Malaria Belum Punah
Notice: Undefined index: margin_above in /home/suaratap/public_html/wp-content/plugins/ultimate-social-media-icons/libs/controllers/sfsiocns_OnPosts.php on line 652
Notice: Undefined index: margin_below in /home/suaratap/public_html/wp-content/plugins/ultimate-social-media-icons/libs/controllers/sfsiocns_OnPosts.php on line 653
Oleh: Jansen Sinamo
Meskipun penyebab malaria sudah diketahui sejak sebelum tahun 1900; dan untuk itu penemu penyebabnya–plasmodium dalam gigitan nyamuk anopheles betina–seorang dokter Inggris kelahiran India: Ronald Ross namanya, diberi Nobel Kedokteran 1902; namun hingga hari ini malaria belum berhasil juga dibasmi 100% dari muka bumi.
*
Tahun 2019 kasus malaria di Indonesia masih mencapai 250 ribuan, mayoritas di Papua dan NTT.
Dahulu jauh lebih parah; hampir seluruhnya pandemi malaria terjadi
di daerah sabuk katulistiwa (daerah tropis): Asia Tenggara, Asia Selatan, Pinggang Afrika, dan Amerika Latin.
*
Malaria adalah prediktor utama kemiskinan dan kebodohan.
Di wilayah miskin malaria selalu merebak.
Anak-anak yang terserang malaria, bila otaknya terkena, kemampuan kognitif dan mentalnya jadi terhambat. Kinerja otaknya tidak bisa maksimal.
Orang yang tidak pandai cenderung menjadi miskin.
Terjadilah lingkaran setan: sakit-bodoh-miskin.
*
Ini sekaligus menjadi jawaban: mengapa orang Indonesia belum ada yang berhasil meraih Nobel Fisika, Kimia, Kedokteran, Sastra, Perdamaian, dan Emonomi–yang banyak ditanyakan kepada saya dalam 2 minggu terakhir ini.
*
Jadi kita harus bersih, lingkungan bebas nyamuk, makanan penuh gizi, dan semangat belajar selalu tinggi.
Semoga 50 tahun lagi kita dapat Nobel.