Empat Perempuan Batak Rindukan Warisan Leluhur: Suara Kegundahan di Tengah Erosi Budaya

Liontin yang Terinspirasi dari Gorga Batak

Menurutnya, Nada Jabu adalah brand yang mengidentitaskan Batak, dengan menggunakan unsur-unsur etnik Batak dalam desain perhiasannya. “Saya ingin membuat produk yang lebih banyak lagi,” katanya.

Ita pun berharap bahwa Nada Jabu dapat menjadi salah satu contoh produk yang berhasil mengembangkan dan melestarikan budaya Batak, serta membuatnya lebih dikenal dan dihargai oleh masyarakat luas.

Dia menambahkan, ingin membuat lebih banyak perhiasan-perhiasan Nusantara yang terinspirasi dari budaya Batak. Ita juga berbagi pengalaman ketika bertemu dengan seorang desainer, memuji karya Ita, terutama sebuah liontin yang terinspirasi dari gorga Batak, yaitu ukiran yang terdapat di rumah adat Batak.

Ita menemukan inspirasi dari gorga Batak dan berencana untuk membuat desain baru yang terinspirasi dari anting-anting kuno Nusantara. Menurutnya, desain baru tersebut akan memiliki unsur-unsur yang terinspirasi dari perhiasan-perhiasan Nusantara, seperti lingkaran dan roda-roda yang ada pada anting-anting kuno.

Hal senada dilakukan Linda Samosir. Dia kreatif membuat produk kain untuk leher perempuan. Linda Samosir, seorang kreatif, berbagi cerita tentang bagaimana dia membuat kain dileher yang terinspirasi dari cerita orang tuanya. Dia mengungkapkan bahwa orang tuanya sering bercerita tentang arti dan makna di balik motif-motif kain Batak.

Dengan semakin intensnya percakapan dengan orang tuanya, Linda menyadari bahwa ada banyak hal yang bisa dipelajari dan dihidupkan kembali melalui kain. Linda kemudian menggunakan inspirasi tersebut untuk membuat kain di leher yang unik dan penuh makna.

Linda Samosir berharap bahwa dengan karyanya, dia dapat membuka jalan bagi cerita-cerita Batak untuk dapat dinikmati oleh masyarakat yang lebih luas. Linda ingin membuat budaya Batak menjadi lebih dekat dan lebih mudah diakses oleh semua orang.

Dengan produk-produk yang dapat dipakai sehari-hari, Linda berharap bahwa perempuan Batak dapat merasa bangga dengan budaya mereka dan dapat mengekspresikan diri mereka dengan lebih percaya diri.

“Saya ingin melihat perempuan Batak menjadi lebih percaya diri dan bangga dengan budaya mereka,” katanya.

Menutup perbincangan Joyce dengan bangga, menyebut, empat Boru Batak yang telah berbagi cerita dan pengalaman mereka dalam melestarikan warisan budaya Batak. Joyce menyatakan, bahwa dia sangat bangga dengan keempat wanita tersebut yang telah mau maju dan melestarikan budaya Batak.

“Semakin banyak yang bergabung, semakin jelaslah identitas kita,” katanya. Joyce juga berharap bahwa generasi yang akan datang, anak-anak dan cucu-cucu mereka, dapat mewarisi dan melestarikan budaya Batak dengan bangga. (Hojot Marluga)

Hojot Marluga

Belajar Filosofi Air

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

nineteen − fourteen =