Tradisi Baru Pesta Adat Pernikahan di Jakarta: Antara Pelestarian Budaya dan Modernitas

Antara Tradisi dan Modernitas

Dalam konteks pesta pernikahan, terutama dalam budaya Batak yang memiliki akar kuat dalam agama Kristen, lagu-lagu gereja dapat menjadi pilihan yang tepat untuk didendangkan. Lagu-lagu gereja tidak hanya menambah semangat dan kesakralan acara, tetapi juga sebagai pengakuan akan kehadiran Tuhan dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam momen bahagia seperti pernikahan.

Meskipun lagu pop Batak juga memiliki tempat dalam acara pernikahan, lagu gereja lebih sesuai dengan konteks keagamaan dan spiritualitas yang ingin disampaikan. Oleh karena itu, memilih lagu yang tepat dan sesuai dengan situasi serta kondisi acara sangat penting.

Jika lagu Batak disiapkan dengan matang dan sesuai dengan acara yang sedang dilakukan, maka acara tersebut akan semakin nyaman dan bermakna. Contohnya, menyanyikan lagu yang tidak relevan dengan situasi, seperti lagu “Jamila” saat memberikan ulos, mungkin tidak akan memiliki dampak yang sama seperti lagu yang lebih sesuai dengan konteks adat dan budaya Batak. Dengan demikian, pemilihan lagu yang tepat dapat memperkuat makna dan nilai-nilai budaya yang ingin disampaikan dalam acara tersebut.

Pemusik dan grupnya memang perlu memiliki kepekaan untuk menilai kesesuaian lagu yang diminta dengan konteks acara. Jika lagu yang diminta tidak sesuai, mereka sebaiknya menolak dengan cara yang santun dan profesional. Namun, perlu diingat bahwa tidak semua kesalahan dapat ditimpakan pada grup pemusik, karena ada faktor lain yang juga berperan dalam pemilihan lagu. Komunikasi yang baik antara pemilik acara dan grup pemusik dapat membantu memastikan bahwa lagu-lagu yang dipilih sesuai dengan tema dan tujuan acara.

Pembiaran menyanyikan lagu yang tidak sesuai dengan konteks acara sudah menjadi kebiasaan yang berlangsung lama. Oleh karena itu, penting bagi semua pihak untuk saling memberikan nasihat dan mengajak para pemusik untuk memilih lagu-lagu yang lebih bermakna dan sesuai dengan tema acara.

Lagu memiliki kekuatan untuk membawa perubahan dan menggambarkan kehidupan. Dalam konteks pesta pernikahan, terutama di kota-kota besar, akan lebih bermakna jika lagu-lagu yang dipilih dapat menambah kesakralan dan makna acara. Misalnya, saat acara mangulosi, lagu-lagu gereja atau lagu yang bernuansa nasihat dapat menjadi pilihan yang tepat untuk mengiringi prosesi tersebut.

Dengan demikian, peran semua orang dalam memilih dan menyanyikan lagu yang sesuai dengan konteks acara dapat membantu menciptakan suasana yang lebih bermakna dan berkesan.

Gagasan lomba cipta lagu dan tortor Batak yang digagas oleh komunitas Batak di Jakarta pada tahun 2014 merupakan langkah yang positif untuk melestarikan dan mengembangkan budaya Batak. Namun, respons yang kurang antusias dari masyarakat Batak sendiri, dengan hanya 14 lagu dari target 45 lagu yang diharapkan, menunjukkan bahwa masih ada tantangan dalam mempromosikan dan mengembangkan budaya ini.

Pertanyaan tentang kemana semua pengarang lagu Batak dan mengapa musikalitas tinggi etnis Batak tidak terlihat dalam acara ini merupakan refleksi yang penting. Dukungan dari lembaga seperti RRI seharusnya dapat membantu meningkatkan partisipasi dan kesadaran masyarakat Batak dalam melestarikan budaya mereka.

Mungkin perlu dilakukan analisis lebih lanjut tentang faktor-faktor yang menyebabkan kurangnya partisipasi dan respons dari masyarakat Batak, serta strategi yang lebih efektif untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi dalam melestarikan budaya Batak.

Pertanyaan tentang mengapa ajang seperti lomba cipta lagu dan tortor Batak tidak memberikan dampak yang signifikan menimbulkan beberapa kemungkinan. Mungkin memang kurangnya informasi yang diterima oleh masyarakat luas, atau mungkin dianggap tidak terlalu menguntungkan dari sisi ekonomi. Bisa juga karena pencipta lagu pemula atau senior tidak lagi memiliki gairah untuk mengarang lagu Batak, atau mungkin lebih suka tampil di pub-pub Batak daripada berpartisipasi dalam ajang yang lebih formal.

Namun, harapan bahwa ajang seperti ini dapat menjadi momentum untuk menumbuhkembangkan minat orang-orang muda pada musik Batak dan meningkatkan kualitas para pemusik sangatlah positif. Mungkin perlu dilakukan evaluasi dan penyesuaian strategi untuk meningkatkan partisipasi dan kesadaran masyarakat Batak dalam melestarikan budaya mereka. Dengan demikian, ajang seperti ini dapat menjadi lebih efektif dalam mencapai tujuannya.

Pertanyaan dan refleksi tentang pentingnya melestarikan dan mengembangkan musik Batak yang berkualitas dan bermakna memang sangat penting. Memang, pada akhirnya semuanya berpulang kepada kita orang Batak sendiri untuk terus mengasah jiwa dan apresiasi terhadap musik yang baik.

Kemerdekaan berkarya dan berpendapat merupakan hak yang harus dijunjung, dan harapan untuk perbaikan di kemudian hari sangatlah positif. Dengan meletakkan semua pada porsi yang benar dan sesuai pada tempatnya, karya cipta dan seni musik dapat bermanfaat bagi kita semua.

Menghindari kesan bahwa musik Batak dalam acara adat tidak sinkron dengan menggunakan lagu-lagu yang tidak sesuai, seperti poco-poco, merupakan langkah yang tepat. Dengan demikian, musik Batak dapat terus berkembang dan menjadi bagian yang integral dari budaya Batak yang kaya dan beragam.

Penulis adalah pengamat musik Batak

Hojot Marluga

Belajar Filosofi Air

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

twelve − 12 =