Michael B.D. Hutagalung, SH, LL.M.; Menjalani Hidup dengan Rasa Syukur: Mukjizat dalam Setiap Langkah
Notice: Undefined index: margin_above in /home/suaratap/public_html/wp-content/plugins/ultimate-social-media-icons/libs/controllers/sfsiocns_OnPosts.php on line 652
Notice: Undefined index: margin_below in /home/suaratap/public_html/wp-content/plugins/ultimate-social-media-icons/libs/controllers/sfsiocns_OnPosts.php on line 653
suaratapian.com-Ketua Umum Perhimpunan Profesi Hukum Kristiani Indonesia (PPHKI), Michael B.D. Hutagalung, SH, LL.M., berbagi pandangan tentang peranannya dalam organisasi dan profesi hukum. Sebagai pendiri Hutagalung & Co. Advocates, Michael menekankan pentingnya integritas dan kejujuran dalam menjalankan hukum. Michael lahir di Bandung dan besar di kota yang sama. Ayahnya, seorang pengacara terkenal, menjadi inspirasi baginya. Setelah menyelesaikan S1 di Universitas Katolik Parahyangan dan S2 di University Amsterdam, Michael memulai karirnya sebagai advokat. Pada tahun 2006, ia mendirikan kantor hukum sendiri di Jakarta.
Sebagai Ketua Umum PPHKI, Michael menjelaskan, bahwa organisasi ini bertujuan menjadi wadah bagi para profesional hukum Kristen untuk belajar, berkomunikasi, dan memperkuat jejaring. PPHKI juga mengadakan pelayanan firman dan persekutuan untuk anggotanya.
Michael menekankan, pentingnya menjalankan hukum sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran. Ia mengutip Zakaria 7:9-10, “Beginilah firman Tuhan semesta alam: Laksanakanlah hukum yang benar dan tunjukkanlah kesetiaan dan kasih sayang kepada masing-masing!”
Bahwa menjalankan profesi hukum, baginya, tidak berarti meninggalkan prinsip-prinsip kekristenan. Ia mencontohkan kitab Taurat yang penuh dengan aturan-aturan dan hukuman. “Kita harus menjalankan hukum dengan benar dan setia kepada Tuhan.”
Di juga menekankan pentingnya integritas dalam menjalankan profesi hukum. “Kita harus menjalankan hukum dengan benar, tidak memutarbalikkan keadilan, dan tidak menerima suap.” Ia mencontohkan kitab Ulangan yang mengatur tentang keadilan dan integritas.
Michael B.D. Hutagalung menunjukkan bahwa menjalankan profesi hukum dengan integritas dan kejujuran adalah kunci untuk menjadi profesional hukum yang sejati. Dengan menyeimbangkan profesi dan iman, kita dapat menjalankan hukum dengan benar dan setia kepada Tuhan.
Menjalankan Hukum dengan Integritas
“Menjalankan hukum tidak hanya tentang memenangkan perkara, tapi tentang menjalankan kebenaran firman Tuhan,” kata Michael. Dia menekankan pentingnya integritas dalam profesi hukum, mengutip Zakaria 7:9-10.
Michael membandingkan profesi hukum dengan menjadi “domba di tengah serigala.” Meskipun jumlah “domba” lebih sedikit, mereka memiliki Gembala yang melindungi. “Kita harus cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati,” tambahnya.
PPHKI bertujuan menjadi wadah bagi profesional hukum Kristen untuk belajar, berkomunikasi dan memperkuat jejaring. Organisasi ini juga mengadakan pelayanan firman dan persekutuan.
Baginya amat penting menjaga integritas dalam profesi hukum. “Kita harus memilih antara kebenaran firman Tuhan atau kepentingan pribadi.” Dia berbagi pengalaman menolak perkara perceraian karena bertentangan dengan firman Tuhan.
Michael B.D. Hutagalung menunjukkan bahwa menjalankan profesi hukum dengan integritas dan kejujuran adalah kunci untuk menjadi profesional hukum yang sejati. Dengan memegang prinsip-prinsip kekristenan, kita dapat menjalankan hukum dengan benar dan setia kepada Tuhan.
Pengalamannya di Belanda membuka wawasan tentang pentingnya menjunjung tinggi hukum. “Mereka tidak mempermainkan hukum, dan itu membuat negara mereka maju,” katanya. Michael menekankan bahwa ketaatan terhadap hukum menciptakan lingkungan yang harmonis.
Bandung, kota kelahiran Michael, dikenal sebagai kota kreatif dan pendidikan. “Suhu dan pola hidup yang santai memicu kreativitas,” ujarnya. Kota ini melahirkan banyak seniman, musisi dan pelukis terkenal.
Menurut Michael, bahwa pertobatan harus dilakukan setiap hari. “Kita harus berubah dengan pembaharuan budimu (Roma 12:2),” katanya. Pertobatan ini penting dalam semua aspek kehidupan, termasuk profesi hukum.
Dia berharap masyarakat dapat memahami profesi pengacara dengan benar dan melihat orang Batak sebagai teladan. “Kita harus menjadi hamba Tuhan yang sejati,” tegasnya.
Pendidikan tanpa sentuhan hati hanya seperti topeng. “Pendidikan harus membawa perubahan,” kata Michael. Pertobatan dan transformasi diri lah kunci untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab.
Perjalanan Panjang Menuju Kematangan Rohani
Pertobatan bukanlah kejadian sekali, melainkan proses panjang yang membutuhkan kesabaran dan ketekunan. Dalam liturgi gereja, kita mengakui dosa setiap Minggu, mengingatkan kita akan pentingnya pertobatan yang berkelanjutan.
Esensi pertobatan terletak pada perubahan hati dan pikiran, semakin serupa dengan Kristus. Pertobatan harus dilakukan secara terus-menerus, agar kita dapat mencapai level kesucian yang lebih tinggi.
Amanat Agung mengingatkan kita untuk menjadikan semua bangsa murid Kristus. Proses ini dimulai dengan pertobatan yang tulus, diikuti dengan pemuridan yang konsisten.
Pertobatan yang sejati tidak hanya tentang pengakuan dosa, tetapi juga tentang perubahan hati dan pikiran. Bukan sekadar “make up” rohani, melainkan transformasi yang mendalam.
Marilah kita jalani pertobatan sebagai perjalanan panjang, bukan sekadar kejadian tunggal. Dengan demikian, kita dapat mencapai kesempurnaan rohani dan menjalankan Amanat Agung dengan setia.
Kita dianugerahi kebebasan memilih oleh Tuhan, namun seringkali menyalahgunakan hak ini. Pertobatan sejati hanya terjadi ketika individu menginginkannya. Roma 10:9 menegaskan pentingnya kerinduan pribadi untuk menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat.
Hidup kita bukan tentang diri sendiri, melainkan tentang Kristus. Setiap tindakan kita harus memuliakan-Nya. Kita hidup karena kasih karunia Tuhan, bukan kekuatan kita sendiri.
Bayangkan, orang di ICU yang membutuhkan mukjizat untuk sadar kembali. Kita yang masih hidup sehat harus menyadari bahwa hidup kita adalah mukjizat itu sendiri. Dengan kesadaran ini, kita akan dipenuhi rasa syukur dan mengembalikan kebebasan kita untuk kemuliaan Tuhan. (Hotman)