Jansen Sinamo, Konsultan Pilkada; “Tanpa Survei dan Konsultansi Calon Bupati-Walikota Pasti Kalah”
Suaratapian.com-Sahabat SuaraTapianTV kami ada di kantor Jansen Sinamo Guru Etos Indonesia, yang kerap disingkat dengan JS. Belakangan beliau dikenal konsultan politik dan sudah mensukseskan tiga kandidat menjadi bupati terpilih berturut-turut Dosmar Banjarnahor (Humbahas 2014), Eddy Berutu (Dairi 2018), dan Poltak Sitorus (Toba 2020). JS telah berpengalaman menjadi anggota tim sukses capres Megawati (2004&9) dan capres Jokowi (2014). JS adalah juga konsultan SDM dan trainer 8 Etos Kerja Profesional, Manajemen, Kepemimpinan, Komunikasi dan Relasi pada Dale Carnegie (1990-2000) serta Institut Mahardika (2001-2024).
Setamat dari ITB Bandung awal 1984 JS bekerja sebagai seismic engineer pada Seiscom Delta (sampai 1989) dan manager sistem informasi pada World Vision Indonesia (hingga 1992) untuk kemudian memulai karir non-teknisnya sebagai trainer dan konsultan SDM. Di antara sekian pekerjaannya JS telah menulis 22 buku dan ratusan artikel populer untuk Harian KOMPAS dan berbagai media lain. Sebagai pembicara publik JS telah berceramah melalui Radio Smart-fm 10-kota besar kepada jutaan pendengar di seluruh Nusantara. Pada Senin, 29 Juli 2024 di kantor Mahardhika, Pulo Gebang, Jakarta Timur. Penanggung jawab SuaraTapianTV, Hojot Marluga mewawancarainya. Jansen dengan tegas mengatakan, tanpa survei dan konsultansi calon Bupati-Walikota pasti kalah. Demikian petikan wawancaranya;
Selamat pagi Pak Jansen? Kami dari SuaraTapianTV ingin berbincang, pengalaman-pengalaman Pak Jansen sebagai konsultan politik, memang sudah berapa Bupati Walikota yang Bapak menangkan?
Saya baru menangani tiga, tetapi tiga-tiganya menang. Pertama 2014 itu Bupati Humbahas, kemudian 2018 itu Bupati Dairi, dan ketiga 2020 itu Bupati Toba Kabupaten Toba, di kitaran Danau Toba. Malah yang ketiga ini lebih seru, tadinya kalah 2014, terus 2000 menjelang 2020 dia datang kepada saya minta agar saya mengkonsultaninya, dan begitu saya konsultani dia menang. Jadi, belum ada yang kalah yang saya pegang, bahkan, yang kalah pun jadi menang.
Berapa persen dia menang?
Dia melawan petahana, dan dia menang 72%. Orang yang lima tahun lalu mengalahkan dia, yang sebelumnya Bupati Dairi dia menang 50%. Itu mutlak juga. Iya menang 72% absolutely, sedangkan yang 2014 Humbahas menangnya cuma 3%, tetapi menang.
Mungkin Anda pelopor sebagai konsultan politik yang memulai tugas konsultan lewat survei dengan menggunakan lembaga survei bekerja sama, lalu hasil survei itulah yang mendasari dibuat visi misi dari calon?
Betul, tetapi ini, ya, sebelumnya saya tidak tahu. Awal saya diminta oleh calon Bupati Humbahas waktu itu untuk menjadi konsultan. “Bang tolong bantu kami, begini, begini, begini.” Iya kan, tetapi bagaimana menjadi konsultan politik saya sendiri belum tahu. Artinya ini karena permintaan tiga kakak beradik, salah satunya ingin jadi Bupati. Saya juga bertanya kepada senior saya lah, katakan begitu, di politik di partai politik, partai pendukung Jokowi. Peristiwa ini kan terjadi pada saat Jokowi sudah menang, tetapi belum dilantik. Lalu, senior saya di politik ini menganjurkan, “Kamu bicara dulu.” Beliau mengatakan, “Kamu bicara dulu dengan Burhanuddin Muhtadi,” katanya.
Sekarang sudah Prof. Burhanuddin Muhtadi, M.A., Ph.D. adalah Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia. Lalu, saya bicara dengan dia, dia ternyata adalah surveyor politik. Dia lulusan Amerika. Muhtadi mengatakan, “kita bikin survei dulu.” Maka kami gelarlah survei di Humbahas. Pelaksana surveinya Prof Muhtadi dengan timnya. Hasil dari survei itu menunjukkan bahwa Dosmar cuma berada di posisi 16 dari 20 balon-balon bupati pada zaman itu, tahun 2014. Wah, ini pasti kalah kalau cuma segini.
Jadi, apa yang kami lakukan, iya survei itu sebenarnya sudah memberi petunjuk, apa yang mesti dilakukan. Nah, yang saya minta dilakukan oleh Dosmar lakukan ini, ini, ini. Tentu dia lakukan, dan beberapa bulan kemudian saya minta disurvei lagi. Nah, begitu disurvei kedua kali hasilnya Dosmar sudah naik peringkat dari 16 menjadi 6. Hebat juga ini, kan naik 10 poin, tetapi kan harus menang, enggak cukup cuma enam, karena lawan kita adalah petahana yang nomor satu di ranking satu. Dari awal dia sudah ranking satu. Jadi survei kedua juga menganjurkan, lakukan ini, ini, ini. Itu yang saya minta dilakukan oleh Dosmar dan tim di lapangan. Baru terakhir, kita bikin lagi survei ketiga.
Hasilnya bagaimana?
Hasilnya Dosmar sudah di peringkat dua, cuma satu poin di bawah petahana yang nomor satu Prof. Burhanuddin Muhtadi. “Wah kalau begini kelakuan survey, pasti menang Bang,” dia bilang begitu. Dari mana diketahui hal itu, dia bilang, “kami kan sudah melakukan survei ratusan kali. Dari Sabang sampai Merauke kami tahu kalau begini perilaku surveinya pasti menang, walaupun nanti menangnya tipis, naik terus tiga kali. Dan, betul memang, pada waktu pencoblosan Dosmar menang 3%. Bupati yang kedua Bupati Dairi, yang tadi saya bilang itu dia menangnya sampai 50%. Boleh dibilang kalau dari tiga pemain itu sudah mutlak menangnya. Nanti lebih dahsyat lagi Bupati Toba 2020, dia menangnya 72% melawan petahana yang dulu mengalahkan dia.
Jadi dari situ, saya memang kemudian yakin bahwa sebenarnya salah satu rahasia keberhasilan konsultan mengkonsultan, mengkonsultani Bupati Walikota adalah survei. Boleh saya bilang kalau kita tidak melakukan survei, kita tak mengerti apa-apa mengenai daerah yang kita terlibat sebagai kontestan Bupati pasti tidak tahu seluruhnya tentang daerah tersebut.
Bagi saya survei dulu biar kita tahu segala macam, segala hal mengenai daerah tersebut, dan mengenai lawan-lawan yang kita tantangkan itu. Jadi survei itu sesuatu yang luar biasa pentingnya. Survei wajib dilakukan orang yang maju menjadi Bupati Walikota, yang tidak melakukan survei sekarang, boleh saya bilang pasti kalah. Tanpa survei dan konsultansi calon Bupati-Walikota pasti kalah.