Sabar Bakara (Ompu Dastin), Pengusaha Transportasi Kota Dumai; “ Bertawakal untuk Menemukan Makna Hidup”

Sembilan hari mati suri

Dirinya banyak mencecap pengalaman di kehidupan, sudah tentu dirinya memahami  makna hidup, bahwa makna di kehidupan soal spirit yang berkaitan dengan keutamaan jadi berkat; garam dan terang, Menjadi berarti untuk sekeliling. Olehnya, tak menjadi penting baginya menyadang gelar parhalado yang lebih penting bagaimana memberi hati. Oleh karena itu, tak  terbilang dia memberi hati, tercatat amat sering menjadi ketua pelaksana pembangunan di gereja, salah satunya ketua pembangunan HKBP Immanuel Dumai.

Tahun 1999 ada pengalaman hidup saat dirinya berada di tubir maut, mengalami mati suri sembilan hari (mati suri pengalaman pribadi seseorang yang telah meninggal secara klinis, sebelum akhirnya hidup kembali). “Saya mati suri sembilan hari. Selama mati suri itu saya merasakan sinaran putih, di sinaran itu tampak tak ada orang oleh karena itu saya kembali. Saya merasakan selama dalam sinaran itu saya merasa ingin kembali, namun dengan kuasa Tuhan saya tiba-tiba bisa siuman,” kenangnya. Saat itu, gereja HKBP Immanuel Dumai menjelang pesta persiapan menjadi ressort, di mana dia sebelumnya adalah ketua pembangunan.

Banyak keluarga dan teman-temannya menyaksikan bahwa dirinya sudah disebut telah meninggal. Seluruh upaya medis di ruang ICU Rumah Sakit Awal Bros Pekanbaru telah dilakukan untuk penyembuhannya. Puji Tuhan dirinya masih diberi jalan baru, sembuh. Tak kepalang dia bersyukur, bahwa hidup yang diberiNya sangat berarti. Hanya saja beberapa waktu setelah sembuh tiba-tiba pita suaranya hilang. Radang pita suara, akut akibat infeksi saluran napas atas yang biasanya biang kerok dari virus. Suara hilang bisa juga terjadi akibat penggunaan pita suara secara berlebihan, tetapi hilang suara diyakini akibat perawatan waktu sebelumnya selam dirawat di rumah sakit. Namun dia berkali-kali datang berdoa ke gereja yang tepat bersebelahan dengan rumahnya. Dia berdoa meminta kesembuhan dariNya. Tentu kebiasaan berdoa di gereja sudah jadi kebiasaanya sejak menemukan hidup baru, berubah untuk hidup lebih baik.

“Saat itu saya berdoa. Terimakasih Tuhan telah melalukan saya dari tubir maut, tetapi sekarang suara saya hilang, jikalau memang saya tak bisa bersuara kembali percuma hidup, kalau demikian ambillah nyawa saya. Tetapi bila Tuhan masih memberi kesempatan bagi saya, Tuhan sembuhkan saya,” pintanya setengah putus asa. Puji Tuhan. Tuhan menjawab dan mengabulkan permohonan doanya dengan mengembalikan suaranya pulih kembali. Mukjizat Tuhan nyata, tak berapa lama setelah doa penuh kepasrahan. Dia merasakan hidup yang baru, pulih dari suara yang hilang seperti kesempatan hidup baru. Masih dalam kenangannya dirinya dulu menjauh dari Tuhan.

Puji Tuhan dia bisa berubah oleh ajakan seorang teman, mengajak agar hidup ini jangan disia-siakan. Sejak itu dia aktif di gereja, termasuk kemudian aktif dalam pembangunan gereja. Sejak gereja HKBP Immanuel Dumai berdiri hingga sekarang hatinya tak pernah lepas untuk mengucap syukur dengan bentuk persembahan yang bisa diberikan ke gereja. Bahkan, sekalipun tak panitia pembangunn tak jadi soal baginya untuk memberikan perhatian, tetap membantu setiap ada kebutuhan pembangunan gereja.

MARBABO inisial dari tiga marga; MARbun, BAkara dan RumahorBO yaitu, St. Rusman Marbun, Sabar Bakara, St. J Rumahorbo

Hojot Marluga

Belajar Filosofi Air

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

four × three =