Pdt. Dr. Robinson Butarbutar; “Iman Memampukan Kita Menghadapi Masalah Seberat Apapun”

Suaratapian-.com-Orientasi program pelayanan Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Tahun 2022 adalah Tahun Kesehatian. Dasar gagasan kesehatian sudah tentu membawa banyak dampak, dan banyak hal yang dikerjakan kalau bersama-sama sehati menanggung bersama. Hal itulah yang selalu ditekankan Pdt. Dr. Robinson Butarbutar, ephorus HKBP ke-17 ini. Tahun Kesehatian juga kaitannya dengan sentralisasi keuangan HKBP yang telah lama digodok, dan akan mulai diberlakukan Januari 2023. Sebenarnya gagasan sentralisasi keuangan ini sudah ada sejak tahun 2002, tetapi baru di tahun 2022 diputuskan, diberlakukan.

Sebelumnya HKBP masih fokus pada sentralisasi penggajian para pelayan penuh waktu di HKBP saja, namun sentralisasi keuangan yang dimaksud sekarang akan mengerjakan banyak hal yang menyeluruh, holistik. Di tengah-tengah pelayanan ephorus di ibadah dan Perayaan Puncak Tahun Kesehatian HKBP Distrik VIII DKI Jakarta, bertempat di Gedung Sopo Godang-Sopo Marpingkir, Senin, 14 November 2022, Hojot Marluga mewawancarainya dari SuaraTapian. Termasuk menanyakan soal tantangan toleransi di Indonesia dan prediksi krisis di Tahun 2023. Demikian petikannya;

Kami dari SuaraTapian bersyukur dan beruntung bisa berjumpa dengan ephorus HKBP. Kami akan tanya pertama, Tahun Kesehatian HKBP. Apa maknanya?

Itu didasarkan pada firman Tuhan yang dituliskan oleh seorang rasul bernama Paulus, yang adalah Rasul untuk kekristenan, bukan Yahudi. Artinya dia membangun kekristenan yang anggota-anggotanya terdiri dari beraneka suku bangsa bahasa, latar belakang, tetapi mereka dipersatukan dalam kasih Kristus. Nah, jadi dia menulis kepada semua orang yang mengikuti Yesus supaya mereka bersatu hati dalam kasih, menuju satu tujuan yang di hadapan Allah. Itu Baik.

Nah, untuk gereja yang ada di Indonesia, ini secara khusus untuk Gereja HKBP, walaupun ia kebanyakan dari satu suku Batak, tetapi mereka datang dari beraneka latar belakang, pendidikan, ekonomi, pemikiran, budaya, adat yang berbeda. Mereka dipersatukan dalam Kristus Yesus dalam kasihnya, dan bersekutu di dalam satu persekutuan gereja yang disebut HKBP.

Nah, HKBP itu ada, dilahirkan bukan untuk dirinya sendiri, ia dilahirkan untuk menjadi alat Kristus memberitakan kabar baik, membawa sukacita dan menjadi berkat bagi dunia ini. Itu tidak bisa tercapai kalau kita terlalu mengedepankan egosentris, ego sektoral, iya tidak memikirkan kepentingan bersama. Itulah sebabnya,  maka pada tahun ini HKBP mulai awal Tahun 2022 sampai sekarang ini memiliki Tahun Orientasi yang mencoba mentransformasi, merubah paradigma berpikir, bukan hanya untuk diri sendiri, untuk jemaat sendiri.

Kaitannya dengan sentralisasi keuangan?

Sekarang dengan kesehatian, mereka memikirkan kepentingan bersama untuk melakukan segala sesuatu yang dicita-citakan, baik oleh Gereja HKBP. Sebelumnya ia terlalu memikirkan lokal, sehingga dampaknya ke provinsi, dampaknya untuk nasional dan dampaknya untuk dunia. Terlalu dibatasi oleh local. Nah kita dengan sehati sekarang dan sepikiran, kita akan melakukan sesuatu bersama untuk tujuan yang lebih besar.

