Sahat HMT Sinaga: Di Masa Normal Baru Gereja Perlu Memanfaatkan Teknologi Informasi

suaratapian.com BEKASI-Gereja Kristen Protestan Indonesia (GKPI) dalam waktu dekat akan mengelar Sinode Am XXII, yang seogianya digelar awal Oktober di Kota Pematang Siantar, namun urung digelar karena Pandemi Covid-19 masih merebak, dan ditunda sampai bulan Januari 2021, tanggal 27-31. Adalah Dr. Sahat Hangoluan Maruli Tua Sinaga, SH. M.Kn, anggota Majelis Pusat GKPI ini menyebut, sudah tepat Sinode Am GKPI itu diundur sampai tahun depan. Namun dia juga mengusulkan apabila sampai awal tahun depan Pandemi Covid-19 masih menerpa, perlu dibuat solusi lain, Sinode Am bisa digelar melalui rapat virtual. “Sinode Am GKPI minimal dihadiri 1000 jiwa, apalagi digelar empat hari, maka jelas tak bisa asal digelar pertemuan tatap muka jika Covid-19 masih mewabah,” ujar Doktor dari Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan (FH UNPAR) Bandung ini kepada suaratapian.com, pada Jumat, (23/10/20) di kantornya, Bekasi, Jawa Barat.

Sahat juga berharap, usulannya itu bukan hanya untuk Sinode Am GKPI tentunya, harapannya pikirannya itu bisa juga diterima gereja-gereja yang mengadakan kongres atau bersinode, agar menghindari pertemuan besar-besaran. “Sebelum menggelar Sinode kita mesti mengutamakan kesehatan, panitia juga harus mengutamankan protokol kesehatan. Jika memang tak bisa digelar tahun ini, ditunda saja tahun depan,” ujar penatua GKPI Perumnas I, Bekasi ini.

Namun Sahat mengusulkan, lebih baik diadakan dengan virtual. “Ada pertemuan of line yang dihadiri terbatas, tak lebih seratus orang, sedangkan sisanya peserta berada di rumah masing-masing,” jelasnya lagi, selain mengurangi biaya juga menjaga kesehatan masing-masing. Hal ini penting dipikirkan bersama, agar jangan sampai selesai sinode menjadi klaster baru penyebar Covid-9. “Jadi tak perlu kumpul, tetapi bisa bertemu secara virtual.” Tentu era teknologi informasi sekarang bisa digunakan, misalnya, kantor pusat di Siantar bisa juga terkoneksi dengan Bekasi.

Sementara, jikalau rapat yang sifatnya tertutup bisa dibatasi peserta. “Tentu soal kerahasiaan bisa dijaga oleh masing-masing peserta. Ini soal komitmen saja. Yang jelas lewat virtual itu jelas real time, tak ada perbedaan waktu oleh karena terkoneksi langsung. Peserta bisa saling melihat wajah. Dan seharusnya di tengah perjuangan kita melawan Covid-19, harusnya juga adaptif dan bisa memanfaatkan teknologi yang diberikan Tuhan,” tambahnya lagi.

Pria Batak kelahiran Bandung, 2 Oktober 1965 ini menyebut, sekarang rapat itu sah bukan saja rapat karena pertemuan fisik saja, tetapi juga pertemuan virtual. Baginya hal itu tentu akan membuat pekerjaan jadi mudah. Sekjen Pengurus Nasional Perkumpulan Senior Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (PNPS GMKI) menyebut, situasi sekarang tentu memaksa semua kegiatan tatap muka kantor maupun belajar-mengajar kita dilaksanakan secara online.

“Teknologi telekomunikasi interaktif sangat memungkinkan bagi peserta di lokasi berbeda untuk bisa melakukan interaksi banyak arah secara bersamaan. Teknologi telekomunikasi memungkinkan untuk bertemu secara online,” kata mantan Ketua Umum DPP Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI) dan Sekjen Partai Damai Sejahtera (PDS) ini. Ayah tiga anak ini ini juga menyebut, teknologi video conference, persidangan tetap dilaksanakan dengan baik tanpa perlu semua peserta hadir secara langsung.

Namun dia mengingatkan, tentu ada hal yang dipersiapkan seperti konsep, tata aturan dibuat. “Agar menghadirkan kualitas output audio visual bagi para peserta, penting untuk mempersiapkan perangkat audio visual multimedia. Disinilah perlu Tim SDM. Dan tentu, sebelum kegiatan persidangan. Tim perlu persiapan pada tugas dan posisi masing-masing,” ujarnya. (HM)

Hojot Marluga

Belajar Filosofi Air

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

five × 2 =