Wabah Abad Kegelapan

suaratapian.com-Bisa dikatakan menjelang akhir tahun 2020 ini, tatkala gereja mengakhiri kalender gerejani, saat pendeta membaca nama-nama yang meninggal tahun ini, kemungkinan besar bertambah waktu. Betapa tidak, karena banyak yang meninggal di tahun ini. Tentu tak seperti tahun-tahun sebelumnya, tahun ini adalah pukulan besar untuk seluruh dunia. Kita belum tahu pasti sampai kapan wabah ini menyerang dan berapa jumlah lagi nyawa melayang. Hingga tulisan ini diturunkan, Jumat (25/4/20) di dunia telah meninggal 196.931 orang akibat Covid 19 atau corana virus. Kata sembilan belas diambil oleh WHO, badan kesehatan dunia yang bernaung di bawah organisasi PBB, menyebut wabah ini ditemukan akhir tahun 2019. Virus corana ditemukan pertama kali di Wuhan, China.

Sesungguhnya jika kita belajar sejarah, serangan wabah selalu saja ada dalam sepanjang kehidupan manusia. Tak hanya sekarang, di era kita. Nun berabad-abad lalu, nenek-moyang kita pun sudah berjuang melawan wabah. Tentu, bermacam-macam wabah. Ada wabah karena baru ditemukan epidemi AIDS yang sampai sekarang belum ditemukan obatnya. Tetapi, wabah yang paling sering adalah wabah kelaparan. Kelaparan terjadi oleh karena faktor alam, karena kemarau yang berkepanjangan. Lahan di mana-mana kering. Wabah kelaparan yang paling banyak dialami paling tidak pernah di Cina, tahun 1876. Di Rusia tahun 1891. Di Ukraina, tahun 1921 dan tahun 1932.Wabah dalam catatan Kitab Suci, pernah terjadi di Mesir. Sepuluh tulah hanya menyerang Mesir.

Tentu, yang paling luarbiasa hebat di masanya adalah wabah karena pes yang disebut Black Death menyerang dunia, puluhan juta meninggal. Wabah pes juga disebut wabah sampar. Pes pertama terjadi di tahun 542, atau menjelang abad keenam. Wahab ini melingkupi seluruh dunia, tetapi yang paling parah waktu di Istambul-Turki, saat itu Turki dipimpin Yustinianus. Walau disebut-sebut wahab ini tak menular, tetapi membunuh banyak orang. Di masa itu, jumlah penduduk Turki di pemerintahan Yustinianus hanya berjumlah 500.000 jiwa, tetapi karena wabah pes merengguk 300.000 nyawa, penduduk Konstantinopel. Artinya enam puluh persen penduduknya meninggal karena wabah pes.Wabah pes dari tikus, menyebar melalui kutu yang nyaris tak kasat mata bisa dilihat, namun menampakkan dirinya terlihat dengan gejala pembengkakan di jaringan kelenjar di pangkal paha, lalu di ketiak, lalu sampai ketenggorokan.

Dampak serangannya korban muntah darah, mengngigau, diare, sakit leher, bahkan melepuhkan kulit. Puncaknya membawa kematian. Setelah memakan korban, pes tak terjadi lagi perubahan-perubahan di jasat korban yang meninggal. Berbeda Covid 19, dari beberapa sumber menyebut, korban yang meninggal karena virus corona masih tetap bereaksi, bagian mulut akan terus-menerus mengeluarkan cairan. Barangkali itu alasannya setelah korban Covid 19 meninggal, mayatnya langsung ditutup dan dibalut dengan plastik tebal. Berkali-kali lipat.Serangan kedua pes, abad yang paling mengerikan, maka disebut Black Death yang menewaskan 75.000.000 juta orang Eropa di tahun 1347 hingga awal tahun 1351. Wabah ini hampir mirip pes pertama, berasal dari tikus.

Senjata penyebarannya melalui kutu, masuk ke tikus. Kutu membuang kotoran di buluh tikus, lalu kemudian tikus menyerang manusia dengan melompati manusia. Kutu membawa bakteri yersinia pestis. Yang diserang sistim limfa tubuh, menyebabkan kelenjar membesar, panas tinggi hingga puncaknya keluar batuk lendir darah hingga kemudian membawa kematian. Yang terserang hanya bisa terselamatkan sepuluh persen, sembilan puluh persennya meninggal.Wabah ini awalnya juga dari Konstantinopel, baru mewabah ke Italia seperti Sisilia, Sardinia dan Corsica, juga sampai ke Prancis, ke Jerman dan Inggris. Tetapi yang paling parah Inggris di masa itu yang dilanda Black Death. Tentu seluruhnya dunia terimbas, tetapi yang paling parah di kawasan Eropa. Dalam sejarahnya wahab ini juga tak ditemukan obatnya, dan tiba-tiba lenyap begitu saja. Jadi bukan dilenyapkan manusia.

Tahun 1924 di Inggris wabah Black Death ini pernah kembali datang menyerang, bahkan sempat menewaskan 33 orang. Namun itulah lebihan manusian, belajar dari pengalaman, oleh karena wabah ini sudah pernah ditangani, wabah ini kemudian bisa dikendalikan.Saat itu ditemukan dari yang dikonfirmasi, sempel pasien yang ditemukan positif mengandung Yersinia Pestis, bakteri yang menyebabkan wabah. Setiap masa itu, wabah selalu membawa abad kegelapan, terutama karena wabah pes.

Artinya, dunia tak ada yang kebal dengan wahab, termasuk Covid 19 sekarang ini. Kenyataan yang ada, jika wabah sudah datang, prahara kematian melumpuhkan seluruh sendi kehidupan umat manusia. Di setiap era demikian. Tentu kemampuan manusia tak bisa mengendalikan seluruh yang terjadi dialaminya selain kembali meminta hikmat dari Pencipta untuk bisa survival membangun peradabannya kembali. (Hojot Marluga)

Hojot Marluga

Belajar Filosofi Air

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

two × one =