Pemimpin Partai Mesti Memahami ‘strict liability’ dan ‘vicarious liability’ sebagai Pertanggungjawaban Moral

Jadi pencerahan, membawa dan mendorong seseorang menemukan tujuan hidupnya penting sekali iya?

Iya. Motivator bagi diri sendiri. Orang harus disadarkan dia pasti bisa, jika dirinya berusaha. Kamu pasti bisa hebat asalah kamu konsisten dan persisten berjuang. Dan kritik untuk pemerintah. Pemerintah jika memberi subsidi-subsidi untuk masyarakat tak menolong, lebih bagus, justru membuatnya terninabobokan, membuat orang jadi bodoh dan malas. Pemerintah memberikan uang, padahal modal pinjam dari China mau dipinjam dari Eropa dari Amerika. Banyak anggota masyarakat tak sungguh-sungguh berusaha karena disubsidi pemerintah. Subsidi pemerintah dianggap gaji, sehingga mereka tidak kerja. Ini kan pembodohan, harusnya pemerintah membuat suatu peraturan. Siapa saja yang tidak bayar pajak ditangkap, dijadikan jadi pekerja sosial untuk dilatih jadi pekerja sosial. Atau, siapa yang tidak mempunyai rekening tidak boleh mendapatkan fasilitas listrik telepon, misalnya.

Maka orang akan membuka rekening tidak melayani pembayaran setor tunai misalnya gitu jadi ketika bel listrik debit rekening bayar air PAM. Dari sana motivasi orang harus punya investasi punya tabungan dan begitu maksud teori hukum merekayasa perilaku masyarakat, sebagai contoh misalnya, yang sukses mereka yang perlu ketika masuk tol tidak dilayani lagi bayar pakai uang tunai, tapi harus punya iman atau itu kan begitu dari Sabang sampai Merauke kenapa pemerintah tidak menerapkan seperti ini? Untuk merekayasa yang lain. Siapa yang tidak bayar pajak berarti dia nggak pengangguran, maka akan ditangkap untuk dijadikan pekerja sosial membersihkan got, membersihkan taman, membersihkan fasilitas umum orang akan pengangguran dia berusaha dari dirinya sendiri untuk menjadi punya bisnis supaya bisa bayar pajak. Siapa orang yang sudah semakin hebat kekayaannya maka pajaknya dikurangi tapi dia pendapatannya kecil pajaknya diperbesar, termotivasi untuk giat punya aktivitas. Jikalau kita akan berbeda semakin kaya orang semakin dihukum dengan pajak berlapis-lapis, sehingga ada ketidakadilan, kok yang menganggur disubsidi yang tidak mau kerja dibantu, tetapi kok kita yang rajin malah seperti dihukum, ini tidak adil.

Sebagai contoh, saya beli property di komplek ini. Ada seorang pria bertahun-tahun pengangguran dekat sekali dengan komplek kami ini. Istrinya yang kerja, pergi pagi-pagi naik motor, terus pulang malam, saya simpati. Kok istrinya yang kerja masih muda, mereka baru punya anak satu anaknya, sudah SD, Si bapak ini yang masih muda ini kerjanya menggiring anaknya ke taman, masuk keluar kompleks. Saya berpikir begini, kasihan bapak ini sudah bertahun-tahun pengangguran, lalu saya tawarkan jadi asisten tukang, gajimu per hari Rp. 125.000, karena mandor saya itu butuh asisten. Tahu apa jawabannya, di luar dugaan saya. Jawabannya, siapa nanti yang mengurus istri saya, katanya. Coba bayangkan pola pikir seorang laki-laki, dia malah berpikirnya menikmati hidup demikian. Jadi tukang masak mengurus istrinya, istrinya yang kelayapan pergi pagi pulang malam. Ini kan pola pikir yang keliru, harusnya pria yang pergi pagi pulang malam untuk mencari nafkah. Istri mengurus anak. Ini dia jadi mau ngurus istri, mau masak buat istri, istri pergi pulang malam ini kan perlu motivator, memperbaiki pola pikir.

