Meditasi  Batak; “Hohom Marhahomion” Hening Mengalami KedalamanNya

suaratapian.com-Polmas Sihombing lahir di Pematang Siantar. Pendidikan dasar hingga menengah dijalaninya di Pematang Siantar, kemudian diterima kuliah di Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk meraih gelar strata satu. Gelar strata duanya diraih dari PPM School of Management Jakarta. Selulus kuliah, bekerja di bidang pemasaran dan pengembangan sumber daya manusia. Pernah menjabat branch manager dengan wilayah kerja Sulawesi, Maluku, dan Papua. Kemudian, menjadi manajer pengembangan sumber daya manusia (HRD) nasional dan manajer umum di perusahaan penerbitan buku. Bersinggungan dengan dunia leluhur ketika ibu yang melahirkannya sakit. Penyakitnya secara medis tak diketahui, namun sangat mengkhawatirkan. Di tengah ikhtiar mencari pengobatan, keluarga mendapat arahan untuk bertanya kepada seseorang ahli nonmedis. Kesimpulannya, saudara dekat (amang boru) ibu yang telah lama wafat ingin berinteraksi karena sudah sangat lama tak ziarah ke makamnya.

buku bertajuk “Meditasi  Batak Hohom Marhahomion”

Hingga kemudian Polmas mewakili ibundanya berziarah dan berdoa, kondisi ibunya sejak itu berangsur-angsur sembuh dan pulih. Pengalaman inilah yang membuatnya belajar tentang dunia leluhur dan meditasi (Hohom Marhahomion. Saat ini kegiatan meditasi terus dikembangkannya bersama komunitas Joro Boraspati “Yoga, Meditasi, dan Healing”. Dari pengalaman itu lahir buku bertajuk “Meditasi  Batak Hohom Marhahomion.” Hojot Marluga pengelola www.suaratapian.com mewawancarainya tentang inti pesan buku. Demikian petikannya:

Apa makna homi dalam spiritualitas Batak setelah menulis buku ini? 

Pengertian Homi dalam Bahasa Batak artinya, tersembunyi, bersifat rahasia, dan mistery.  Dalam spiritual Batak, maka Homi adalah hubungan kita dengan Pencipta merupakan sesuatu yang homi (tak tergambarkan namun nyata, penuh mistery, namun diyakini nyata, bisa dilihat wujudnya dalam bentuk berkat, dll).  Makanya, dalam orang Batak sejak dahulu kalau sudah percaya dan yakin bahwa semua pangulmiton ni ngolu on (segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan), saguru di Tuhan i do.

Lalu, bagaimana dari sudut hahomion sepenuhnya menyadari keberadaan Tuhan, penyatuan dengan Tuhan?

Kita meyakini bersama bahwa yang menciptakan Alam Semesta dan segala isinya adalah Tuhan.  Dan Sijolojolo Tubu (leluhur Batak) sudah mengatakan demikian “di si sirungguk di si si tata, disi hita hundul di si Debata” artinya di mana pun kita berada di situ ada Tuhan.  Berarti dapat dikatakan, Tuhan itu ada dalam diri kita, dan di dalam diri kita ada Tuhan.  Untuk mengetahui keberadaan Tuhan, maka kita pertama-tama harus melepaskan diri dari segala kemelekatan (materi dan ego), kemudian kita hening (hohom marhahomion) menyadari diri sejati kita, dan akhirnya kita merasakan kehadiran dan kebersamaan dengan Tuhan.  Kemampuan kita hadir dan Bersama Tuhan, artinya kita menyatu dengan Tuhan.  Dalam Bahasa Jawa disebut Manunggaling Kawula Gusti.

Bagaimana memiliki hasrat, spirit untuk memperoleh Dia yang tak terpahami itu dalam spirit Habatahon?

Pertama-tama kita sebaiknya menyadari bahwa kita (manusia) terdiri atas tiga bagian atau lapisan atau disebut trikotomi manusia, yaitu: Tubuh, Jiwa, dan Roh.  Tubuh terdiri dari daging, tulang dan darah.  Jiwa terdiri dari (pikiran, keinginan, dan emosi), dan Roh (intuisi, kesadaran, dan kemanunggulan).  Memahami karya agung Tuhan atas alam semesta dan segala isinya dan berusaha memahami makna/tujuan kehadiran kita di dunia ini, menjadi dasar kita untuk memperoleh Dia (kita di dalam Tuhan dan Tuhan ada di dalam kita).  Orang Batak (leluhur) sudah menyadari ini sejak dahulu kala, dan salah satu hasilnya berupa anugerah kepada orang Batak adalah Dalihan Na Tolu, jika Dalihan Na Tolu kita laksanakan secara murni dan konsekuen, maka kehidupan kita penuh dengan damai sejahtera.  Mungkin inilah yang membuat tak ada kosa kata “maaf” dalam Bahasa Batak, karena dalam Dalihan Na Tolu tidak mungkin ada kesalahan jika dilakukan.

Bagaimana memahami kehendak, kedalamanNya, kehendak yang tak terbatas dari spiritual Batak?

Perlu kita pahami, bahwa Tuhan hanya sekali mencipta manusia yang ada di dunia ini.  Kita ini adalah generasi (hatorusan) dari sijolo-jolo tubu (leluhur).  Sijolo-jolo tubu kita memperoleh anugerah yang sangat luar biasa dari Sang Pencipta, diantaranya Dalihan Na Tolu, patik dohot uhum, karya seni dan budaya yang mungkin hanya orang Batak yang memilikinya.  Alam Tanah Batak yang begitu indah tak terlukiskan dan besarnya hasrat masyarakat dunia untuk mengunjunginya, dan peristiwa terjadinya Danau Toba dan Tanah Batak dari letusan Supervulcano Gunung Toba, menjadi bahan yang lebih dari cukup bagi kita orang Batak memahami kehendak, kedalaman-Nya, dan kehendakNya yang tak terbatas. Lebih jelasnya dapat dibaca dalam syair lagu di Apendiks di halaman 109 “Marhadebataon do Jolma) yang mengatakan “nasa ise umbotosa denggan mangaradoti, asa gabe suman tu pansur mual ngoluna.”

Hojot Marluga

Belajar Filosofi Air

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

five × 5 =