Empat Perempuan Batak Rindukan Warisan Leluhur: Suara Kegundahan di Tengah Erosi Budaya


Notice: Undefined index: margin_above in /home/suaratap/public_html/wp-content/plugins/ultimate-social-media-icons/libs/controllers/sfsiocns_OnPosts.php on line 652

Notice: Undefined index: margin_below in /home/suaratap/public_html/wp-content/plugins/ultimate-social-media-icons/libs/controllers/sfsiocns_OnPosts.php on line 653

Suaratapian.com– Jumat, 27 Februari digelar Jakarta International Jewellery Fair 2025 adalah sebuah pameran perhiasan berskala internasional yang diselenggarakan di Assembly Hall, Jakarta International Convention Center, Jakarta, Indonesia. Pameran ini berlangsung tiga hari dari tanggal 27 Februari hingga 2 Maret 2025. Pameran tersebut merupakan salah satu pameran perhiasan terbesar di Indonesia bagian barat, yang menawarkan kesempatan bagi produsen, distributor, grosir, dan pengecer untuk bertemu dan menjalin hubungan bisnis. Lebih dari 100 peserta, termasuk 60 peserta swasta, 25 peserta mesin dan perangkat industri perhiasan, serta 20 pengrajin IKM, berpartisipasi dalam pameran ini.

Di pameran itu, Suara Tapian mewawancarai empat perempuan Batak yang terus mempromosikan produk-produk budaya Batak. Di tengah hiruk-pikuk zaman modern, kita sering melupakan warisan leluhur yang kaya dan berharga. Nenek moyang kita, ompung-ompung kita, telah meninggalkan kita dengan harta karun budaya yang tak ternilai. Namun, di zaman ini, kita menyaksikan gradasi warisan tersebut semakin memudar.

“Saya melihat banyak dari teman-teman saya yang memiliki usaha dan karya original, namun semakin tersisih oleh arus globalisasi. Oleh karena itu, saya mengundang teman-teman sekalian semua untuk bersama-sama menyuarakan kegundahan kita,” ujar Joyce boru Manik.

Dia menambahkan, kita harus bangga dengan warisan kita dan berusaha untuk melestarikannya. Mari kita bersama-sama memperjuangkan budaya kita dan mengembalikan kejayaan warisan leluhur kita.

Empat Perempuan Batak Rindukan Warisan Leluhur: Suara Kegundahan di Tengah Erosi Budaya

Atas kerindukan pada kain Batak, Joyce tetap bergiat dan konsisten suarakan Mandar Balige. “Saya sangat tertarik dengan budaya Batak, khususnya Ulos dan Mandar Balige. Namun, saya menyadari bahwa pelestarian budaya ini semakin terancam oleh globalisasi,” sebutnya lagi.

Joyce memiliki pengalaman yang unik, karena dia pernah tinggal di Amerika. “Di sana, saya merindukan budaya Batak dan ingin sekali melestarikannya. Oleh karena itu, saya memilih untuk fokus pada ulos, karena saya ingin memahami dan melestarikan budaya ini lebih dalam,” ujar Joyce.

Joyce sadar bahwa dia tidak sendirian dalam perjuangan ini. “Banyak orang, termasuk adik saya Anna, yang juga berusaha untuk melestarikan budaya Batak. Namun, saya ingin melakukan sesuatu yang lebih untuk memastikan bahwa budaya ini tetap hidup dan berkembang.”

“Saya sangat prihatin dengan keadaan industri Mandar Balige, yang merupakan warisan budaya Batak yang sangat berharga. Kabar terakhir yang saya dapatkan adalah bahwa hanya enam pabrik yang masih beroperasi, padahal dulu ada 50 bahkan 100 pabrik yang beroperasi,” sebut Jocye.

Dia sangat sayangkan keadaan ini, karena Mandar Balige merupakan bagian dari identitas budaya Batak, kurang diperhatikan. “Saya khawatir bahwa jika tidak ada upaya untuk melestarikan industri ini, maka Mandar Balige akan lenyap dan menjadi sejarah, ” tambahnya.

Oleh karena itu, saya ingin melakukan sesuatu untuk melestarikan Mandar Balige. Saya ingin membantu mempromosikan dan melestarikan industri ini, sehingga Mandar Balige dapat terus hidup dan berkembang.

Hari ini, saya memakai baju kain dari Mandar Balige sebagai bentuk dukungan saya untuk industri ini. Saya berharap bahwa dengan melakukan hal ini, saya dapat membantu meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap Mandar Balige.

Hojot Marluga

Belajar Filosofi Air

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

sixteen + eleven =