Tadi Anda sebut punya kerinduan punya kementrian motivator, dari tadi kan Anda memang mengajak orang agar tercerahkan, menemukan dirinya, menemukan tujuan hidupnya agar mampu survival. Tetapi ada kelemahan pengembangan diri, bisa berpusat pada diri, mengembangkan diri sendiri dan kemampuan diri sendiri dan itu terjadi di Eropa dan Amerika, lupa akan kuasa pernyertaan Tuhan. Bagaimana pendapatnya?

Amerika dan Eropa berjaya kemudian setelah mereka menjadi penganut Agama Kristen dan Katolik, demikian juga mayoritas Amerika penganut Protestan, mereka sangat maju. Amerika sangat maju sebagai negara yang mayoritas Kristen Protestan, tetapi ketika majunya luar biasa, mereka melupakan Tuhan. Mereka itu berpikir secara teori, logika bahwa segala sesuatu itu adalah karena logika mereka melupakan ada unsur campur tangan Tuhan, tugas kita tugas para pendeta mengingatkan itu melalui Kementerian motivasi itu bahwa segala sesuatu itu memang kita yang rancang segala sesuatu itu memang kita yang menghendaki.

Tetapi suksesnya segala sesuatu juga karena ada doa karena ada campur tangan Tuhan, itu harus selalu diingat, karena kenapa? Banyak hal yang tidak bisa dijawab logika, sebagai contoh saya orang yang beberapa waktu lalu kena Covid-19; yaitu berdasarkan test antigen saya dinyatakan positif. Saya makan susah, makanan terasa pahit. Maka begitu saya dinyatakan positif Covid-19. Saya percaya kepada Tuhan saya, bapa Elohim, Dia pasti tolong saya. Saya kena Covid-19 saya berpikir ini adalah kesempatan untuk menunjukkan mukjizat Tuhan, bahwa Tuhan sangat sayang kepada saya, itu cara berpikir.

Saya makan dari pagi sampai tengah malam saya katakana Allah sangat baik, Tuhan Yesus sangat baik, Roh Kudus sangat baik. Jadi seperti orang berdzikir, sambil pegang tasbih itu yang diucapkan itu dari pagi sampai malam. Saya tidak tidur, saya tidak isolasi mandiri yang saya lakukan adalah beli masker berlapis dua kali, harapannya supaya tidak mencemari yang lain dan keluarga, maupun orang kantor. Banyak orang kaget, biasanya Pak Kamaruddin nggak mau pakai masker. Ada apa ya, tapi saya diam saja, saya katakan bapa yang sangat baik Tuhan Yesus, sangat baik Roh Kudus sangat baik, saya tidak kena Covid-19. Saya mensugesti pikiran, tetapi juga mengimani pertolongan Tuhan. Benar saja, dua sampai tiga hari kemudian, saya test antigen ulang hasilnya negative, artinya saya terbebas dari Covid-10. Saya sudah negatif maka saya bisa terbang kemana-mana. Saya tidak pernah istirahat. Saya kerja siang malam terus nah itulah di luar daripada logika. Logika tidak mungkin bisa orang kena Covid-19 hanya dengan mengucapkan Tuhan Yesus itu baik, sembuh, tetapi iman mengatakan, imanmu yang menyelamatkanmu. Jadilah sesuai imanmu, jika imanmu ada sebesar biji sesawi gunung pun bisa kau perintah tertancap.

Intinya perlu iman….

Tuhan bilang jangan khawatir, jangan takut. Tetapi semua orang di situ yang menertawakan Yesus, karena mereka tidak beriman. Tapi pakai logika orang sudah mati itu logika, sudah pasti sudah pergi, kan begitu. Lalu, apa yang terjadi yang tidak beriman diusir oleh Yesus. Keluar yang tinggal yang beriman terutama ayah ibunya dan keluarganya talitakum anak yang berumur 12 tahun itu langsung berdiri, hidup lagi, dia makan dan minum. Artinya, jadi sesuai iman daripada ayah ibunya. Inilah yang harus diajarkan kepada masyarakat, bahwa selain logika ada iman, iman itu karena kepada Tuhan itu jadi harus kita harus beriman. (Hojot Marluga)

Hojot Marluga

Belajar Filosofi Air

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

2 × four =