Sabar Bakara (Ompu Dastin), Pengusaha Transportasi Kota Dumai; “ Bertawakal untuk Menemukan Makna Hidup”

suaratapian.com-Banyak uang bukanlah modal utama, penentu kesuksesan seorang pengusaha, tetapi kesabaran mengarungi kehidupan sampai berhasil itulah kegigihan. “Saat seseorang bisa sabar dan gigih dalam menjalankan usahanya, dia pasti dapat bertahan dan bisa menjadi pebisnis yang sukses. Terbukti banyak kisah hidup para wirausahan sukses dengan memulai dari nol. Melewati jalan panjang sebelum kemudian mencapai sukses,” paling tidak itulah jalan hidup yang dilalui sosok pengusaha transportasi Kota Dumai, Sabar Bakara, 72 tahun. Pria kelahiran Bakara, 21 September 1949, tahun 1970-an merantau ke Kota Dumai yang dikenal kota minyak (Dumai merupakan salah satu kota di Provinsi Riau dan kota administrasi terluas ketiga di Indonesia, setelah Kota Palangka Raya dan Kota Tidore Kepulauan) meninggalkan kampung halamannya Bakara, sekarang Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan. Di Kota Dumai dirinya sempat melamar dan diterima bekerja di  Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara (Pertamina), namun kemudian hengkang oleh karena selerinya kecil, sebulan hanya tujuh ribu lima ratus rupiah. Dari sana dia mencoba peruntungan di bidang lain, bekerja mengelola pasar. Bermula mengelola pasar untuk kemudian beralih jadi wirausaha.

Pangkalnya dia memperhatikan di tengah pasar ada bagian pengelola pasar, bentuk koperasi yang mengatur pasar. Jalan Tuhan, dia beruntung, polisi yang bertanggung jawab mengawasi keamanan di situ mempercayakan pengelolaan pasar kepadanya dibantu sejumlah anak buah. Saat itu, pasar belum terorganisir dengan baik, dia bisa menggelola pasar dengan baik. Sebenarnya dipercaya polisi oleh karena tahu dirinya punya pendidikan lumayan di tingkat atas, yang saat itu belum banyak orang menyandang pendidikan lanjutan tingkat atas.

Sabar Bakara

Sabar, seperti namanya terus sabar dan tekun belajar untuk mengembangkan diri. Selalu betanggung jawab dalam tugasnya; salah satunya membangun relasi dengan para usahawan yang dikenalnya. Nama Sabar memang nama bagus dan filosofis. Kata “Sabar” sendiri bermakna dalam bersinonim; adem, betah, damai, kalem, kepala dingin, lapang dada, setia, tabah, tahan; tawakal, teduh, telaten, tenang, toleran; kepala dingin, lapang dada, lunak, pemaaf, santai, toleran. Kata tersebut bukan saja terukir di tangan tetapi terukir di hati. Bukan berarti dia tak bisa marah, justru dulunya kerap marah karena pengaruh lapangan menuntut demikian.

Semasa muda, suami dari Jentiana Lisbet boru Pasaribu ini mengelola pasar sembari membangun persahabatan di sana. Kalau memang harus keras, dia keras. Namun dia tercerahkan bahwa jalan menuju berhasil dengan membangun relasi, bukan dengan bertengkar. Makin banyak relasi makin baik, terbukti dia bisa dekat dengan pemilik usaha transportasi Harapan Baru. Walau sudah ada pemasukannya dari pasar, tetapi dirinya tak mau berpuas diri dan tenggelam di sana. Sembari mengelola pasar terus mengembangkan diri, belajar dari berbagai pengalaman orang-orang yang dikenalnya  dalam rangka untuk berusaha, hingga tiba salam satu resume bahwa salah satu kiatnya dalam berusaha menjaga kepercayaan. Pemilik Harapan Baru pun mempercayakan pengelolaan uang usaha kepadanya.

Hojot Marluga

Belajar Filosofi Air

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

five × 2 =