Itu dilakukan dengan suatu sistem dimana pendapatan atau persembahan dari seluruh HKBP itu yang ada 100% dari 11 persembahan setiap minggunya, 55% daripadanya diberikan ke sentral dengan kita sebut sentralisasi keuangan, sehingga dari sentral ini kita bisa menjangkau jemaat-jemaat yang ada di daerah-daerah, di mana kemampuan ekonomi dari warganya, tidak sekuat dari yang lain, sehingga mereka tidak datang tidak, dapat mendatangkan pelayan sebelumnya.

Sekarang dengan Sentralisasi Keuangan, maka HKBP akan bisa melayani jemaat-jemaat yang jauh yang di pedalaman, yang tidak punya kemampuan ekonomi. Jadi mereka kita bisa kirimi pelayan, tanpa mereka harus membiayai dia. Oleh karena seluruh HKBP bersama-sama membiayai dia. Nah, itulah kekuatan dari kesehatian ini, dan itu puncaknya, ditetapkan di Sinode Godang Oktober tanggal 24 sampai 27 yang lalu, dengan mengatakan, kita mulai satu Januari 2023 melaksanakan sentralisasi keuangan, karena sebelumnya 30 tahun yang lalu, sudah sering ini dicanangkan diputuskan berkali-kali oleh Sinode Godang, tetapi tidak pernah dilaksanakan. Gereja-gereja lain yang mendengar ide yang bagus itu telah melaksanakannya. Tetapi HKBP belum berani melakukannya.

Tetapi sekarang karena kita sudah hidup dalam era digitalisasi, kita terkoneksi satu sama lain, maka persembahan dapat dikumpulkan, sehingga kita dapat melakukan penguatan jemaat, pelayanan terhadap jemaat. Sebaliknya juga pelayan-pelayan HKBP selama ini dia hanya memikirkan kepentingan jemaat lokal saja, dan ia dibiayai oleh jemaat lokal. Jadi, kalau lokal jemaatnya itu miskin, dia enggak bisa memperoleh apa namanya pendapatan, yang menolong dia, melayani dengan baik.

Nah, sekarang tidak seperti itu lagi, kalau orang ditempatkan ke tempat ini, tempat sana, dia tidak harus memikirkan belanja hidupnya yang selama ini diitanggung oleh jemaat lokal, nanti semua yang akan menanggung dia, sehingga kemanapun dia pergi, dia tidak akan khawatir karena seluruh HKBP membiayai dia, dan itu bagus untuk jemaat. Di dalam HKBP keluar juga kita bisa mengirim pelan-pelan ini tanpa mereka harus bertanya, bagaimana saya bisa melakukan itu.

Maka dengan sentralisasi keuangan kita bisa kirim ke kota-kota di mana banyak mahasiswa, di mana banyak buruh, tetapi tidak ada umat kita keluar negeri, juga ke Hongkong, Taiwan, Kuala Lumpur di mana banyak bangsa-bangsa dari dunia ini datang, tetapi dia adalah imigran, nggak ada yang melayani dia. Maka kita mengirim pelayan ke sana, tetapi kita membiayai. Kalau sebelumnya kita nggak kirim ke sana karena nggak ada yang membiayai. Kira-kira itulah tujuan dari Tahun Kesehatian ini, didasarkan pada firman Tuhan, yang meminta kita supaya sehati sepikir, tetapi tujuannya besar agar kita bersama-sama dapat menjangkau yang lebih baik. Jauh lebih baik dari sebelumnya.

Pdt. Dr. Robinson Butarbutar; Sehati Sepikir Dalam Pengharapan Menghadapi Tahun Pergumulan

Kemarin, di Sinode Godang ephorus juga menyerukan agar HKBP juga keluar dari pelayanan selama ini, bukan ke dalam, tetapi juga harus menunjukkan pelayanan keluar. Apa maksudnya?

