Michael B. D. Hutagalung, SH, LL. M., Ketua Umum Perhimpunan Profesi Hukum Kristiani Indonesia; “Tuhan Menghendaki Kita Bisa Melaksanakan Hukum Dengan Benar”

Suaratapian.com-SuaraTapianTV beberapa waktu lalu berkesempatan mewawancara Michael B. D. Hutagalung, SH, LL. M. Pendiri Hutagalung & Co. Advocates. Dia juga Ketua Umum Perhimpunan Profesi Hukum Kristiani Indonesia (PPHKI). Sebagai Ketua PPHKI, Michael menegaskan ini wadah untuk belajar, berkomunikasi, dan memperkuat jejaring. Bagi kami dia sosok intelektual Kristen yang banyak memberi pencerahan hukum, melek hukum di persekutuan bahkan dari mimbar. Banyak hal yang kami tanyakan pada pria kelahiran Bandung ini. Ikuti, demikian petikan bincang-bincangnya:

Horas. Terima kasih. Kami sangat bersyukur bisa diberi kesempatan bincang-bincang. Cerita dulu. Anda lahir di Bandung lalu kemudian memilih jadi pengacara. Kami dengar Orangtua juga seorang pendekar hukum di Bandung?

Saya sedikit ralat. Betul saya punya tiga orang boru. Satu anak aki-laki. Jadi total empat,  yang paling kecil laki-laki. Jadi saya total empat anak. Saya lahir di Bandung, besar di Bandung. Ayah saya juga seorang pengacara, perdekar hukum di Bandung.

Namanya sangat terkenal….

Yes. Saya masih belum ada apa-apa dipangil beliau. Saya masih masih berusaha untuk bisa setengahnya beliau. Saya S1 dari Universitas Katolik Parayangan lalu kemudian, saya ambil S2 di Belanda. Jadi gelar saya bukan MH tapi LLM. S2 saya dari University Amsterdam. Lulus tahun 2000. Sejak itu saya saya berpraktik sebagai seorang advokat, saya  magang dulu di kantor ayah saya di Bandung. Tahun 2006 saya memberanikan diri untuk buka praktik sendiri. Saya pindah ke Jakarta sampai sekarang. Saya berusaha untuk bisa menjalankan profesi advokat yang sesuai dengan nilai-nilai kekristenan itu. Buat saya perlu perjuangan tersendiri, karena menjalankan profesi advokat itu bisa dan banyak sekali yang bisa kita lakukan dan jalankan dengan benar sesuai dengan prinsip-prinsip, aturan-aturan yang berlaku. Ketika masuk nilai-nilai kekristenan itu menjadi semakin sulit, menjadi semakin tidak mudah di dalam menjalankannya profesi hukum.

Apartur hukum menjadi banyak sorotan hari-hari ini, terutama di negara kita, tetapi tidak bisa tidak kita harus juga memberi kesempatan bagi mereka yang berprofesi hukum ini, aparatur hukum ini, karena tanpa mereka juga akan bias di era di masa modern ini, kita beracuan pada hukum. Bagaimana tegaknya hukum memang itu menjadi perjuangan. Kami dengar juga menjadi ketua umum dari satu organisasi profesi hukum yang anggotanya adalah Kristiani?

Kami ada dalam satu organisasi namanya PPHKI yaitu Perhimpunan Profesi Hukum Kristiani Indonesia. Ini adalah merupakan satu organisasi profesi di bidang hukum. Setiap orang yang mempunyai profesi di bidang hukum, bukan hanya pengacara bisa bernaung di dalam organisasi ini. Tujuannya, kami berada di PPHKI ini mempunyai tujuan, semacam wadah atau forum bagi para orang-orang yang mempunyai profesi di bidang hukum dan mereka adalah Kristen, termasuk juga mungkin mahasiswa hukum untuk bisa membuat atau menjadikan profesi hukum ini adalah sesuatu yang bisa dijalankan, sesuai dan sejalan dengan prinsip-prinsip kebenaran seperti yang Tuhan Yesus ajarkan pada kita. Dan, kita mau agar supaya muncul dari organisasi ini pengacara-pengacara yang takut akan Tuhan, notaris-notaris yang takut akan Tuhan. Semua legal manager atau aparat-aparat pemerintah juga, yang di dalam menjalankan profesinya itu betul-betul menjalankan prinsip-prinsip kebenaran firman Tuhan.

