NOBEL PERDAMAIAN 2020: Tiada Damai bagi Kaum Lapar

WFP adalah semacam penjelmaan modern Nabi Yusuf dari zaman Mesir kuno, yang karena hikmat Tuhan mampu mengantisipasi datangya 7 tahun masa makmur dan 7 tahun masa paceklik; yang kemudian dengan dekrit raja (firaun) membangun lumbung-lumbung pangan di seantero negeri, sehingga saat masa kelaparan tiba, Mesir telah menjadi lumbung pangan bagi dunia.

Dewasa ini dicatat: 1 dari 9 penduduk dunia–mayoritas anak-anak–tergolong kurang makan, kurang gizi, yang pada gilirannya mengalami stunting (gagal tumbuh); fisik dan mental intelektual yang inferior.

Mungkin karena seorang ibu, Angela Merkel menjadi penimpin dunia yang pertama menyambut hangat Hadiah Nobel bagi WFP ini.

Sambil memuji Panitia Nobel dan pemenangnya: Kanselir Merkel mengajak seluruh dunia mendukung WFP, yang memang bekerja dengan donasi negara-negara anggota PBB, berbagaisi korporasi global, serta sejumlah pribadi superkaya berhati mulia.

Sebagai distributor berbagai jenis pangan berskala masif, dengan sendirinya WFP menjadi operator logistik kelas dunia.

Di musim pandemi Covid ini: adalah WFP yang paling mumpuni melakukan operasi logistik medis, alkes dan obat-obatan ke 120 negara di dunia.

Direktur Eksekutif WFP, David Beasley, merasa sangat terharu menerima hadiah bergengsi tinggi ini, tidak menduganya, dan menyebut para donorlah penerima sejatinya, bersama 17 ribuan staf yang bertaruh nyawa melaksankan misi mulia kemanusiaan ini di lokasi-lokasi berbahaya.

Beasley yang mantan Gubernur South Carolina, AS itu, mengantisipasi soal kekurangan pangan ini menjadi dua kali lipat akibat pandemi ini berharap orang-orang hiper kaya dunia lebih banyak menjadi donatur.

Dengan kekayaan global yang sedemikian besar dewasa ini semestinya tak ada lagi orang di dunia ini yang pergi tidur dengan perut lapar.

(Jansen Sinamo/reuters/cnn/theguardian/bbc)

Hojot Marluga

Belajar Filosofi Air

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

two × 2 =