Erwin Sihite: Suara Rakyat Suara Tuhan, Patut Direspon sebagai Suara Ilahi
Notice: Undefined index: margin_above in /home/suaratap/public_html/wp-content/plugins/ultimate-social-media-icons/libs/controllers/sfsiocns_OnPosts.php on line 652
Notice: Undefined index: margin_below in /home/suaratap/public_html/wp-content/plugins/ultimate-social-media-icons/libs/controllers/sfsiocns_OnPosts.php on line 653
Suaratapian.com-Kabupaten Humbang Hasundutan adalah kabupaten yang sudah 21 Tahun. Dimekarkan oleh Bupati Tapanuli Utara saat itu, bertepatan putera Humbang Hasundutan DR RE Nainggolan. Namun demikian, walau empat periode pemerintahan di kabupaten ini, belum cukup membawa kesejahteraan bagi masyarakat, bahkan nir perbaikan hidup terutama masyarakat belum tercerdaskan di bidang pendidikan. Kerinduan agar kabupaten ini terus berkembang di bidang pendidikan, melahirkan anak-anak yang berkualitas terus menjadi kerinduan bersama. Harapan itu ada di Pemilihan Kepala Daerah yang diselelenggarakan 27 November 2024 ini, khususnya bagi masyarakat Humbang Hasundutan agar terpilih pemimpin yang terbaik, yang memahami suara hati masyarakat.
Adalah Erwin Princen Banggas Sihite merasakan benar harapan dari masyarakat Humbang Hasundutan itu, terutama kerinduan masyarakat untuk hidup lebih baik dan bidang pendidikan lebih berkwalitas. Atas harapan itu Erwin pun dengan pengembaraan menemui masyarakat di Humbang Hasundutan, dengan mendatangi beberapa tempat, Erwin sampai pada keputusan siap memberi hidupnya demi kemajuan kabupaten Humbang Hasundutan.
Begitu keputusan itu dibuat untuk menjadi pelayan di Humbang Hasundutan dengan tulus, menjadi bakal calon wakil bupati, dengan misi untuk mengembangkan terutama bidang pendidikan yang tertinggal, jauh dibanding daerah lain. Komitmen itu disampaikannya di depan tokoh-tokoh marga Siraja Oloan, bertempat di Winda Coffece Tongasaba Matiti, Dolok Sanggul.
Baginya, pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk mengubah dunia yang lebih baik. Tetapi, tentu pendidikan juga harus diisi dengan senjata, nilai sebagai pedoman tingkah laku, tutur kata dan iman. “Semua pemangku kepentingan harus bergandeng tangan mensukseskan pengembangan pendidikan karakter sebagai upaya menginjeksi generasi sekarang dan masa yang akan datang dengan nilai budaya,” gagasnya.
Erwin putera kedua dari empat bersaudara dari pasangan TP. Sihite dan St Nursilam Hutabarat. Ayahnya, TP Sihite sendiri seorang pengusaha, dan ibundanya, St Nursilam Hutabarat seorang pensiunan Kepala Sekolah di SD Kristen Perkumpulan Sekolah Kristen Djakarta (PSKD). Dia dididik dengan semangat dan daya juang untuk tak mudah patah arang, dan menjadikan pendidikan sebagai alat perbaikan. Dari ayahnya seorang pengusaha mengajarinya untuk peduli dan memiliki daya tahan yang kokoh. Sementara dari ibunya dia banyak belajar, bahwa pendidikan adalah cara yang paling baik untuk membawa kemajuan, mengubah peradaban.