Ini satu profesi organisasi yang sangat luar biasa, karena tidak hanya seorang pengacara, bisa tadi notaris bisa, Jaksa, bisa polisi, bahkan Dosen Hukum sekalipun, tadi Mahasiswa juga bisa. Kami dengar juga bahwa organisasi ini juga mengadakan pelayanan Firman, persekutuan untuk anggotanya, agar relasi itu kuat. Berarti di sana kan ada interaksi. Bagaimana masing-masing profesi ini agar mewarnai Indonesia. Apa yang dibicarakan di organisasi ini?

Mungkin, tidak seperti di organisasi profesi yang lain, tetapi kalau di PPHKI kami mempunyai kegiatan, salah satu kegiatan rutinnya adalah ibadah rutin. Di dalam ibadah itu kita biasa seperti ibadah lainnya, memuji dan menyembah Tuhan. Lalu, ada firman Tuhan, kami mengundang pembicara-pembicara dari luar, pendeta-pendeta, hamba-hamba Tuhan dan tidak menutup kemungkinan juga dari para senior-senior anggota senior di PPHKI, ini juga bisa membagikan firman Tuhan. Lalu, kemudian menceritakan pengalamannya karena dari pengalaman-pengalaman itu bisa menjadi acuan kepada para profesi hukum yang masih muda untuk mempunyai mindset baik, ternyata menjalankan profesi hukum dengan firman Tuhan, dengan tetap menjalankan prinsip kebenaran, itu masih bisa, masih tetap bisa, banyak sekali senior-senior yang bisa menjalankan itu. Misal, di dalam kebaktian itu nanti setelah selesai ibadah kita akan ada Sharing Session. Di situlah nanti kita bisa saling mengungkapkan pergumulan-pergumulan di dalam pekerjaan. Banyak pertanyaan muncul: Saya kalau menghadapi ini bagaimana? Saya kalau misalnya lagi di dalam situasi seperti ini bagaimana? Saya berharap apabila kita ada tukar pikiran seperti itu, bisa menjadi suatu pencerahan-pencerahanlah bagi siapa yang membutuhkan.

Artinya anggota yang berada di organisasi yang Anda pimpin ini kalau menjalankan profesinya tidak dengan aturan yang berlaku atau terabas, cara menghalalkan cara demi tujuannya, akan tersentuh nuraninya?

Seharusnya begitu. Saya selalu bilang sama rekan-rekan di organisasi profesi ini, saya sangat berharap suatu saat atau sering kali nanti di dalam perkara-perkara di pengadilan, atau di kepolisian, pihak yang berlawanan itu pengacara-pengacara yang berlawanan itu adalah masing-masing semua anggota PPHKI. Mengapa? Karena  kalau, misalnya kita bicara gugatan perdata, penggugat sama tergugat mereka sama-sama sebagai seorang anggota PPHKI, maka kita sudah pasti tenang. Mengapa. Tidak akan ada dari pengacara-pengacara ini yang berusaha mendekati-mendekati, begitu-begitulah menjalankan proses. Artinya, kita tetap menjalankan profesi ini sesuai dengan kaidah-kaidah hukum yang ada dan kaidah-kaidah prinsip hukum, sesuai dengan apa yang diajarkan di Alkitab.

Saya bilang sama teman-teman saya, selalu sampaikan sama para anggota di PPHKI satu firman Tuhan yang selalu menjadi dasar buat saya Zakaria 7 ayat 9 sampai 10; “Beginilah firman Tuhan semesta alam: Laksanakanlah hukum yang benar dan tunjukkanlah kesetiaan dan kasih sayang kepada masing-masing! Janganlah menindas janda dan anak yatim, orang asing dan orang miskin, dan janganlah merancang kejahatan dalam hatimu terhadap masing-masing.” Artinya kita ini semua sebagai orang-orang yang berprofesi di bidang hukum, Tuhan menghendaki kita untuk bisa melaksanakan hukum ini dengan benar dan tunjukkanlah kesetiaan kita bagaimana kita bisa menyatakan, pelaksanakan hukum yang benar dan menunjukkan kita setia sama Tuhan. Jikalau kita tidak menjalankan profesi hukum ini dengan benar.

Kalau berjuang di bidang hukum, menegakkan hukum atau memperjuangkan perkara kita sendiri harus keras bukan hanya ngotot tapi memang harus berani dengan keras begitu, sepertinya begitu, tetapi dengan kita belajar firman Tuhan, banyak cara menyelesaikan itu kan dengan lembut. Bagaimana mengkoneksikannya mengingat juga kami dengar juga pelayan Firman, bahkan, sering berkhotbah di mimbar gereja?

