Advokat Muda “Jupriyanto Purba” Memenangkan Perkara Ibu Guru (DL) di PTUN Medan Atas Gugatan Melawan Pemkab Humbahas

Suaratapian.com-Semenjak berita perkara yang membelit seorang guru hampir pensiuan viral, karena dipindahkan jauh dari kampungnya, Ibu Dorhanan br Lumban Torun, yang diperkirakan oleh karena ekses Pilkada, atas kebencian Bupati Humbahas terpilih terhadap Guru DL dengan memindahkan tugas mengajar secara tak wajar. Ketidakwajaran itu oleh karena sangat jauh tanpa dibantu, dan minim fasilitas untuk seorang guru senior perempuan di atas enam puluh tahun. Atas hal itu, seorang pengacara muda murid sang guru, Jupriyanto Purba, terpanggil membela guru yang dikriminalisasi tersebut. Jupriyanto akhirnya menggugat ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Medan. Setelah sembilan kali sidang, Rabu, (15/9/21) amar putusan hakim diterima oleh pihak penggugat, bahwa tuntutan penggugat diterima dan memerintahkan pada tergugat agar DL dipulihkan ke jabatannya semula. Itu artinya gugatan Jupriyanto Purba, SH, yang telah memenangkan gugatan.

“Dalam hidup ini tak ada perjuangan yang sia-sia, saya sebagai pengacara telah menangani berbagai kasus sejak tahun 2007 hingga sampai sekarang, namun yang paling berkesan bagi saya, Tuhan pakai saya untuk membela perkara (DL) guru Bahasa Indonesia di SMP 1 Baktiraja yang melawan pemerintah Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan. Di mana putusan PTUN Medan memenangkan guru saya, saya mengucapkan terima kasih kepada Tuhan,” ujar Jupryanto.

Begitu mendengar amar dari hakim, Jupryanto informasikan kepada ibu guru DL. “Saya kira ini berita sukacita. Beliau merasa senang bahkan, kalau dibilang diterharu. Apa yang saya lakukan ini tentu sangat bermanfaat untuk dirinya dan pesan untuk masyarakat agar jangan takut memperjuangkan keadilan.”

Ditanya, apa motivasinya membela mantan gurunya itu? “Oleh karena saya diberikan kesempatan yang terbaik, karena tidak semua pengacara mempunyai kesempatan untuk membela guru sendiri. Dan setiap sidang, Suami Guru tersebut datang menonton sidang, saya selalu sampaikan jangan gunakan gaji ibu untuk biaya sidang ke Medan,” saran Jupryanto.

Menurut pengakuannya, selama memegang kasus ibu, dia tak pernah meminta biaya apapun, bahkan transport. “Motivasi saya bukan uang. Saya juga ke Medan bolak balik dan biaya pendaftaran gugatan saya tanggung sendiri. Itu saya lakukan semua karena saya merasakan sendiri, perlu orang kecil dibela,” sebut lulusan sarjana dan pascasarjana hukum dari Fakultas Hukum Universitas Kristen Indonesia.

Jupryanto juga menceritakan, kisahnya sebagai anak guru SD yang pernah diperlakukan sama seperti itu. “Saya adalah anak seorang guru SD telah dimutasi satu tahun sebelum masa pensiun, dan saya pada waktu itu tidak bisa berbuat banyak karena keadaan, tapi untuk kali ini terjadi lagi kepada Guru Bahasa Indonesia, dan untuk kali ini saya melakukan perlawanan secara terang terangan untuk memperjuangkannya,”sebut ayah tiga anak ini.

Bagi Jupryanto pesan moral yang hendak dikatakannya adalah bahwa guru harus dihormati, sebab guru adalah cahaya untuk menggantar kita menatap masa depan. Maka siapa yang tak bisa menghormati guru cahaya akan hilang dalam dirinya.

Hojot Marluga

Belajar Filosofi Air

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

five × 2 =