Drs Binton Nadapdap MM: Seorang Kolektor Bukan Tentang Aktualisasi Diri Tetapi Memiliki Jiwa Menjaga dan Merawat

Suaratapian.com-Membaca dapat meningkatkan kualitas hidup manusia serta menjauhkan dari jurang kebodohan. Kenyataan, membiasakan diri membaca membuat kita terlatih, terbiasa memusatkan pikiran dan merangsang saraf otak untuk bekerja maksimal. Dengan membaca, menyerap informasi diharapkan membangun kualitas hidup. Jadi, dengan membaca seseorang dapat menerapkan pengetahuan baru yang dimiliki. Sebab membaca tak hanya meningkatkan pengetahuan, tetapi juga kemampuan menulis, misalnya dengan menyimak tulisan orang lain, bisa juga dengan membaca buku yang terkait menulis. Intinya membaca buku untuk berpikir lebih logis, kritis. Tetapi, selain membaca adalah lagi tingkatan yang lain, kolektor buku. Apa itu kolektor?

“Hal yang mesti dimiliki seorang kolektor, bukan karena aktualisasi diri, tetapi mesti memeliki jiwa merawat. Merawat apa yang dikoleksi,” hal itulah yang diungkapan Drs Binton Nadapdap MM, seorang kolektor buku-buku dan naskah atau manuskrip tua, lukisan, bahkan beberapa mobil tua, ketika SuaraTapian menjambangi kediamannya di kawasan Cinere.

Spirit memelihara itu dilakukannya sejak 1992, di usianya belum 30-an tahun. Spirit mengkoleksi itu muncul ketika dirinya masa kecil sering bolos sekolah untuk membaca buku-buku Kho Ping Hoo, cerita bersambung, fiksi silat yang bertemakan Tionghoa. “Awalnya hanya hobi membaca buku, malah kemudian terbenam jadi pengumpul yang serius,” sebutnya.

Binton Nadapdap, Seorang Kolektor Sejati Pasti Memiliki Idealisme Hati Merawat

Hingga ada satu masa Binton memasang iklan baris untuk memperkenalkan diri bahwa dirinya kolektor buku-buku langkah. Selain itu dia juga aktif mencari buku-buku langkah dengan mengunjungibanyak pejual buku-buku bekas. Namun saat mengetahui banyak sekali pemburu naskah-naskah kuno dari negara-negara jiran di tanah air, maka obsesinya ingin jadi kolektor makin membucah. Sejak itu, berbagai manuskrip tua yang langka menjadi obyek perburuannya, termasuk banyak buku-buku Batak, satu diantara sejarah Panjaitan yang terbit tahun 1971. Barangkali buku itu pun tak dimiliki pengurus Panjaitan. Tetapi Binton menyimpan, merawatnya.

Makin mendalami mengumpulkan buku-buku tua, yang selain mengiklan diri, dia juga berburuh ke seluruh sudut di Jakarta, Bandung, Medan, Pekan Baru bahkan Malaysia dan Singapura menjadi tempat pemburuan buku-buku tua. Bahkan, satu waktu seorang jenderal memberi seluruh buku-bukunya karena tak ada anak jenderal yang sedia merawat bukunya.

Akhirnya, sejak itu Binton menjadi kolektor segala sesuatu yang bernilai sejarah dan unik. Mulai dari ribuan lukisan, puluhan ribuan foto-foto bersejarah bangsa yang jarang diketahui publik, hingga puluhan ribu buku, perangko, mata uang hingga kartu pos dari masa ke masa.

Lalu, ditanya apa sebenarnya obsesinya membangun perpustakaan untuk seluruh arsip-arsip tua miliknya? Harapannya ingin menjadi saluran kebaikan, koleksinya bisa diakses semua orang yang mau mengetahui sejarah bangsa ini.

Hojot Marluga

Belajar Filosofi Air

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

fifteen − five =