Erwin menikah dengan Serena Erlina boru Sitorus Pane dan dikaruniai dua orang puteri, yakni; Samantha Lois boru Sihite saat ini mahasisiwi Teknik Industri Universitas Indonesia, serta Eden Philea boru Sihite, saat ini duduk di kelas 10 SMA Santa Ursula, Jakarta Pusat. Walau lahir dan besar di Jakarta, Erwin tertawan hatinya untuk memajukan Kabupaten Humbang Hasundutan, asal ayahnya, yang rutin dikunjunginya sejak tahun 2018. Kecintaannya tak kepalang melihat kebaikan masyarakatnya, kesederhanaan hidup yang ada di Humbang Hasundutan, juga potensi-potensi alam dan serta kekayaan alamnya yang perlu dikelola dengan baik. Maka dengan itu Erwin memberi diri untuk maju semua potensi Humbang Hasundutan, agar setara dengan kabupaten maju yang ada di Indonesia, serta menjadikan kabupaten ini egaliter, dan menjadi berkat bagi masyarakat Indonesia.
Nama lengkapnya Erwin Princen Banggas Sihite. Seorang pengusaha di bidang kontraktor. Dia memang tak besar di Humbang Hasundutan, tetapi sebagai putera asal Humbang Hasundutan, tepatnya dari Desa Sileang, Erwin begitu mencintai Humbang Hasundutan dibuktikannya, dia selalu berkala pulang kampung. Cintanya pada Bona Pasogitnya tak kepalang.
Pria Batak kelahiran Jakarta, 18 Juli 1973 adalah lulusan Sarjana Teknik Sipil dan master, dari Universitas Trisakti, Jakarta 1991-1998 dan dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 2023-2024. Di usia 51 Tahun dia cukup mapan dalam memimpin. Tentu dimulai dari rumah, sebagai seorang suami, seorang ayah, kemudian seorang pengusaha, memimpin berbagai organisasi, hingga selanjutnya Erwin menunjukkan keteladan dan rasa tanggung jawab sebagai sosok pemimpin di ruang-ruang lain, seperti berbagai komunitas. Berbagai organisasi dimasukinya untuk mengembangkan kemampuan dalam berorganisasi dan kepemimpinan. Misalnya, dia tercatat sebagai Ketua Umum Komunitas Mercedes Benz Tiger Club Indonesia (MTC INA). Tentu komunitas ini bukan soal gaya-gayaan, tetapi bagaimana komunitas ini dikelola dan dipimpinnya, yang mana anggota-anggotanya secara ekonomi di atas rata-rata.
Dia juga tercatat salah satu pengurus di BPD Gapensi DKI Jakarta. Sebagai pengusaha dia tidak berhenti mengembangkan perusahaan sendiri, tetapi terlibat di organisasi bidang usaha yang digeluti. Lagi, disinilah disadarinya kekuatan relasi dan kerjasama. Sebagai pengusaha Erwin tahu benar kekuatan kerjasama. “Jika kita kerjasama kita akan mendapatkan informasi tentang dukungan modal usaha yang mudah dan murah serta sumber material yang ekonomis,” sebutnya.
Erwin tergolong aktif di pelayanan gereja.Anggota jemaatHKBP Palmerah-Petamburan ini, walau sebagai pengusaha, sibuk, namun di tengah-tengah kesibukannnya dia masih memberi perhatian untuk menjadi panitia di berbagai perhelatan gereja. Jika gereja meminta dan membutuhkan pikiran, tenaga bahkan dananya, dia pantang menolak. Misalnya, keterlibatan dalam perayaan Natal Lansia di Gereja HKBP Palmerah-Petamburan, bahkan, sebelum-sebelumnya menjadi Ketua Panitia Natal di Gereja HKBP Palmerah-Petamburan.
Lagi, sebagai pengusaha dan ketua panitia di gereja dia sudah terbiasa membangun kerjasama, bahkan, bisa menghadirkan pengamanan Natal dan Malam Tahun Baru dari FPI di mana anggotanya banyak tinggal sekitar Gereja. Dari sana Erwin sudah terbiasa merasakan bagaimana kekuatan toleransi dan kerjasama tersebut dibangun.
“Sebuah upaya yang dilakukan oleh Jemaat Palmerah Petamburan dalam mempertahankan Kedaulatan atas Rumah Ibadahnya & Yesus Kristus sebagai kepalanya….Jemaat butuh pelayanan yang membangun iman bukan renovasi ruang ibadah yang masih bagus & sangat layak ini,” tulisnya di beranda Facebooknya.