata dukungan dan kepercayaan masyarakat terhadap Al-Zaytun sebagai lembaga pendidikan yang berkualitas.

Dalam kesempatan ini, Al-Zaytun memberi kesempatan tanggapan dari Pendeta Danny Soepangat, yang membahas tentang rencana Al-Zaytun untuk mendirikan politeknik di bawah naungan Al Zaytun Indonesia Raya (AIR), serta pentingnya kerja sama antara Al-Zaytun dan institusi pendidikan lainnya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Redaksi Suara Tapian berkesempatan berbincang dengannya yang telah hadir di Pesantren Al-Zaytun belasan kali untuk berbagi cerita tentang manfaat Al-Zaytun bagi Indonesia. Kami akan membahas tentang rencana Al-Zaytun untuk mendirikan politeknik di bawah naungan Al Zaytun Indonesia Raya (AIR), terutama di ulang tahun ke-26 ini. Pendeta Danny Soepangat, yang memiliki interaksi erat dengan Al-Zaytun, dan mengucapkan selamat ulang tahun ke-26 Al-Zaytun dan berharap lembaga ini terus maju dan berkembang.

Dia menjelaskan, bahwa angka 26 memiliki makna khusus dalam gematria Ibrani, yaitu jumlah angka dari nama Tuhan YHWH. Oleh karena itu, di usia ke-26 Al-Zaytun, Pendeta Danny berharap kekuasaan dan otoritas Tuhan akan memenuhi seluruh aktivitas lembaga ini. Selain itu, angka 2 dan 6 juga memiliki makna teologis, yaitu keseimbangan, kerja sama, tanggung jawab, kasih sayang, dan pengasuhan. Ketika digabungkan, angka 26 berbicara tentang keunggulan, kekayaan, dan kemakmuran. “Meskipun terdengar duniawi, namun kita hidup di dunia dan perlu mempertimbangkan aspek-aspek tersebut dalam menjalankan aktivitas kita,” ujar Pendeta Danny Soepangat.

Dia menambahkan, di dunia dipengaruhi oleh empat unsur penting, yaitu air, tanah, udara, dan matahari. Keempat unsur ini perlu dijaga dan dilestarikan untuk menjaga keseimbangan alam. Air, tanah, udara, dan matahari memiliki peran penting dalam menjaga kelestarian lingkungan. Dalam konteks ini, dia juga membahas tentang nama Politeknik Air yang diberikan oleh Syaykh, yang menurutnya unsur air sangat penting karena air adalah sumber kehidupan dan dapat digunakan untuk penghijauan dan tanaman. Oleh karena itu, nama Politeknik Air sangat cocok untuk lembaga ini.

Bicara air memiliki makna kehidupan dan disebutkan ratusan kali dalam Alkitab. Filosofi air yang mencari wadah terendah dan mencari jalan lain ketika dihalangi juga memiliki makna mendalam, terutama dalam konteks Al-Zaytun yang telah menghadapi banyak tantangan dan upaya untuk menutupinya. Namun, Al-Zaytun tetap mencari jalan keluar dan terus maju, menunjukkan ketabahan dan semangat untuk tetap eksis.

Pendeta Danny Soepangat membahas tentang pengelolaan air di Israel, yang merupakan contoh inspiratif bagi Indonesia. Israel dikenal sebagai daerah yang tandus dan kering, namun mampu menjadi subur berkat pengelolaan air yang efektif, termasuk mengolah air dari lautan. Sebagai insinyur teknik lingkungan, dia juga membandingkan pengelolaan limbah di Indonesia dan Israel. “Di Indonesia, air kencing dan tinja seringkali dibuang langsung ke selokan dan laut, sedangkan di Israel, sistem pengelolaan limbah lebih maju dan efektif, dengan saluran air yang langsung masuk ke pengolahan limbah,” sebutnya.

Pendeta Danny juga menjelaskan bahwa di Israel, air limbah diolah kembali menjadi air bersih dan lumpur yang dihasilkan dijadikan pupuk. Teknologi ini memungkinkan produksi tanaman yang lebih efisien dan bergizi tinggi, sehingga memungkinkan panen yang lebih banyak dalam setahun.

Selain itu, Pendeta Danny Soepangat juga membahas tentang perlunya kerja sama dengan ITB dan Al Zaytun untuk pentingnya adaptasi teknologi dalam pendidikan Indonesia. “Al-Zaytun telah melakukan penelitian dan pengembangan teknologi, seperti tisu culture untuk pembibitan tanaman, yang dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi.”

“Teknologi pertanian yang digunakan di Israel, seperti penggunaan tisu culture untuk pembibitan tanaman pisang yang tahan bahama dan memiliki hasil yang tinggi.” Beliau juga membahas tentang produksi air mineral di Al-Zaytun yang memiliki kandungan oksigen dan alkali yang dapat membersihkan tubuh dari racun. Pendeta Danny juga memuji teknologi pengolahan air minum di Al-Zaytun yang menggunakan reverse osmosis dan penambahan nutrisi, sehingga menghasilkan air yang berkualitas tinggi.

Dia juga menyebut, Al-Zaytun sebagai rumah kedua baginya, karena telah diberi kesempatan untuk berbagi dan belajar banyak di lembaga ini. Dia mengagumi kemandirian Al-Zaytun dalam memproduksi berbagai produk, seperti beras, tempe, kecap, dan ikan patin.

Karena itu, dia menyebut kemungkinan kerja sama antara Al-Zaytun dan ITB, yang dapat saling menguatkan dan meningkatkan kualitas pendidikan. “Saya memuji Syaykh Panji Gumilang sebagai “bapak” karena beliau dapat menjadi figur yang diterima oleh berbagai kalangan, termasuk Kristen, Katolik, Buddha, Hindu, dan lain-lain. Pendeta Dani juga melihat karunia kenabian dalam diri Syekh Panji Gumilang, seperti pewahyuan, mukjizat, dan memiliki banyak pengikut. Beliau berharap agar kerja sama antara Al-Zaytun dan ITB dapat membawa manfaat bagi masyarakat dan meningkatkan kualitas pendidikan,” ujarnya. (Hojot Marluga)

Hojot Marluga

Belajar Filosofi Air

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 × two =