Renny Wati Siregar: Memilih Passion Jadi Penyanyi

Suaratapian.com BEKASI-Memulai menyanyi sejak kecil, usia enam tahun. Usia sembilan tahun sudah memiliki album Mapulta Sian Bulu yang juga judul lagu, dikarang Bunthora Situmorang. Renny anak keempat dari sembilan bersaudara, anak dari Mangara Siregar dan Aleliana boru Napitupulu. Perempuan kelahiran Jakarta, 29 Juni 1970 ini, sempat tinggal di Bandung mengikuti ayahnya yang bertugas di Bandung sebagai tentara. Tahun 1997 dia mengikuti festival. Group musik yang kemudian dibentuk juga awalnya dari teman-temannya sealumni di festival. Sebenarnya, jauh sebelum Trio RNB berdiri, group yang didirikannya bersama; Netty Sihotang dan Bernard Banjarnahor, sebelumnya mereka punya group Cidol, berempat bersama Dipo Pardede.

Sekeluarnya Dipo, ketiganya sepakat mendirikan Trio RNB, dari nama Renny, Netty dan Bernard. Group yang kemudian bukan saja kesohor tetapi tetap mesrah, tak pecah kongsi. Ada rahasia, kiat yang mereka miliki untuk menjaga group ini terus eksis? “Kami menjaga kebersamaan. Sadar masing-masing ada kekurangan dan kelebihan masing-masing,” ujarnya.

 Selain itu, menurut Renny, satu hal yang sangat sensitif adalah terbuka soal keuangan. “Kami tak pernah cecok soal keuangan. Saya kira itu rahasianya,” ujar perempuan yang memilih selibat, tak menikah ini.

Penyanyi bersuara tenor ini bernama lengkap Renny Wati Siregar. Selain sebagai penyanyi profesional, Renny juga bersama groupnya di RNB juga melayani di persekutuan doa Batak Bermazmur. Batak Bermazmur sendiri didirikan Pdt Dr. Erastus Sabdono MTh bersama almarhum Hatta Simanjuntak. Di persekutuan ini Trio RNB sudah puluhan tahun melayani.

“Kami tentu penyanyi profesional. Dibayar untuk menyanyi. Ada ruang untuk melayani. Tidak semua kalau menyanyi hitungan profesional. Tetapi kalau melayani kami menutup mata dan telinga untuk itu. Kami murni melayani,” ujar jemaat HKBP Tebet ini.

“Kalau kita melayani, merasa membayar kebaikan Tuhan, itupun tak cukup. Tak mungkin juga kita bisa membalas kebaikan Tuhan. Tentu kita harus mengingat kebaikan Tuhan dan orang-orang yang berjasa dalam kehidupan kita,” ujar murid vokal suara Victor Purba ini. Dia juga teringat dengan Tagor Lumbanraja yang diawal-awal terbentuk Trio RNB sebagai mentor dan pembina mereka.

Lebih tiga puluh tahun berkarier di ranah musik, tarik suara, tentu membawa banyak cerita mengangumkan. Betapa tidak, sejak terjun di dunia tarik suara, walau di genre musik Batak, tetap saja diundang di perhelatan nasional. Bahkan, telah menyanyi di hadapan para tokoh tokoh nasional, bahkan di hadapan presiden. Mulai dari era Gus Dur, Megawati, Susilo Bambang Yudhoyono, hingga sekarang di era Joko Widodo.

Kebetulan Trio RNB juga dekat dengan tokoh seperti Luhut Binsar Panjaitan, Maruarar Sirait dan Sukur Nababan, orang-orang yang dekat dengan presiden Joko Widodo. Bersama Sukur mereka, Trio RNB bersama artis Batak lain, yang tergabung dengan Artis Silangit yang kerap diundang menyanyi di acara-acara besar Batak dan gereja.

Tentu, di kalangan Batak dan gereja tak kepalang banyaknya mereka diundnag menyanyi. Misalnya, satu momen ketika acara 150 Tahun HKBP di Gelora Bung Karno, yang saat itu dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Trio RNB sendiri menjadi artis andalan menghibur ratusan ribu jemaat yang hadir.

Renny bukan hanya asal menyanyi, tetapi mumpuni menyanyi. Bahkan, menguasa beberapa alat musik utamanya gitar dan keybord. Dia sadar profesi apapun dipilih seseorang harus terus diasah, mengembangkan diri.  “Di lagu Batak kita bisa lebih berekspresi, dan selalu bertemu dengan musisi yang antusias menghidupi pilihannya,” ujar perempuan yang tak terlalu lancar bahasa Batak, tetapi mumpuni menyanyikan seluruh cengkok lagu berbahasa Batak. Baginya, di dalam lagu-lagu Batak ada pesan moral, nasihat yang mudah diresapi maknanya.

Renny juga melihat, seseorang harus all out untuk menghidupi profesi yang disukainya. “Kalau kita memilih satu bidang seperti bermusik harus all out. Harus benar-benar meresapi pekerjaan yang kita pilih,” ujarnya.

Karena itu, Renny mengajak, di dunia musik tantangannya memang tak mudah. Harus mampu menjaga diri dan mengelola diri. Dan harus mau belajar, selalu mampu memanajemen diri. Jika itu ada niscaya bisa berkembang. “Talenta dan dilanjutkan kerja keras akan menjadi sesuatu. Namun kerja keras jika tak ada passionnya, tak ada kesukaan di bidang yang dipilih juga tak akan jadi apa-apa,” ujarnya mengakhiri. (Hojot Marluga)

Hojot Marluga

Belajar Filosofi Air

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

17 − 7 =