Sahat MP Sinurat: Kaum Muda Tak Perlu Meneriaki Kegelapan, Jadilah Lilin Di Tengah Keremangan
suaratapian.com-Nama lengkapnya; Sahat Martin Philip Sinurat. Pria kelahiran Pekanbaru, 1 Maret 1989 adalah sosok substitusi intelektual angkatan muda Kristen Indonesia. Muda, gesit, cekatan, cerdas dan ramah itulah terlihat di raut wajah Sekretaris Umum Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI) ini. Selain di GAMKI, Sahat merupakan Ketua Bidang Kepemudaan dan Pengembangan Milenial DPP Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI). “GAMKI harus mampu bergerak cepat, berjalan cepat, bahkan, melakukan lompatan-lompatan besar agar tak tertinggal oleh pesatnya perkembangan zaman. GAMKI harus terus adaptif dan selalu relevan dalam setiap situasi,” sebut ayah tiga anak, ini. Sebelum menjadi Sekretaris Umum GAMKI, Sahat adalah Ketua Umum Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI).
Baru di masanya Ketum GMKI, pernah acara GMKI dihadiri Kepala Negara, dalam hal ini dihadiri Presiden Joko Widodo pada pembukaan kongres-36 GMKI. Iya, ini merupakan kebanggaan, pertama kali presiden hadir, bertempat di Auditorium The Forest Resort, Bogor, Jawa Barat, pada tahun 2018, lalu. Bahkan, di masanya Ketum GMKI dia menggagas terbitnya buku, Pancasila Rumah Bersama.
Sahat sosok pembelajar, dan berani memulai hal-hal yang besar. Di usia masih sangat muda Sahat memberanikan diri terjun mewakili daerah, mencalon anggota DPD RI dari Provinsi Riau di Pemilu lalu. Sayang belum terpilih, namun pengalaman itu cukup memberi bekal baginya untuk melangkah ke depan. Sahat selalu setia berjuang dan berani bersuara, dan menggerakkan pemuda-pemudi Kristen Indonesia.
Dia sadar benar bahwa ada segelintir kelompok yang radikal dan intoleran yang ingin membuat bangsa ini gaduh. Dengan itu dia menggunakan GAMKI membangun komunikasi aktif dengan organisasi-organisasi pemuda nasional. Di atas seluruh perjuangan selalu mengandalkan Tuhan. “Terakhir dari perjuangan itu adalah meminta pertongan Tuhan. Sebab seluruh langkah kita diketahuiNya dan tak berhasil tanpaNya,” sebut Jemaat Gereja Methodist Indonesia (GMI), ini.
Salah satu kiat dalam membangun organisasi menurutnya, membangun jejaring dengan membangun relasi dengan berbagai kalangan. Di GAMKI Sahat membangun relasi dengan tokoh pemuda nasionalis, tokoh muda lintas agama, bahkan dengan para pejabat. Pendiri Rumah Milenial Indonesia selalu memberi kesempatan bagi kaum muda untuk aktif.
“Jika kita sudah merasakan bahwa kita dikader senior, maka kita wajib juga memberi jalan dan mengkader adik-adik,” sebutnya. Itu sebabnya di Rumah Milenial Indonesia, dia bersama tim selalu aktif menduplikasi kemampuan personal, kemampuan membangun organisasi dengan menggelar pelatihan-pelatihan wirausaha dan kepemimpinan bagi kaum muda, milenial.
Kota Pekan Baru sebenarnya hanya tempat kelahiranya, tetapi sejak kecil Sahat sudah pindah ke Kota Medan, dibawah orangtua yang berkarier sebagai pegawai negeri. Memulai sekolah formalnya di Medan, dimulai di SD St. Antonius III Medan, SMP di Cahaya Medan, dan SMA Negeri 1 Medan.
Lalu, Sarjana Teknik dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Teknik Geodesi, tahun 2012 dan Magister dari ITB jurusan Studi Pembangunan, tahun 2016. Terkait kesukaan organisasi, sejak SD hingga SMA sudah aktif di organisasi OSIS. Sahat sosok pembelajar, selain aktif dalam perbincangan pemuda dia juga aktif menulis. Sejumlah tulisannya pernah di muat di beberapa media.