Js Siet Nie, SE, S.Pd; Agama Khonghucu Mengajarkan Bakti Pada Orangtua Paling Tinggi; Ketika Masih Hidup Layanilah Orangtua dengan Kesusilaan
suaratapian.com–Kami tim SuaraTapianTV menjumpai salahsatu pengurus Khonghucu Indonesia, kami berbincang-bincang banyak hal termasuk soal toleransi dan ajaran kebajikan Khonghucu, agama Khonghucu, filsafat Khonghucu dan beragam hal. Namanya Js Siet Nie, SE, S.Pd adalah salah satu Ketua Khonghucu dengan Jabatan Wakil Ketua Bidang Kesehatan dan Kesejahteraan Perempuan Khonghucu Indonesia (PERKHIN). Demikian petikan bincang-bincangnya;
SuaraTapian berslogan budaya untuk kemanusiaan, dalam konteks itu kami ingin belajar sebenarnya dan bertanya, dan berharap konten bincang-bincang kita ini juga didengar orang yang ingin belajar Khonghucu, dan tentang toleransi yang perlu kita dengungkan terus. Kami mau bertanya karena Ibu salah satu pengurus di Khonghucu Indonesia. Bagaimana latar belakang Khonghucu di Indonesia karena kita tahu agama ini kan sudah ribuan tahun. Di Indonesia sendiri kan pernah satu masa dia tidak diberi ruang bebas. Tolong cerita ibu….
Baik. Terima kasih Pak Hotman. Jadi agama Khonghucu sudah ada benar, seperti disampaikan, sudah ada 5000 tahun yang lalu dari nabi purba Kongzi. Nah kemudian di Indonesia datang dibawa para pedagang dari negara Tiongkok, asal dari agama Khonghucu. Agama Khonghucu sendiri kalau kita melihat dari situs sejarah yang ada, yang dapat kita ketahui dari satu kelenteng tua yang ada di Manado di tahun 1800-an. Jadi sudah sangat tua sekali, dan kita melihat bagaimana sebenarnya agama ini sudah ada dan sudah tua, kita bisa melihat bagaimana kelenteng-kelenteng yang sudah tersebar di seluruh nusantara, dan kelenteng ini merupakan bukti bahwa agama Khonghucu ada. Kelenteng merupakan rumah ibadah dari agama Khonghucu.
Agama Khonghucu sempat dilarang di Indonesia, bisa diceritakan?
Benar yang disampaikan Pak Hotman, bahwa agama Khonghucu sempat didiskriminasi selama masa Orde Baru. Nah, berkat bantuan dari Presiden Abdurahman Wahid atau Gus Dur agama Khonghucu kembali dipulihkan dan kita umat Khonghucu bisa kembali melaksanakan ritual, juga kita mendapatkan hak-hak sipil kita di nusantara ini. Majelis Tinggi Agama Konguchu sendiri di Indonesia sudah ada 1800-an, bahkan kongres pertama Khonghucu tahun 1923 digelar di Solo. Jadi Majelis Tinggi Agama Khonghucu sendiri merupakan majelis yang menaungi agama Khonghucu, yang ada di Indonesia, dan dilayani oleh pemerintah. Jadi usianya sekarang sudah lebih dari 100 tahun.
Berarti sudah lebih dari umur republik. Tadi kan kita dapat cerita bahwa di masa Orde Baru agak dipersempit ruangnya, berarti di masa Orde Lama Khonghucu sudah ada, karena mengingat cerita dari sejarah kongres Khonghucu di Solo itu….
Iya, betul sekali. Agama Khonghucu sudah ada jauh sebelum Indonesia ini Merdeka. Memang di masa Orde Lama, masa pemerintahan presiden pertama, justru Khonghucu merupakan agama terbesar ketiga di Indonesia setelah Islam, Kristen dan Khonghucu. Pada saat itu empat hari besar yang dijadikan hari libur yaitu; hari raya Imlek, kemudian hari sembahyang Ziarah Ceng Beng, atau sembahyang kubur, adalah tradisi ziarah makam kuburan, kemudian, hari lahir Nabi Khonghucu dan hari wafat nabi Khonghucu. Jadi saat ini Khonghucu merupakan agama yang resmi di Indonesia.
