Universitas Kehidupan
Oleh: Hojot Marluga
Ada adigium yang mengatakan, pengalaman adalah guru terbaik. Jelas dari pergulatan di kehidupanlah bisa dipetik kebijaksanaan. Dengan belajar, cara mulia mereformasi pengalaman menjadi kebijaksanaan. Sabar belajar (salib) menghadirkan berjubel pengharapan. Maka, tatkala menghadapi keruwetan, teliti arah jalan yang dilalui. Apakah sudah pada jalan benar, atau di koridor yang salah? Artinya, memetik moral dari kejadian yang lalu. Jelas, agar bisa tetap eksis harus memiliki sikap pembelajar seperti itu. Sikap terus belajar, tak pernah berhenti belajar.
Namun, ada yang menganggap bahwa partikel sukses menyadang banyak gelar akademik. Padahal, bukan itu yang menentukan, tetapi spirit belajar. Apapun gelarnya, kalau tak ditopang dengan kapabilitas tak akan jadi apa-apa. Malah jadi pergunjingan. Gelar tak pernah membuat perubahan. Kualitas si pembelajarlah yang memberi efek. Sesungguhnya yang paling benar adalah terus bersekolah pada kehidupan, ini. Niscaya, sikap seperti, itu kelak maujud menjadi habitus.Dunia ini sesungguhnya Universitas Kehidupan, tempat belajar yang abadi. Mesti disadari bahwa setiap ruang adalah ruang belajar di kehidupan.
Maka, jangan terlena oleh ajakan segelintir pendapat sesat yang menyebut rahasia berhasil bisa instan dan tanpa menapaki jalan susah, hanya punya gelar. Amat tepatlah pesan yang menyebut, bekerja keras, lebih cerdas dan menunda kesenangan demi mencapai cita-cita. Karena itu semangat belajar harus dijaga kokoh.Lalu, mempertahankan sikap pembelajar yang konstan. Menemukan hikmat dari setiap keadaan. Memetik bijaksana, sikap terus mengudate diri.
Bahwasanya mempertahankan semangat belajar di kehidupan perlu konsistensi yang terjaga. Sikap terus belajar. Banyak mendengar. Banyak membaca buku. Dengan terus mengupayakan hal itu pada waktunya kelak terbentuk habitus pembelajar. Bila semangat pembelajar itu sudah ada, kapabilitas tadi otomatis maujud. Darinya teruji rekam jejak, terbangun reputasi intelektual. Sesakit apapun sengatan kesulitan, sejatinya ada pembelajaran di sana. Jika sikap antusiasme belajar itu terus dijaga, terpelihara dalam berjuang. Dan bila seseorang tak dibarengi dengan sikap mati-matian memperbaiki diri, kata lain mau menunda kesenangan.