Sabar Bakara (Ompu Dastin), Pengusaha Transportasi Kota Dumai; “ Bertawakal untuk Menemukan Makna Hidup”

Teori dalam kehidupan, mampu menjaga kepercayaan jadi modal dan kekuatan di kehidupan. Dia bukan saja menjaga uang sang pengusaha, tetapi malah membuat beranak-pinak. Itulah hidup, kalau pertemanan saling menguntungkan, persahabatan pun berlanjut jadi  relasi bisnis. Sudah tentu karena saling menguntungkan, pemilik usaha pun memberi bagiannya. “Saya selalu menjaga kepercayaan yang diberikan. Saya membuat teman pengusaha itu beruntung, oleh karena itu saya selalu mendapat bagian,” kisahnya mengenang. Tentu, militannya membangun relasi itu bukan berhenti hanya di ranah relasi bisnis, bila ada orang atau kelompok yang menggangu pemilik Harapan Baru, dia tampil membela. Apalagi dia tahu benar karakter pasaran, suasana permainan di lapangan pasar, termasuk siapa saja kelompok-kelompok yang bermain disana. Boleh dikata nama baik itulah yang membawanya dipercaya, mendapat kepercayaan jadi mitra bisnis. Nyatanya pemilik usaha Harapan Baru pun mendorongnya memulai bisnis sendiri agar mandiri. Berkali-kali dia diyakinkan mesti berani memulai usaha. Tak berlama-lama membuat keputusan, maka mulailah dia merintis usaha sendiri, dengan berani mencicil truk, mobil untuk mengangkat barang.

Sejak saat itu ompung Dastin, demikian panggilannya yang dalam tradisi Batak sebagai seorang kakek, nama panggilannya diambil dari nama cucu tertua. Ompung Jastin memulai berbisnis dengan modal satu truk, dengan bidang usaha menjual barang-barang bekas diawalnya seperti; botol bekas, kaleng-kaleng bekas dan besi tua.

Sabar Bakara beserta istri, bersama rekannya St. Rusman Marbun berserta istri

Awal-awal memulai usaha tersebut taklah mudah. Hanya saja ide kreatifnya selalu muncul saat ada kendala dihadapi. Siasatnya bermanuver dalam mengembangkan sayap usaha, misal, jika botol dan besi tua tak cukup untuk dijual, maka mencari dedak untuk dijual ke kota Pematang Siantar di Provinsi Sumatera Utara, dengan membeli dari Kota Payakumbuh, satu kota di Provinsi Sumatera Barat, sedangkan dirinya datang dari Kota Dumai dari Provinsi Riau. Bisa disebut berdagang di tiga provinsi.

Mengapa menjual dedak? “Dedak padi merupakan bahan untuk kue dan pakan yang diambil dari limbah penggilingan padi. Dedak padi terkadang disebut juga bekatul, tergantung dari kualitasnya, jika kandungan pecahan berasnya lebih banyak maka disebut bekatul. Dedak padi dibagi menjadi dua jenis, yaitu dedak padi halus dan dedak padi kasar.” Dedak ternyata banyak mamfaatnya, bisa bahan baku roti, sementara dedak kasar jadi makanan babi.

Hojot Marluga

Belajar Filosofi Air

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

four × one =