Mengakhiri Dengan Baik

Jadi jangan terlalu terpesona merencanakan lupa mewujudkan. Yang penting aksi. Menurutnya, perencanaan tidak akan berhasil. Mengapa? Yang terpenting mempersiapkan diri, kesempatan datang tak diduga-duga. Ini berarti harus adaptif dan fleksibel, siap senantiasa menangkap momentum. Bahasa agamanya menunggu kairos sembari menyiapkan diri. Tapi, maksud sesungguhnya Drucker jika merencanakan, jangan lupa Pencipta. Jangan lupa Tuhan dalam perencanaan, sebab kita tak tahu apa yang terjadi besok.Prinsip-prinsip pengembangan diri bagi Drucker, hidup harus ada nilai adalah, keenam. Seseorang harus tahu nilai-nilai apa yang dihidupi.

Dia berkata, jika seseorang yang telah paroh baya beriman, dan menganut sistim nilai tertentu. Intinya, jika kita memilih satu pekerjaan semestinya harus ahli di dalamnya. Dia katakan, “mengetahui apa yang Anda hargai dan apa yang Anda hargai bisa menjaga agar Anda tidak membuat beberapa pilihan yang buruk dalam perjalanan Anda.”Drucker yang pernah menjadi professor di Stanford Business, Emory University in Atlanta ini, dalam poin ketujuh juga mendefinisikan ulang apa arti menyelesaikan dengan baik. Drucker berkata, “Saya kira dalam kehidupan saya, saya tidak pernah menggarap mendapat uang banyak sebagai keberhasilan besar.

Definisi saya akan keberhasilan sudah berubah lama sekali. Saya suka sekali melakukan pekerjaan konsultasi dan menulis, saya biasanya lupa waktu kalau sedang melakukan pekerjaan pekerjaan itu. Tetapi, menyelesaikan dengan baik dan bagaimana saya ingin diingat. Itulah hal yang terpenting sekarang ini.” Hal itu dikatakan Drucker amat sering di kelas di depan murid muridnya. Baginya, membuat perbedaan, menemukan kebermaknaan adalah memenuhi panggilan. Ungkapan Drucker sangat tepat bagi para kelompok puber kedua hingga orang yang waktu paruh.Kedelapan, harus tahu perbedaan menuai dan menanam. Semua awal karier adalah menanam. Dan, sebagian besar hidup manusia adalah menanam, membangun dan mengembangkan. Tentu ada waktunya, musimnya memanen.

Tepatlah yang dikatakan Salomo, ada waktunya untuk menanam, dan ada waktunya untuk mencabut yang ditanam.Karena itu, disinilah perlu lagi mendefinisikan hasil-hasil yang ingin kita gapai sebagai poin sembilan. Ada benarnya, sebab memang tak semua orang mempermasalahkan itu, mereka tak menanyakan tentang hasil-hasil, akhirnya tak tahu hasilnya. Jika itu tak ada, seperti pepatah kuno, ibarat membangun jalan ke neraka.Terakhir, selagi masih ada waktu, tetaplah belajar dan bertumbuh. Maka, mengapa tak mengakhiri dengan baik? Karena sudah selesai belajar dan bertumbuh. Tentu, bagi Drucker ada kerugian jika tak lagi belajar dan tak lagi bertumbuh. Orang yang tak sedia belajar dan bertumbuh, walau usia sudah ujur, kalau masih sehat, nasihat Drucker harus belajar dan teruslah belajar.

Teruslah membaca, mendengar demi untuk belajar dan bertumbuh. Teruslah menulis dalam rangka belajar dan bertumbuh. Dan, orang orang seperti inilah yang akan menyelesaikan pertandingan di hidupnya dengan baik. Drucker kini telah pergi, tetapi karena mengakhiri dengan baik, segala karya gagasan dan pemikirannya untuk manajemen di dunia, kontribusinya sangat bermanfaat. Di masa hidupnya Drucker pernah mengatakan, jika Anda ke tokoh buku mencari manajemen niscaya Anda menemukan tentang manajemen yang saya tulis. Sejak menemukan passionnya, Drucker bergiat dan produktif menulis, menciptakan manajemen sebagai sebuah disiplin ilmu hingga kemudian dunia akademis menabalkannya sebagai Bapak Manajemen Dunia. (Hojot Marluga)

Hojot Marluga

Belajar Filosofi Air

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

20 − 12 =