Arnod Sihite SE: Membangun Indonesia Demi Keadilan dan Kemakmuran Rakyat

Melintas bantas

Arnod penganut nasionalisme sejati. Dia tak membatasi persahabatan dengan siapa pun. Di atas itu semua, baginya yang terpenting justru bagaimana agar kita sebagai anak-anak bangsa saling sinergi, dan memanfaatkan potensi diri untuk kemanfaatan maslahat demi mengangkat harkat martabat bangsa. Dia masih ingat nasihat ayahnya kepadanya, selalu mengajarkan jiwa kemandirian dan bermanfaat untuk orang lain. Tentu, untuk bisa sampai mandiri ada proses hidup panjang. Hidup memang proses untuk bisa mandiri.

Anak ketiga dari empat bersaudara ini. Anak dari Mangido Asih Sihite dan Estina boru Purba ini selalu mengingat nasihat ayahnya, selalu mandiri dan hargai orang lain. Hasilnya, Arnod telah melintas batas suku dan agama. Pikirannya tak dikooptasi oleh tembok-tembok pemisah sektarian, suku, agama dan golongan.

Namun bukan berarti nilai indentias asalinya tercerabut. Justru dia tunjukkan anak desa yang berjiwa nasionalis, seorang Batak-Kristen, bergereja di HKBP Serpong, tetapi tak disekat batas-batas buatan manusia. “Saya nasionalis. Saya menghargai apa yang dinamai dengan pluralisme.”

Terbukti memang, istrinya seorang Jawa dan dulunya seorang muslim, belakangan menjadi Kristen. Tentu, bukan karena pemintaannya, tetap keputusan dan atas kesadaran istrinya menjadi seorang Kristen mengikuti agama yang dia anutnya. Dia katakan perjumpaannya dengan istrinya adalah berkat dari Tuhan yag istimewa. Cara Tuhan memang tak mudah diterka. Betapa tidak, istrinya, Sri Purwanti yang sudah lulus dari fakultas hukum Universitas Indonesia waktu itu, sedangkan dirinya masih lulusan SMA, belum sarjana, baru kemudian setelah berkeluarga dia kuliah sarjana ekonomi.

Tetapi itulah jodoh. Bernarlah ungkapan yang menyebut, jodoh takkan kemana. Di awal-awal perkenalannya dengan istrinya, dirinya sempat mendapat tentangan dari orangtua sang istri. Pernikahannya hampir batal, namun karena kegigihannya dan kecintaan dan tanggung jawab yang ditunjukkannya yang pada akhirnya meluluhkan hati keluarga istrinya.

Dengan sikap dan kesabaran dia bisa tunjukkan bahwa dia memang seorang pria yang bertanggung jawab. Berlahan dirinya diterima keluarga istrinya, hubungan dengan mertuanya pun jadi baik. Dulu, mertuanya belum menunaikan haji dan hajjah, Arnodlah yang mengusulkan dan membiayai keberangkatan kedua mertuanya ke Mekkah. Istrinya di kemudian hari istrinya diberi marga ibunya, boru Purba.

Dari pernikahannya dengan Sri Purwati Purba, Tuhan anugerahkan tiga perempuan; Aulolia, Alodie dan Abell. “Saya sangat bangga kepada anak-anak yang telah berjuang keras sehingga mendapatkan penghargaan meraih prestasi peningkatan tertinggi hasil belajar.” Kini ketiga anak gadisnya itu bersekolah di SMA, SMP dan SD Kristen Penabur Gading Serpong, Tangerang. Itulah Arnod, semangatnya tak pernah surut membangun Indonesia.

Arnod selalu berpesan terutama kepada kalangan muda untuk tetap berkarya bagi bangsa dan negara. Berjuang untuk mengangkat harkat martabat bangsa Indonesia di mata dunia, mewujudkan Indonesia hebat dengan masing-masing warganya terus-menerus telanten berkarya, sembari tak lupa membangun kualitas pribadi, kemandirian finansial dan kedudukan yang baik di masyarakat. (Hojot Marluga)

Hojot Marluga

Belajar Filosofi Air

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

3 × 1 =