Begini. Iya, ada dua. Satu kita ini kan HKBP adalah bagian dari gereja sedunia, bagian dari gereja se-Indonesia, bagian dari gereja di provinsi-provinsi bersama yang lain. Kita adalah gereja yang besar, tua, potensi warganya banyak, tetapi karena selama ini hanya di lokal,  ia tidak bisa berbuat untuk tempat-tempat lain. Nah, sekarang dengan kita satu, kita bisa sebagai HKBP, bukan hanya melayani di dalam kita, tetapi keluar juga, kita bisa keluar, kita bisa bekerja sama dengan organisasi-organisasi agama lain untuk menghadapi masalah-masalah kemanusiaan, menghadapi masalah bencana alam, masalah sosial kita bersama-sama, karena kita punya dana yang datang dari semua jemaat. Sebelumnya nggak bisa karena dana di pusat sangat terbatas.

Jadi, sekarang dengan ini kita bisa melayani keluar iya, banyak hal-hal di luar yang bisa kita lakukan sebagai HKBP kerjasama dengan lembaga-lembaga agama yang lain, kerjasama dengan pemerintah, kerjasama dengan lembaga swadaya masyarakat untuk melakukan tugas-tugas HKBP. Karena kita sekarang sudah didukung oleh semua kantor pusat. Selama ini sangat-sangat lemah dalam bekerja sama dengan yang lain di dalam negeri dan luar negeri. Misalnya, kita sebagai bagian dari anggota gereja, kita tahu bahwa di Kongo banyak masalah, banyak perang, banyak kawan-kawan yang butuh bantuan.

Tetapi, kita nggak bisa membantu itu karena kita nggak punya dana. Itulah artinya kalau dengan sentralisasi keuangan, kita punya kekuatan yang bagus untuk membantu di jemaat kita sendiri yang miskin, anak-anak warga kita yang miskin, bisa dilayani dengan baik, atau juga di luar, yang tidak seiman dengan kita, tetapi mereka adalah anak-anak manusia, anak-anak bangsa yang harus kita layani dan itu bisa kita lakukan dari pusat dari sentral sekarang. Kira-kira begitu tujuannya.

Tentang toleransi, ke depan menjadi tantangan kita intoleransi. Bagaimana HKBP berperan, mengusulkan agar agama juga berperan, karena kemarin juga ephorus menyerukan agar pemerintah di Banten memperhatikan Jemaat HKBP yang mendapat tekanan di sana?

Semangat toleransi di tengah-tengah bangsa kita dari waktu ke waktu mendapat ancaman. Tetapi sebenarnya bangsa kita adalah bangsa yang toleran. Nah, untuk itu kita harus membangun kerjasama yang baik dengan berbagai pihak, bukan saja dengan pihak-pihak yang bersahabat dengan kita, tetapi juga dengan pihak-pihak yang memiliki pemikiran yang berbeda dengan kita.

Selama ini karena kekuatan kita terbatas, kita hanya dialog-dialog di tingkat pimpinan untuk membangun ini. Jadi, kita nggak punya program-program di mana kita membangun semangat persaudaraan, semangat toleransi, di antara satu sama lain. Kita hanya konsep-konsep, tetapi dengan kesehatian ini nanti, dengan kita memiliki kekuatan, kita akan dapat melakukan kegiatan-kegiatan di akar rumput, jemaat, dimana sikap toleransi kita tumbuhkembangkan dan itu tidak bisa hanya dengan kata-kata. Kita harus bekerja sama dengan mereka, dalam masalah-masalah kemanusiaan, gempa bumi, bencana alam, di sana kita membangun.

Sebab, sebelumnya ada pengkotak-kotakan di antara kita dengan pandangan bahwa HKBP itu hanya memikirkan dirinya, yang lain memikirkan dirinya. Tetapi, dengan kita melakukan program-program yang baik secara nyata, misalnya waktu masa covid kita melakukannya. Tetapi itu masih lokal, belum seluruh HKBP yang melakukannya. Banyak hal-hal yang seperti yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan semangat toleransi ini, sebab toleransi akan bertumbuh kalau kita duduk bersama, bekerja bersama, iya membantu bersama, menopang bersama demi bangsa kita.

Hojot Marluga

Belajar Filosofi Air

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

13 − six =