Pemimpin Partai Mesti Memahami ‘strict liability’ dan ‘vicarious liability’ sebagai Pertanggungjawaban Moral
Para politisi atau pengurus partai itu oleh karena godaan, tadi dia gampang dekat dengan kekuasaan, dekat dengan ini itu, ya bahasa sederhananya untuk cari kerjaan juga jadi politisi…
Ada betulnya. Sebenarnya tergantung daripada tiga pertanyaan ini. Jikalau kita melakukan sesuatu tanpa pertanyaan ini, maka kita akan sesat di jalan. Pertanyaan pertama, apa tujuan hidup, atau apa tujuan hidup kita sehingga kita jadi politisi? Mesti dijawab dulu, saya mau jadi politisi, misalnya mau jadi presiden. Tujuan saya adalah untuk sejahterakan rakyat Indonesia. Lalu, kalau tujuannya sudah jelas pertanyaan kedua, bagaimana cara supaya bisa menjadi presiden? Jawabannya, saya bisa jadi presiden harus masuk ke partai politik, kemudian saya harus mengembangkan diri sehingga saat nanti saya piawai layak dicalonkan oleh partai politik. Harus ada pengenalan diri. Siapa saya, apa tujuan hidup saya, bagaimana cara merealisasikan kalau pertanyaan ketiga ini sudah kuat dan sudah terjawab, maka dia tidak akan menyimpang ke kiri dan ke kanan, oleh karena dia sudah tahu diri, dia itu siapa. Tahu tujuan hidup, dan tahu cara mendapatkannya. Kemudian pertanyaan ketiga tahu motivasi dan motivator untuk setiap orang mengenal dirinya.
Sebagai ketua umum PDRIS juga saya kerap menyampaikan hal ini, bahkan sering-sering menulis dan saya bagikan itu di dalam partai supaya mereka membaca. Memang sebagian berasal dari politisi partai yang lain, buat hati mereka itu masih belum masuk akal. Tentuk karena partai politik baru yang berbeda dengan partai partai sebelumnya. Kalau partai sebelumnya mengandalkan uang, kita tidak mengandalkan uang tetap otak dan mengandalkan iman. Partai sebelumnya tolak ukurnya dan sejahtera kekayaan dan sebagainya atau pendidikan yang tinggi, kita tidak lebih bagus, tidak berpendidikan tinggi, tetapi hati dan pikirannya berbeda. Benar daripada dia pendidikannya profesor dokter tapi koruptor, atau penjahat, yang kita butuhkan hati yang benar-benar contoh modelnya ada Tuhan Yesus Tuhan Yesus. Muridnya bukan seorang dokter akademisi atau bukan pula orang kaya, tetapi ada nelayan misalnya, Petrus, itu penjala ikan. “Aku jadikan kau jadi penjala manusia.” Kan itu pesan Tuhan, karena hati dan pikirannya baik, demikian juga murid-murid yang lain.
Orang-orang yang sederhana tidak diajarkan hidup harus bermewah-mewah. Tuhan Yesus mengatakan lebih mudah seekor unta masuk ke lubang jarum ketimbang orang kaya. Yesus sendiri tak membanggakan orang-orang kaya, tetapi memakai juga orang kaya yang murah hati, bukan yang tidak murah hati. Orang kaya tidak dilarang, tapi harus dermawan harus punya kasih seperti yang tadinya dia pemungut cukai, kemudian dikembalikan cukai-cukai yang dirampoknya itu, dan dia mengikuti Yesus. Dia misalnya orang kaya yang jahat, boleh masuk, tapi harus berubah.
Kalau demikian, bagaimana caranya meninggalkan kejahatan, supaya ada kesadaran, namanya awareness for change, kesadaran untuk perubahan. Sadar sebelum berubah biasanya dia renungkan semuanya itu, dipikirkan malam hari, apakah perbuatannya itu bener apa tidak manfaat?
Kalau tidak bermanfaat, kalau dirasa jahat karena setiap orang kan dikasih hati dan pikiran untuk menilai perbuatan tersebut. Maka dia tinggalkan hidup lama masuk ke PDRIS dengan hidup baru, begitu kita harapkan nanti semua orang bergabung ke partai.
Kerinduan Anda nanti di PDRIS bisa berkembang sesuai dengan umurnya, PDRIS bukan hanya berbunga atau tumbuh berdaun, tetapi juga berbuah?
Kami berencana, kalau sudah terbentuk pengurus seluruh DPW di 34 provinsi, kemudian DPC di 514 kabupaten-kota dan di 7094 kecamatan, kita akan mengadakan pendidikan politik dan etika politik. Bagaimana seharusnya orang berpolitik di PDRIS supaya satu visi. Satu misi, satu tujuan. Kita bikin nanti pendidikan politik. Selanjutnya kemudian, bagaimana seharusnya orang beretika di dalam berpolitik. Bagaimana cara menghormati pemimpin. Bagaimana menghormati sesama pengurus dan anggota. Bagaimana bersikap terhadap masyarakat, kalau kita sudah jadi, puasa kita akan membentuk satu lembaga kementerian yang belum ada selama ini namanya Kementerian motivator atau Kementerian motivasi dan pengembangan diri.
Mengapa dirasa ini perlu ada?
Kita sangat memerlukan lembaga motivasi dan pengembangan diri, karena suksesnya seseorang adalah ditentukan oleh dirinya sendiri, bukan orang lain, walau pun tentu tak lepas dengan relasinya. Maka diri sendiri harus termotivasi, selama ini sering kali orang menganggap suksesnya seseorang adalah karena faktor pendidikan dan faktor permodalan. Ini semuanya salah. Saya berasal dari kolong jembatan, karena saya datang ke Jakarta tidak punya siapa-siapa. Tetapi saya bisa keluar dari kolong jembatan itu, sehingga bisa memiliki rumah dan property di Jakarta ini. Ini adalah karena termotivasi. Teman-teman saya yang 29 tahun lalu ada di kolong jembatan itu, sampai sekarang masih ada yang di situ, karena mindset atau pola pikir. Mereka berpikir bahwa itu terjadi karena takdirnya ada di kolong jembatan. Cara berpikir demikian harus dirubah. Itu salah dan itu yang menjajah mentalnya. Tidak ada takdir dan nasib yang ada adalah diri kita sendiri yang harus berubah. Kita diberikan Tuhan kehendak bebas untuk menentukan nasib kita.