 Alkitab itu penuh dengan aturan-aturan, kalau kita lihat kitab-kitab Taurat itu semuanya isi tentang aturan. Jadi jangan kita sampai mempunyai salah persepsi bahwa kalau kita menjalankan aturan, berarti kita tidak bisa menjalankan kekristenan, justru kitab Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulangan itu semua kitab-kitab yang penuh dengan aturan-aturan dan bahkan hukuman-hukumannya pun Tuhan sudah atur di situ. Jadi, kalau misalnya, kita sedang menjalankan profesi hukum itu, sebenarnya kita sedang sejalan dengan menjalankan apa yang menjadi kemauan Tuhan. Kita mau kalau kita menjalankan itu dengan benar, maka hati nurani kita dengan perbuatan kita itu sebetulnya selaras contoh dibilang begini di kitab Ulangan dibilang. Janganlah memutar balikkan keadilan. Janganlah memandang bulu dan janganlah menerima suap, sebab suap membuat buta msta orang-orang bijaksana dan memutar balikkan perkataan orang-orang yang benar. Fakta, ketika kita mendapatkan klien yang memang bersalah, lalu minta pembelaan dari kita, kita bela, tetapi kita kasih tahu sama mereka posisi hukum mereka itu ada di level 5. Jangan nanti Anda minta diperjuangkan haknya ditingkatkan menjadi seolah tidak bersalah. Kami tak bisa seperti itu. Banyak sekali orang yang sudahlah coba, saya siap untuk ngapain, apapun itu agar supaya saya bersih namanya, itu kan berarti memutarbalikkan keadilan. Ulangan tidak mengatur untuk supaya kita memutarbalikkan keadilan, itu hal-hal yang mesti kita kita lakukan. Artinya, ginikah, ketika kita menjalankan firman Tuhan dalam profesi hukum, lama-lama kita akan melihat keselarasan itu, meskipun dalam prakteknya enggak mudah.

Sekelompok orang yang memang rindu menjalankan profesi ini dengan benar. Tetapi, bukan hanya segelintir, lebih mayoritas orang menghalalkan segala cara demi tujuan yang dalam tanda petik penegakan hukum. Kita contohkanlah ada berita viral di Bandung kemarin seorang aparatus hukum menghalalkan dengan memaksa saksi, itu kan sesuatu yang tidak pantas betul, kemudian kita bisa sebandingkan dengan berbagai kasus di terjadi di mana begitu. Pertanyaan saya, sebenarnya sebagai ketua dari PPHKI sepertinya agak sulit punya pengharapan pengakan hukum itu, maka di masyarakat secara awam disebut bagaimana kita memperjuangkan hukum, lebih bagus kita diam. Artinya haknya pun tidak dituntut karena takut berperkara hukum?

Saya mempunyai prinsip begini, integritas akan menghasilkan pengharapan. Jadi, sepanjang kita tetap menjalankan profesi dengan integritas harapan itu masih ada. Oke. Harapan itu tidak pernah, tidak pernah hilang. Oke dunia korup. Sejak dulu sudah korup. Itu sebabnya bahkan, di Perjanjian Lama pun sudah ada firman Tuhan yang mengatur suap pun jangan kau terima. Artinya apa dari dulu memang sudah ada. Sudah ada fakta-fakta yang diputar balikkan. Artinya, kalau saya boleh bilang dari dulu, sampai sekarang fakta-fakta itu selalu ada tinggal kitanya. Oke, kitanya kita mau ada di mana, ada di posisi yang tetap menjalankan kebenaran firman Tuhan, atau mau seperti dunia, tetapi di sisi lain di Roma 12 dibilang seperti ini janganlah engkau serupa dengan dunia ini, tetapi perbaharuilah dirimu dengan pembaharuan budimu Artinya apa kita enggak boleh serupa dengan dunia ini, tetapi kita harus memiliki perubahan mindset dengan pembaharuan budi. Metanoia itu kan istilahnya metanoia itu penting sekali, harus selalu kita lakukan supaya kita tidak serupa dengan dunia ini. Itu sebabnya kalau, tadi pas dibilang, bagaimana saya bisa menjalankan satu sisi saya sebagai sebagai seorang advokat, di sisi lain saya juga suka sudah pelayanan mimbar, saya berkhotbah segala macam, justru itulah yang menjadi salah satu cara buat saya untuk bisa saya menjaga profesi saya sebagai advokat. Menjadi advokat yang tetap terus di jalur yang benar, karena saya hanya mau mengkhotbahkan apa yang saya jalani. Saya enggak mau mengkhotbahkan apa yang secara teori saja tetapi tidak saya praktikkan. Saya berusaha supaya ini tertular sama advokat-advokat lain atau notaris-notaris lain, atau para profesi-profesi hukum lain, sehingga kita bisa mempunyai cara pandang yang sama, menjalankan profesi hukum ini harus sesuai dengan kebenaran firman Tuhan.

