Empat Perempuan Batak Rindukan Warisan Leluhur: Suara Kegundahan di Tengah Erosi Budaya
Penggiat Ulos yang Peduli
Sementara itu, Rotua Anna Boru Lumban Gaol, seorang penggiat ulos, mengungkapkan perasaannya tentang perkembangan ulos saat ini. “Saya bersyukur karena ulos masih berkembang, tapi saya juga prihatin karena pakemnya tidak ada lagi,” katanya. Menurutnya, tetap ada aturan baku tentang ulos, tetapi untuk relevan harus bisa dikreasi sehingga tak khawatir tentang kelestarian budaya ini. Oleh karena itu, Anna berharap bahwa dengan adanya wadah yang tepat, mereka dapat belajar lebih dalam tentang ulos dan bersama-sama melestarikannya.
“Kita mau tetap budaya kita ini kuat,” katanya dengan penuh semangat. Dia berharap bahwa ulos dapat terus hidup dan berkembang sebagai bagian dari budaya Batak yang kaya dan beragam.
Anna menambahkan, bahwa dalam mengembangkan ulos, mereka tidak ingin membatasi kreativitas, terutama dalam hal warna dan motif. “Boleh dikembangkan, tapi kita tetap tahu bahwa ulos kita itu bagus banget, luar biasa,” katanya.
Menurutnya, ulos dapat dimodifikasi, tapi harus dilakukan dengan bijak dan tetap mempertahankan tradisi. “Kita bersama-sama melakukan itu,” katanya.
Anna berharap bahwa ulos dapat terus berkembang dan menjadi bagian dari budaya Batak yang kaya dan beragam, tanpa kehilangan esensi dan makna tradisionalnya.
Lain lagi, Ita Lumbantoruan, dia mengembangkan perhiasan etnik Batak dengan Nada Jabu. Ita Lumbantoruan, seorang penggiat perhiasan dan desainer jewelry, berbicara tentang produknya yang bernama Nada Jabu. “Saya bangga menggunakan identitas Bataknya,” katanya.