Irjen. Pol. Drs. Daniel Tahi Monang Silitonga, S.H; “Kerendahan Hati Jadi Dasar Utama Membangun Kesehatian di Seluruh Organisasi”

SuaraTapian dengan slogannya “budaya untuk kemanusiaan” berbincang dengan Irjen. Pol. Drs. Daniel Tahi Monang Silitonga, S.H. Kepala Kepolisian Daerah Papua Barat sengaja hadir, datang dari Papua Barat untuk mengikuti acara Natal Forum Bersama Silitonga Boru Bere Sedunia 2022, yang digelar di Sopo Marpingkir, pada Jumat, 16 Desember 2022. Ketika diwawancara, pesanya soal kesatuan dan persatuan. “Pertama harus ada kepedulian untuk membangun kesehatian, lalu yang kedua saling membantu, dan yang ketiga saling mendoakan yang dalam bahasa Batak marsitangiangan.”

Sosok yang berpengalaman dalam bidang reserse menekankan, “Intinya adalah saling memperhatikannya yaitu kepedulian. Akarnya adalah kerendahan hati, saling menghargai, dan tanpa kerendahan hati, saling menghargai memang sulit mewujudkan persatuan. Kerendahan hati ini menjadi dasar yang utama,” sebut pria kelahiran Tapanuli Selatan, Sumatra Utara ini. Pemimpin Redaksi www.suaratapian.com mewawancarai Perwira lulusan Akpol 1990 ini. Demikian petikannya;

Apa  kira-kira apa pesan moral dari Pesan Natal untuk semua Silitonga di seluruh dunia?

Ada tiga hal. Pertama, harus ada rasa persatuan, yang kedua harus ada saling mendukung, dan yang ketiga saling mendoakan dalam bahasa Batak “marsitangiangan” untuk mendukung kemajuan bersama. Yang bisa merusak organisasi jika tanpa itu persatuan, saling membantu dan mendukung. Kemajuan tak bisa banyak terjadi jika tak memiliki ketiga hal tadi, bahkan itu di organisasi dunia, jika tidak ada saling membangun tak bisa besar dan maju. Sebaliknya oleh karena ada saling membantu maka ada kemajuan.

Irjen Pol Daniel T.M Silitonga, Kapolda Papua Barat; Kesehatian, Kepedulian Terbangun Oleh Kasih

Dalam konteks di marga Silitonga, apa yang harus dilakukan sebagai orang yang semarga, sebagai orang beriman, tiga hal yang menarik yaitu kesatuan, lalu saling membantu dan terakhir kasih, pertanyaan yang pertama itu soal kesehatian, kita, secara umum orang Batak cenderung pecah. Apa yang harus kita dahulukan agar kesehatian itu ada, kesatuan itu bisa ada?

Nah, yang pertama intinya adalah saling memperhatikan, akarnya adalah kerendahan hati, saling menghargai. Tanpa kerendahan hati dan saling menghargai itu memang sulit diwujudkan persatuan. Karenanya kerendahan hati menjadi dasar yang utama. Menjangkau itu memang susah, tetapi kalau ada rendah hati tak ada yang sulit.

Tak banyak yang mampu secara ekonomi mau membantu yang tak seberuntungnya, intinya tak banyak orang yang peduli. Bagaimana menyeimbangkan, orang yang mungkin secara rezeki kurang, perlu dibantu, tetapi yang berlebihan juga bisa membantu yang patut dibantu…

Tidak mesti harus materi. Tidak mesti, harus yang berkuasa atau tidak harus yang berbeda. Tetapi membantu pendapat, membantu ilmu dan segala macam ini menjadi modal. Tidak perlu harus diasumsikan bahwa orang yang membantu harus lebih kaya atau tinggi derajatnya, lebih tinggi karena kalau itu yang dilihat, maka alur bantuan ini nanti akan terkotak-kotak. Jadi terkesan bahwa bantuan itu hanya dalam bentuk materi. Itu salah. Bantuan itu banyak. Ada ide, pendapat, ada hal-hal yang lain yang bisa dibantu pikiran, bisa juga itu. Tetapi itu bukan yang utama.

Lalu, yang ketiga, bapak singgung soal bagaimana kita memahami dan menjalankan kasih. Karena ini suasana Natal hari ini tentang kasih, yang kita sebut saling merangkul itu apa yang harus kita sadari dan tonjolkan tentang kasih?

Dalam Alkitab disebutkan Iman, Pengharapan dan Kasih, tetapi yang terbesar adalah kasih. Jika kita memiliki kasih, maka perbedaan sebesar apapun bisa diselesaikan, perkara jadi ringan. Perseteruan sosial, kesulitan apa pun bisa ditempuh atau diselesaikan kalau memiliki kasih.

Natal Forum Bersama Silitonga Boru Bere Sedunia 2022

Bagaimana kita membangun relasi, tadi komunikasi. Saya dengar tadi, waktu bincang-bincang pesan dari bapak bagaimana kita mengkomunikasikan, membicarakan banyak hal bisa diselesaikan lewat negoisasi, membuat satu kesepakatan, itu komunikasi…

Iya membangun kebersamaan. Saya punya pengalaman baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Menyelesaikan konflik itu atau perbedaan pendapat itu pasti harus diselesaikan di dengan sederhana, kesepakatan.

Dulu Bosnia perang. Bosnia diselesaikan dengan perjanjian, kemudian juga perang suku yang terjadi di Ambon diselesaikan dengan Perjanjian Malino. Semua diselesaikan di atas meja dengan kesepakatan. Tetapi tadi modalnya saling mengasihi, saling terbuka.

Termasuk dalam organisasi Batak juga?

Saya kira kita masih kecil, masih banyak organisasi yang lain, yang jauh lebih besar. Intinya bersatu, mereka kuat. Saya kira demikian.

Hojot Marluga

Belajar Filosofi Air

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

15 − twelve =