Arnod Sihite SE: Membangun Indonesia Demi Keadilan dan Kemakmuran Rakyat
Kekuatan relasi
Baginya relasi itu kekuatan dan yang perlu dibangun menjadi seorang pemimpin adalah membangun relasi dan menjaga kepercayaan. Dan memang menjaga kepercayaan dari yang memberi kepercayaan itu sulit dan jika mampu itulah yang disebut orang yang berintegritas. “Modal utama itu bukan uang tetapi kepercayaan. Kalau sudah orang percaya kepada kita hal itu menjadi modal utama,” kata Arnod.
Daya juangnya tak kepalang. Walau seorang satpam dan digaji harian, dirinya senantiasa menunjukkan sikap antusias dalam bekerja, selalu telaten bekerja. Dia selalu ramah menyapa setiap tamu dan selalu ligat menyapa dan memberi sambutan pada orang-orang yang berkantor di gedung tersebut.
Hari-hari kerja diluluinya dengan baik, sebagai satpam ternyata banyak hal yang dapat dia pelajari, termasuk membangun relasi oleh karena sering berjumpa dengan para kaum profesional dan tokoh-tokoh publik, sebagai satpam dia tak lupa dan tak sungkan memberi hormat kepada mereka, kepada orang-orang yang lalu-lalang di gedung itu.
Termasuk saat orang yang turun atau hendak menaiki mobil di beranda gedung, dia selalu sigap membuka pintu mobil. Tak jarang dalam interaksi itu dia ketemu banyak orang-orang hebat dari yang berkantor atau punya urusan ke gedung itu, Gedung BRI II di Jalan Sudirman, Jakarta Selatan.
“Saya kenal banyak pejabat,” kisahnya. Tentu tak ada yang kebetulan dalam hidup ini. Di gedung itu juga ada yang masih tergolong keluarga membuka kantor di gedung tersebut. Karenanya tak jarang di sela-sela tak tugas dia sempatkan datang ke kantor saudaranya, karenanya dia sering disuruh mengurus berbagai hal perlengkapan kantor saudaranya tersebut.
Tahun 1998 terjadi Krisis Monitor di Indonesia. Tak sedikit perusahan-perusahan merumahkan pekerja, salah satu yang menerima imbasnya adalah Arnod. Dia terpaksa dirumahkan. Namun beruntung jauh-jauh hari dia telah kenal banyak orang, banyak relasi.
“Ada banyak orang yang membantu saya waktu itu, salah satunya Halasan Simanjuntak,” kenangnya. Berlahan anak kampung itu bisa menjejakkan kaki menjadi seorang yang berhasil. Dia bermetamorfosa dari seorang pekerja harian menjadi wirausaha yang berhasil, memiliki gedung dan memimpin puluhan karyawan.
Tak berhenti di sana, dia tak mau hidupnya dihabiskan untuk dinikmatinya sendiri, dia ingin bermanfaat bagi kemaslahatan. Atas kerinduan itu, dirinya kemudian menjadi aktivis buruh, merangkul teman-teman buruh untuk berjuang demi kesejahteraan mereka, bahkan terus berproses menjadi salah satu ketua organisasi buruh.
Dimensi di kehidupan ini memang tak lekang dari membangun relasi. Dalam membangun usaha, sebuah relasi perlu. Bahkan, di berbagai lini termasuk di berbagai organisasi, jaringan atau networking kunci penting dalam menjalankan dan mengembangkan usaha itulah relasi.
Arnold sadar hal itu, bahwa relasi adalah kekuatan. Banyak teman banyak, banyak peluang. Membangun relasi itu aktif di organisasi. Tentu, sejak dulu memang dalam dirinya telah tersemayam jiwa guyup dengan orang lain. Embrio organisatorisnya dimulai saat menjadi ketua OSIS di SMA.
Karenanya, dengan kesadaran penuh, dirinya membangun pertemanan dengan banyak kalangan. Anak desa Sileang itu dengan percaya diri bergaul dengan tokoh-tokoh nasional.
Misalnya, sebagaimana di facebooknya dia mengisahkan hadir pada penabalan rekannya, Prof Jaka Sembiring menjadi Guru Besar di Institut Teknologi Bandung, pada media Juli 2019 lalu, Arnod ikut menyaksikan Orasi Ilmiah Forum Guru Besar Institut Teknologi Bandung yang bertajuk Sains Informasi di Era Cyber Physical Systems, itu.
Dia tentu amat menyadari bahwa relasi itu sangat penting. Membangun lingkaran pertemanan seluas-luasnya, melintas batas suku dan agama merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan di kalangan nasional. Bagi Arnod, relasi berarti membangun jejaring. “Hal ini sangat penting.” Karena itu dirinya senantiasa melibatkan diri di berbagai organisasi untuk membangun relasi.