Michael B. D. Hutagalung, SH, LL. M; Perjuangan Profesi Hukum Kristiani Menegakkan Kebenaran

Menarik ini. Soal melek hukum di warga gereja, kan kita umat Kristiani juga sering berdebat kusir. Alkitab sudah jelas berkata, bahwa tidak ada percaraian. Misalnya, ini kan menjadi dilemma, sekarang ternyata karena ruang hukum itu kebebasan itu kita sudah enjoy, berperkara perceraian di pengadilan kita tidak merasa terganggu, secara nurani lagi karena justru hukum itu membuat mereka kuat berkata, bahwa itu hak asasi begitu memang, yang saya mau tanya sebagai orang yang mendalami hukum dan seorang pelayan Firman. Apa yang harus kita melikkan agar kita tahu memang soal berbeda tadi, seperti dunia ini nih, agar percayaan Kristen ini juga harus menjadi sorotan, karena kita sudah merasa aman saja, kalau berperkara perceraian di pengadilan, begitu?

Pendapat saya. Saya tidak mau mencoba memutar atau ini mencoba pendekatan filosofis ini, pendekatan filosofi mana saya tidak mau pakai itu. Saya cuma bilang, saya cuma mau perkataan dari Tuhan Yesus, yang bilang bahwa apa yang dipersatukan Allah tidak bisa dicerai manusia, hanya itu. Saya enggak ada enggak mencoba untuk melihat pembenaran-pembenaran dari aspek yang lain. FirmanNya sudah jelas, yang dipersatukan Allah tidak dapat diceraikan oleh manusia. Itu sebabnya kantor hukum saya tidak lagi memegang perkara perceraian. Kecuali. Kecuali dia digugat cerai dan dia tidak mau bercerai, kami akan bela.

Beberapa kali saya mungkin sudah puluhan kali saya sampai menolak perkara perceraian, karena mereka bercerai, lalu alasannya ke saya kasus perceraian, ditawar bayaran luabiasa, tetapi kami tidak terima. Jadi dari dulu saya pegang percaian, enggak deh, saya enggak boleh, kemudian ada orang yang datang minta tolong ini, dia tawarkan sejumlah uang yang cukup fantastis, saat itu tetapi saya mau pegang uang, atau pegang kebenaran firman Tuhan. Saya bilang, jangan pakai saya, pakai orang lain enggak saya mau pakainya. Saya enggak mau pegang, mengapa karena itu enggak sesuai dengan firman Tuhan. Tetapi kan begini, silakan saya enggak, bisa akhirnya sampai detik ini Puji Tuhan saya masih tetap tidak memegang perkara perceraian.

Kita teringat ucapan Yesus. Engkau seperti domba di tengah serigala. Profesi yang kita niatkan memang harus menjadi terang bagi dunia yang gelap ini. Bisa dapat bocoran dari Anda sebagai orang yang berprosesi hukum, memperjuangkan satu perkara di tengah-tengah yang mayoritas menghalalkan segala cara, memperkarakan atau perkara yang dipegang begitu saya suka bicara, begitu, bahwa kita ini adalah domba di tengah serigala. Jadi, kesannya adalah jumlah domba lebih sedikit daripada jumlah Serigala. Betul engak? Jumlah domba lebih sedikit daripada jumlah serigala. Jangan sampai nanti kita jadi serigala berbulu domba, hanya gara-gara kita sering bergaul sama serigala. Akhirnya kita jadi serigala.

Tetapi sebenarnya kita pakai baju domba. Saya enggak mau seperti itu triknya dunia ini. Jadi kita betul, kita domba. Saya setuju, tetapi jangan lupa kita, meskipun kita domba dan jumlah seringala lebih banyak, jangan lupa bahwa domba punya gembala. Dan, si domba ngomong begini, “gadamu dan tongkatmu itulah yang menghibur aku, engkau menyediakan hidangan bagiku di hadapan para lawanku. Dan domba ngomong begini, Tuhan Adalah Gembalaku Takkan kekurangan aku. Jadi sepanjang kita pegang gembala, kita gak usah takut sama serigala, dan gembala ngomong seperti ini, sama kita kamu harus cerdik seperti ular tulus seperti merpati. Jadi ada empat binatang yang kita ilustrasikan di sini. Ada serigala. Ada domba, tetapi domba harus cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati dan dia jangan takut melakukan hal itu, mengapa? Oleh karena dia pegang tongkat dari gembala.

Hojot Marluga

Belajar Filosofi Air

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

1 × four =