Memang ada tercatat tanggal, bulan dan tahun kelahiran nabi Khonghucu?
Tercatat, tanggal 18 Agustus Tahun 551 sebelum masehi. Jadi 551 sebelum masehi ditambah dengan tahun masehi 2024. Jadi usia nabi Khonghucu sekarang 2575 tahun.
Gus Dur yang kita kenal Bapak Toleransi Indonesia, ketika Khonghucu diberi ruang bebas, termasuk merayakan Imlek, namun di masa Megawati Soekarnoputri memberi hari libur nasional Imlek. Pertanyaan saya, apa sih yang membuat kemudian Gus Dur begitu dekat dengan Khonghucu. Kami dapat referensi juga, bahwa pernah satu masa di 5 tahun sebelum Gus Dur menjadi presiden diminta menjadi saksi ahli karena ada pasangan suami istri tidak diperkenankan mendapat akte nikah. Mereka berjuang di pengadilan, dan Gus Dur menjadi saksi. Mohon diceritakan perjuangan dari umat Khonghucu kemudian agama ini bisa tegak kembali di Indonesia.
Mulai dikeluarkannya impres nomor 14 tahun 1967 oleh Presiden Soeharto yang membatasi kegiatan-kegiatan budaya berbau Tionghoa dan itu termasuk agama Khonghucu di dalamnya, sehingga kita semua dibatasi. Pada masa itu kita berjuang sendiri. Anak-anak pun tidak mendapat pendidikan agama di sekolah agama Khonghucu. Benar, ada satu kasus memang pasangan di Surabaya yang pertama Ibu Lani dan Pak E Wijaya, mereka ingin mencatatkan perkawinannya secara Khonghucu di Catatan Sipil, tetapi ditolak, kemudian mereka mengajukan gugatan, Gus Dur jadi saksi. Begitu lama dan panjang proses waktu itu, namun Gus Dur merupakan orang yang sangat kekeh memperjuangkan hak-hak umat Khonghucu, sampai kemudian berhasil di pengadilan.
Artinya bahwa agama Khonghucu itu perkawinannya boleh dicatatkan di Catatan Sipil. Nah, tidak lama kemudian Gus Dur berkunjung ke negara Tiongkok yang merupakan asal dari agama Khonghucu bernama Pak almarhum Irawana, beliau merupakan orang dekat, sahabat dekat sekali sama Gus Dur. Kemudian dari kunjungan itu Gus Dur melihat bagaimana agama Khonghucu di Negara itu tidak menyelahi dari rasa kemanusiaan, sehingga ketika kembali dari China sebagai presiden beliau mencabut larangan Impres nomor 14 tahun 67 dan menggantikannya dengan keputusan Nomor 6 Tahun 2000 yang memulihkan kembali budaya Tionghoa termasuk Khonghucu.
Sekarang ruang itu sudah diberi sangat luas termasuk Bimas Khonghucu sudah ada di Kementerian Agama?
Di Kementerian kita disebut Pusbimdik pusat bimbingan dan pendidikan Khonghucu. Jadi kita bukan di Bimas Khonghucu, tetapi Pusbimdik Khonghucu sebagai pusat bimbingan pendidikan.
Ibu, sebagai seorang Kristiani kami agak sulit juga melihat perbedaan Konghucu dengan Budha, karena terkesan sama-sama tempat ibadahnya. Apa yang membedakan sebenar agar kita juga mudah mengerti?
Sangat berbeda sekali, iya. Jadi kalau agama Budha itu kan asalnya dari India, kalau agama Konghucu asalnya dari negara China atau Tiongkok. Rumah ibadah agama Budha disebut Vihara kalau Konghucu Kelenteng yang ornamennya warna merah-merah, di dalamnya ada simbol-simbol naga. Kalau nabinya, agama Budha nabinya Sidharta Gautama kalau agama Konghucu nabinya Konfusius atau Kongzi. Kitab sucinya, agama Buddha Tripitaka, kalau agama Konghucu adalah Si Shu dan Wu Jing.