Bila Ingin Maju; Tinggalkan Kebiasaan Menimbun Gelar, Tetapi Lahirkan Berjibun Karya

Suaratapian.com-Salah satu kebiasaan orang Batak adalah “marnonang” yang dalam Bahasa Indonesia bisa diartikan berbincang-bincang. Pun cara terbaik untuk menemukan sari pemikiran, juga saat “marnonang.” Paling tidak hal itu yang mendasari Polmas. R. Sihombing bersama Joro Boraspati, Yayasan Genus dan tanobataknews.com menggelar “Marnonang” sembari mendengar musik etnik Batak.  Bertempat di Lapo Codian Cawang, Jakarta Timur, Rabu, 1 Juni 2022. Acara bincang-bincang santai yang dikemas bentuk diskusi bertema “Provinsi Untuk Mempercepat Kesejahteran.” Menghadirkan narasumber Sabar Martin Sirait dengan membahas evaluator pembangunan dan sebagai pemerhati pembangunan Tapanuli.

Ada dua penanggap. Penanggap pertama Yudhi V Simorangkir sebagai juru bicara Forum Komunilasi Kawasan Danau Toba. Penanggap kedua Sarma Hutajulu, mantan anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara periode 2014-2019. Sarma juga wakil ketua bidang Organisasi DPD PDI Perjungan Sumatera Utara. Acara diiringi: Pusakko Musik Etnik Batak dengan menampilkan lagu-lagu pilihan.

Selain acara diikuti offline juga ditayangkan lewat zoom. Polmas Sihombing penggagas dan perancang acara menyebut, memang udangan terbatas secara offline, yang diharapkan banyak dari zoom. Dia menambahkan, tujuan diselenggarakannya diskusi adalah untuk menggelorakan semangat membangun Provinsi Tapanuli (Protap) menuju masyarakat yang lebih sejahtera. Lagi Polmas berharap, apa yang didiskusikan semoga menjadi bagian dari rangkaian sejarah berdirinya Protap kelak.

Pembicara Sabar Martin Sirait menyebut, indikator dorongan untuk provinsi Tapanuli dilihat dari sudut kuantitaf dan kualitatif. “Peningkatan kualitas kesejahteraan dan kehidupan berdasarkan data dasar dan data capaian terukur,” sebut mantan politisi ini.

Dia juga mengatakan, provinsi Tapanuli untuk menuju kesejahteraan harus terlihat dari sdm dari masyarakatnya. “Di Kawasan Tapanuli masih banyak dibutuhkan pembenahan. Salah satunya mengenai disiplin dari hal kecil, seperti membuang sampah sembarangan.” Menurutnya lagi, masyarakat Batak kalau mau maju, bukan lagi hanya memperbanyak gelar. “Jikalau orang Batak ingin sejahtera dan maju, maka yang diperbanyak karya, bukan memperbanyak gelar. Melahirkan karya adalah cara-cara yang terbaik untuk maju, menghargai prosedur, menjalani langkah, melatih kebiasaan yang baik dan hasil karya yang ditinggikan.”

Artinya, yang perlu adalah berkarya nyata, sesuai dengan tuntutan kebutuhan daerah di Kawasan Danau Toba. Martin, demikian sering dirinya dipanggil menambahkan, yang perlu juga ditingkatkan untuk kesejahteran adalah cara bertani yang mesti dirombak. “Kita unggul secara komparatif dan kompetitif di berbagai daerah Pertanian Hayati pilihan untuk pengembangan. Namun bisa dikatakan bahwa semua belum membawa kesejahteraan, karena tak dikelola dengan baik,” ujarnya mengakhiri. (HM)

Hojot Marluga

Belajar Filosofi Air

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

two × three =