Murfati: Wakil Rakyat yang Merakyat
suaratapian.com BEKASI-Di kehidupan ini memberi perhatian, berempati dan memanusiakan manusia adalah nilai tertinggi melayani manusia dengan keihklasan yang tertinggi. Intinya mengasihi sesama, altruis. Tak ada hukum yang bertentangan dengan itu. Barangkali itu sebabnya tak ada orang yang berjiwa penolong dirongrong, atau menolong jadi merugi, justru selalu membawa impact untuk diri sendiri, ketika menolong orang lain. Atas dasar pemikiran itulah Murfati Lidianto sebagai anggota DPRD Kota Bekasi selalu memaksimalkan kerja-kerjanya melayani rakyat Kota Bekasi.
Tentu, bukan karena anggota rakyat itu, sifat menolong itu digeloraknnya. Nun jauh sebelum wakil rakyat, Murfati muda selalu memberi pehatian bagi sesama. “Sejak kecil memang kita sudah biasa melakukan itu. Berbagi dengan orang-orang yang susah dan tak mampu, kaum termarginalkan,” kisahnya memulai perbincangan.
Murfati sendiri lahir dari keluarga yang berada, kaya. Memiliki toko material terbesar dan terlengkap saat itu di Belitung. Ayahnya sebagai pengusaha material, menjual material bangunan ke para kontraktor. Ayahnya sekaligus tokoh masyarakat yang amat sangat disegani, oleh karena itu tadi, berjiwa penolong. Banyak pengusaha kontraktor yang sukses dibantu oleh ayah-ibu Murfati di Belitung. Atas pencapaian itu, dari warisan orangtuanya ada beberapa pulau dan tanah berhektar-hektar, namun hal itu tak membuat Murfati tinggi hati. Kekayaan tak membuatnya silau. Dirinya tetap menunduk. Kekayaan bukan ajang untuk disombongkan. “Yang terbaik adalah hidup kita berarti bagi kemaslahatan banyak orang dan hiduk kita bermakna.”
Kenyataanya demikian, walau dilahirkan dari orang yang berada dan Murfati seorang pejabat publik, lebih lagi perhatiaannya untuk sesama tak kepalang. Kemandirian dan sifat membantu itu sudah maujud dalam batinnya. Murfati sendiri, sebelum menjadi wakil rakyat adalah seorang usahawan. Namun walau pengusaha dia tak seperti kebanyakan wanita, bersolek, mempercantik diri. Betapa tidak, karena memang secara finansial cukup untuk itu.
Namun justru anggota dewan yang hidupnya dari keluarga berada ini tak menampakkan gaya konsumeris apalagi hedonis. Sejujurnya Murfati memiliki privilese, hak istimewa, yang tak semua orang dapat tetapi diimpikan semua orang, dilahirkan dari satu keluarga ekonomi mapan. Tetapi, lagi-lagi tak membuatnya menjadi sombong, malah justru hidup apa adanya. Tampil sederhana. Sebagai pejabat publik justru dia sering ditemukan berada mengunjungi kaum terpinggirkan. Duduk bersama dengan orang-orang yang butuh perhatian, dimanusiakan.
“Buat apa kita menampilkan kemewahan, sedangkan sesama kita masih banyak yang memprihatinkan hidupnya, butuh perhatian kita, empati kita,” katanya satu saat kepada wartawan. Maka di manapun Murfati, penampilannya akan tampil biasa, bahkan terkesan sangat sederhana. Tak terkesan menunjukkan performa seorang pejabat, anggota dewan. “Penampilan saya sudah begitu. Tak perlulah berlebihan berdandan. Penampilan tak menambah atau mengurangi martabat saya. Jati diri saya sudah begitu,” ujarnya saat ditanya soal penampilannya itu.
Alih-alih sejak belia Murfati hidup secara ekonomi telah tertata, terpelihara baik, tetapi sukanya bermain dengan anak-anak miskin. Perlu juga diketahui, sebagai orang yang berada dan berhasil di perantauan, di Kota Bekasi, banyak peluang dan kesempatan ditawarkan baginya. Pernah di satu waktu, dirinya dipinang untuk sudi mencalonkan jadi kandidat bupati di Belitung dan bersanding dengan seorang CEO, pengusaha kelapa sawit.
Namun, lagi-lagi Murfati bukan manusia maruk, ambisus, maka tawaran itu ditolaknya dengan halus. Mengapa? Sebab dia bukan sosok oportunis. Dan dia setia atas janjinya kepada konsituennya. Tak akan meninggalkan rakyat yang diwakilinya, tergiur jadi pejabat eksekutif, kepala daerah di Belitung. “Saya berkomitmen akan bersama sama rakyat membangun kota Bekasi sampai tuntas menunaikan tugas melayani rakyat di Kota Bekasi.”
Bahkan, Murfati juga pernah ditawarkan jadi kandidat wakil bupati Karawang untuk bersanding dengan kandidat bupati yang berpeluang besar menang. Namun lagi-lagi ditolaknya dengan baik dengan alasan tadi, komitmen dan janjinya. Betapa kokohnya komitmennya, tak tergiur dengan tawaran tersebut. Tentu, tantangan dan kesempatan selalu terbuka baginya, hanya saja dia menghidupi batin kesederhanaan.
Dan memang kesempatan-kesempatan kekuasaan selalu menggoda. Tak heran sebagai anggota DPRD Kota Bekasi dua periode dirinya tak pernah terdengar tak sedap terhendus, atau terhembus perbuatan moral yang melanggar hukum. Oleh karena sejak menjabat sampai saat ini komitmen pengabdian itu yang dihidupinya.
Malah, dia sering-sering menyapa warganya, yang sering dijumpainya adalah orang-orang yang di rawat rumah sakit. Bahkan, amat ektrim, dirinya tak segan-segan mengajak makan orang-orang yang terbelakang mental. Saat ditanya mengapa kebiasaan itu dihidupinya, jawabnya. “Saya hanya ingin berbagai rasa dengan mereka, memberikan kebahagian buat orang-orang yang selama ini tak dihargai di masyarakat, dimarginalkan.”
Hal itu kami saksikan ketika menjumpainnya dalam rangka wawancara. Dia mengajak seorang yang keterbelakangan mental makan semeja dengannya dan santai saja duduk, makan bersama seperti teman, dan menempatkan orang tersebut sebagai orang normal.
Saat kami berjumpa, mau wawancara ketika itu, dia mengatakan, “Sorry, saya baru berkunjung ke panti sosial yang mengurusi orang-orang yang keterbelakagan mental dan mengajak salah satu penghuninya untuk jalan-jalan ke mall. Tujuannya supaya dia menikmati suasana baru,” jelasnya. Sebagai seorang wakil rakyat apa yang ditunjukkannya tentu bukan pencitraan, tetapi atrustis, memberi kepada orang lain demi nilai kemanusiaan yang dihidupinya dalam batinnya. Tak heran, kemarin, begitu banjir melanda Jabodetabek, imbasnya juga sampai ke Kota Bekasi, Murfati sebagai wakil rakyat datang melihat langsung dan menyapa warga yang kebanjiran. Dia wakil rakyat yang benar-benar merakyat yang tak melarat. (HM)