Togarma Naibaho: Betapa Agungnya Karya Seni Batak

Suaratapian.com-Produk budaya Batak, terutama bidang seni ukir yang disebut gorga dan seni musik merupakan aset budaya yang harus dijaga dan dilestarikan. Tentu, untuk melestarikannya adalah tanggung-jawab masyarakat Batak sendiri. Namun tak banyak yang memberi hati, salah satu yang terpanggil adalah Togarma Naibaho. Bagi pria kelahiran Tiga Binanga, Kabanjahe, 28 September 1950. Tahun 1979, maka selulus pendidikan jurusan seni rupa IKIP Negeri Medan. Di bidang seni budaya Batak modern, didasari kecintaan terhadap seni budaya Batak, serta ditopang bakat dan kemampuannya dalam berkarya. “Kita bersemangat dan kreatif menghadirkan berbagai kelayakan kekayaan seni budaya Batak yang baik dengan teks lain berwujud maupun tidak berwujud,” ujar suami Ida boru Pangaribuan ini.

Togarma memang paling ahli di bidang ukiran rumah gorga. Tahun 1989, dia dipercaya menciptakan panggung hiburan berhiaskan ornamen rumah Batak yang didukung 300 orang artis untuk menggelar pertunjukan martabe di Jakarta. Setahun kemudian atas permintaan maestro musik (alm) Nortier Simanungkalit dari Yayasan Pengembangan Uning-uningan Indonesia.

Dia juga memunculkan rumah-rumah Batak, pada konser orkes Gondang Uning-uningan yang berlangsung di Jakarta Convention Hall waktu itu. Tentu, tidak hanya itu, dia juga pernah dipercayakan membangunan rumah modern milik seorang pejabat militer, saat itu menjabat Wakil Kasad, dengan sentuhan ornamen gorga Batak menjadikan rumah itu menjadi selaras sebagai rumah Batak.

Aktivitas keseharian Togarma memang sangat dekat dengan aneka seni budaya Batak, seperti mengisi acara seni budaya di berbagai elemen bersama artis-artis Batak, yang kemudian istrinya juga adalah pelatih tari dan ahli dalam tarian Batak, hingga membuat dekorasi pelaminan pernikahan orang Batak, yang juga koreografer Tortor 1000 penari di Jubileum 150 Tahun HKBP 4 Des 2011 di Gelora Bung Karno, Jakarta. Bahkan, pada 11 Januari 2002 berhasil menjawab tantangan stasiun televisi Indosiar untuk mengadakan konser musik uning-uningan modern selama satu jam penuh disiarkan langsung ke seluruh penjuru tanah air.

Sayang tak berbakat menjadi entrepreneur, sebab sekalipun banyak idenya dan merupakan seniman multitalent, namun banyak berhenti karena tak bisa memadukan ide itu dengan bisnis. Ternyata, dia lebih suka menjadi dosen seni rupa di Medan. Sejak tahun 1980-1982 juga menjadi dosen luar biasa seni rupa di IKIP Jakarta. Sejak tahun 1983 sampai 1985, dosen tidak tetap di fakultas seni rupa dan desain Universitas Trisakti, dan sejak tahun 1985 sampai tahun 2000 menjadi sekretaris lembaga riset Universitas Mpu Tantular, Jakarta.

Atas kemampuan intelektual akademiknya, dia kerap diundang di berbagai seminar, termasuk seminar ornamen Sumatera Utara di Medan tahun 1980 pembicara seminar pengembangan tenun ulos kabupaten Toba penyaji makalah; parhalaan di planetarium tim hingga menjadi pembicara seminar sengketa tanah adat Batak di Jakarta.

Sebenarnya, banyak peluang bisnis terlepas karena dirinya tak didampingi ahli mempromosikan dan memiliki modal, padahal karya seninya yang aduhai pasti akan digemari oleh kalangan pecinta Batak. Idealismenya kadang kalah lama menyimpan karya-karya termasuk buku-buku untuk tidak dipublikasi, terendap lama disimpan.

Hojot Marluga

Belajar Filosofi Air

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

three × five =